Sukabumi Update

ADHD dan Depresi, Apakah Ada Kaitannya?

Ilustrasi orang ADHD yang depresi sedang mengasingkan diri. | Foto: Pexels.com/Pixabay

SUKABUMIUPDATE.com - Mengutip dari MantraCare, ADHD merupakan gangguan perkembangan saraf yang ditandai dengan masalah fokus, hiperaktif dan impulsif. Orang yang mengidap ADHD akan kesulitan menyelesaikan tugas, bertindak tanpa memikirkan dampak setelahnya, seringkali mudah teralihkan dan pelupa.

ADHD memiliki gejala yang ringan hingga berat, dapat bersifat jangka pendek dan jangka panjang. ADHD biasanya terjadi dimulai pada masa kanak-kanak dan bisa berlanjut hingga dewasa. Meskipun ADHD adalah merupakan sebuah tantangan bagi penderitanya, namun hal ini bukan halangan untuk mereka berkreasi dan menjadi sukses di masa depan. Karena seringkali penderita ADHD sangat cerdas dan kreatif.

Depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan perasaan putus asa, sedih, merasa tidak dihargai, merasa tidak berharga dalam jangka waktu terus menerus. Penderitanya sering kali mengalami kesulitan untuk tidur, sulit makan, hingga konsentrasi terganggu. Biasanya mereka mengalami gejala fisik seperti kelelahan, sakit kepala, bahkan nyeri perut.

Depresi memiliki gejala yang ringan hingga berat, dan dapat bersifat dalam jangka waktu pendek dan jangka panjang. Hal ini juga dapat merupakan reaksi terhadap peristiwa kehidupan, seperti kematian orang yang sangat dikasihi dan disayangi. Depresi juga merupakan gangguan mental yang umum dialami di seluruh dunia, dan hal ini dapat mengganggu kegiatan sehari-hari.

Baca Juga: 7 Sisi Positif Luar Biasa Anak ADHD, Yuk Simak

Sekitar 50% penderita ADHD juga mengalami depresi pada suatu saat dalam hidup mereka. Meskipun kedua kondisi tersebut saling terkait, sangat penting untuk dicatat bahwa keduanya merupakan kelainan yang terpisah dan berbeda. Hal ini dapat membuat pengobatan menjadi sedikit rumit, tetapi ada cara untuk menangani kedua kondisi tersebut.

Kaitan Antara ADHD dan Depresi

ADHD dan depresi sangat bertolak belakang dalam hal sifat gangguan dan gejalanya. Namun, ada kesamaan tertentu, serta serangkaian perbedaan utama pada kedua kelainan tersebut.

Kesamaan

ADHD dapat mempersulit pencapaian tujuan atau memenuhi harapan. Hal ini dapat menimbulkan perasaan gagal yang memicu depresi. Depresi tiga kali lebih umum terjadi pada orang dewasa dengan ADHD dibandingkan mereka yang tidak menderita ADHD. Penderita ADHD lebih mungkin mengalami peristiwa kehidupan yang penuh tekanan. Hal ini mungkin termasuk kesulitan akademis, masalah pekerjaan, dan kesulitan hubungan , yang dapat menyebabkan depresi.

Penderita ADHD mungkin mengalami kesulitan tidur, yang juga dapat menyebabkan depresi.
Salah satu teori paling populer menyatakan bahwa gejala ADHD dapat menyebabkan depresi. Misalnya, penderita ADHD mungkin merasa kewalahan dengan pikiran dan perilakunya yang kacau.

Impulsif yang menjadi ciri khas ADHD umumnya dapat mengakibatkan perilaku yang berisiko, seperti penyalahgunaan narkoba. Perilaku ini juga dapat menimbulkan masalah terhadap depresi, seperti kesulitan keuangan atau masalah hubungan.

ADHD dan Depresi mungkin juga mengalami gejala fisik yang sama seperti kelelahan, peningkatan detak jantung, berkeringat, masalah perut, serta migrain. Penderita ADHD mungkin merasa terisolasi atau sendirian karena sering kali mengalami kesulitan dalam menjalin dan mempertahankan teman. Isolasi ini juga dapat menyebabkan depresi.

Perbedaan

Penderita ADHD kesulitan mengambil keputusan dan memulai tugas, sedangkan penderita depresi mungkin tidak memulai aktivitas apa pun.

Orang dengan ADHD mungkin mengalami kesulitan tidur karena pikiran yang hiperaktif, sedangkan penderita depresi mungkin merasa lelah namun tidak bisa tidur karena pikiran negatif dan insomnia .

Orang yang mengalami depresi memiliki rasa kesedihan yang parah dan dapat berlangsung dalam jangka waktu lama. Sedangkan penderita ADHD mungkin mengalami fluktuasi suasana hati yang parah.

Baca Juga: 4 Cara Mengatasi Gejala ADHD Orang Dewasa Tanpa Konsumsi Obat

ADHD umumnya pertama kali didiagnosis pada masa kanak-kanak, sedangkan depresi dapat terjadi tanpa melihat usia seseorang. Depresi lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, namun ADHD mempengaruhi kedua jenis kelamin secara setara.

Penderita ADHD mungkin juga kesulitan menyelesaikan tugas, sedangkan penderita depresi mungkin tidak mengerti pentingnya memulai tugas tersebut.

Orang yang depresi mungkin merasa sulit untuk memiliki motivasi dasar untuk tugas sehari-hari, sementara otak ADHD mungkin memiliki tingkat motivasi yang sangat tidak diatur , menyebabkan mereka menjadi impulsif dan tidak terorganisir.

Depresi ditandai dengan perasaan sedih, putus asa, dan tidak berharga yang terus-menerus. Namun pada ADHD, ditandai dengan masalah fokus, impulsif, dan hiperaktif.

Jadi bisa disimpulkan, bahwa ADHD dan Depresi merupakan dua kelainan yang berbeda. Meskipun keduanya memiliki beberapa kesamaan yang tidak bisa dibedakan.

Sumber: MantraCare

Editor : Oksa Bachtiar Camsyah

Tags :
BERITA TERKAIT