Sukabumi Update

Tanggapi dengan Serius, 7 Cara Ini Bisa Dilakukan saat Anak Tidak Mau Pergi Sekolah

Ilustrasi anak ke sekolah. | Foto: Pexels.com/@RDNEStockproject

SUKABUMIUPDATE.com - Baik anak yang berusia lima atau 15 tahun, mereka mungkin pernah mengalami saat-saat di mana mereka tidak ingin pergi ke sekolah. Dari kecemasan dan kelelahan hingga kekhawatiran mereka akan kehilangan semua kesenangan, ini dalam banyak kasus adalah reaksi yang normal.

Terkadang, anak-anak juga membutuhkan hari kesehatan mental. Namun jika anak Anda terus-menerus membolos, mungkin ada masalah yang lebih besar seperti menghindari atau menolak bersekolah bisa menjadi tanda adanya masalah sosial atau emosional, masalah perkembangan, hingga perundungan.

Namun kabar baiknya adalah ada cara untuk mendukung anak Anda dan mengembalikan mereka ke jalur yang benar. Strategi-strategi ini akan membantu Anda menemukan (dan mempertahankan) anak Anda di kelas.

1. Tanggapi Anak Anda dengan Serius

Anak-anak juga mengalami hari-hari buruk sama seperti orang dewasa. Namun jika anak Anda mengeluh tentang sekolah, secara teratur dan sering, maka Anda harus mewaspadainya. Penghindaran dari sekolah dapat disebabkan oleh banyak faktor, termasuk kecemasan, perbedaan pembelajaran, masalah sosial dan emosional, serta penindasan dan masih banyak lagi. Dan apapun penyebabnya, anak Anda harus dilihat dan didengar. Kekhawatiran dan keluhan mereka harus ditanggapi dengan serius.

2. Kenali Ketakutan Mereka

Kami menganggap taman kanak-kanak dan kelas awal adalah hal yang remeh, tetapi bagi anak-anak, sekolah adalah kerja keras. Mengikuti aturan dan mempraktikkan keterampilan baru membutuhkan energi dan usaha. Jadi, jika anak Anda baru saja menikmati liburan musim dingin yang santai atau bahkan sedang sakit di rumah, mereka mungkin memutuskan bahwa mereka lebih suka berada di rumah daripada bekerja keras di sekolah.

Selain itu, mulai usia 5 tahun, ada peningkatan alami dalam kecemasan ketika anak-anak mulai memahami bahwa kita rentan. Tidak peduli seberapa stabil kehidupan mereka, anak-anak mungkin merasa takut akan kematian, cedera, atau kehilangan orang tua terutama jika ada sesuatu yang menakutkan yang diberitakan. Mereka mungkin khawatir ketika berada di sekolah bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada orang tua mereka atau pada diri mereka sendiri dan mereka tidak akan berada di sana untuk melindungi satu sama lain.

Baca Juga: Dapat Memupuk Keterampilan Kognitif, Ini 6 Aktivitas yang Sangat Baik untuk Anak

3. Kurangi "Faktor Kesenangan”

Meskipun ada anak-anak yang menghindari sekolah karena takut terhadap sesuatu, ada kalanya hal ini tidak terlalu serius, yaitu kadang-kadang anak-anak ingin membolos sekolah hanya karena rumah adalah tempat yang lebih baik. Solusinya bikin stay at home dari sekolah jadi membosankan.

4. Singkirkan Situasinya

Anak Anda mungkin khawatir tentang masalah tertentu, mulai dari bus hingga penindas, namun tidak dapat mengungkapkan atau memahami apa yang ingin mereka hindari. Jika mereka mengatakan tidak mau bersekolah karena sakit perut, coba bantu mereka menghubungkan hal-hal tersebut dengan mengatakan, “Kamu tahu, terkadang perutku sakit saat aku khawatir akan terlambat. Tetapi jika saya memikirkan bagaimana agar tepat waktu, perut saya biasanya tidak lagi sakit.

5. Atasi Masalah yang Mendasari

Setelah Anda menemukan penyebab masalahnya, maka Anda dapat mengatasinya.

6. Bicaralah dengan Guru Mereka

Selain mengatasi masalah mendasar anak Anda, Anda dapat dan harus melibatkan guru mereka. Tanyakan kepada mereka bagaimana perilaku anak Anda saat berada di kelas. Guru adalah pemecah masalah yang luar biasa. Mereka mungkin memiliki saran tentang cara Anda dapat mengintegrasikan kembali anak Anda ke dalam kelas.

7. Sadari Sedini Mungkin Ada Masalah yang Lebih Dalam

Jika anak Anda terus-menerus menolak pergi ke sekolah, sangat putus asa hingga tidak bisa berhenti menangis, atau menunjukkan tanda-tanda kecemasan lain seperti mimpi buruk atau takut ditinggal sendirian, tanyakan kepada dokter anak tentang menemui terapis yang berfokus pada kecemasan masa kanak-kanak.

Sumber: Parents.com

Editor : Oksa Bachtiar Camsyah

Tags :
BERITA TERKAIT