SUKABUMIUPDATE.com - Makam Ki Panjalu atau yang lebih dikenal sebagai Makam Prabu Hariang Kencana adalah salah satu situs ziarah paling terkenal di Jawa Barat, khususnya di kawasan Panjalu, Ciamis.
Tempat ini tidak hanya memiliki nilai sejarah yang tinggi, tetapi juga dianggap sebagai tempat yang keramat dan memiliki aura mistis yang kuat. Terletak di Kecamatan Panjalu, Ciamis, Jawa Barat, makam keramat ini memiliki kisah misterius mengenai kehadiran sosok Maung Bodas dan Maung Hideung.
Ketika memasuki pintu masuk area ziarah di Situ Lengkong, terdapat patung Harimau Hitam dan Putih yang bukan hanya sebagai hiasan, tetapi dipercaya sebagai simbol dari makhluk misterius yang konon menjaga tempat tersebut.
Banyak warga atau peziarah mengaku pernah melihat sosok mirip harimau di sekitar area tersebut. Menurut cerita, daerah ini dijaga oleh makhluk gaib berupa Harimau Hitam dan Putih, yang memperkuat aura mistis di tempat tersebut.
Saat tiba di area Makam Keramat Panjalu, nuansa mistis semakin terasa. Meskipun ramai dikunjungi wisatawan, mereka yang memiliki kepekaan batin percaya bahwa dua patung Harimau Hitam dan Putih yang terletak di gerbang masuk adalah simbol yang sarat makna dan menjaga kesucian area makam ini.
Setiap bulan Maulud, makam Prabu Hariang Kancana atau Mbah Panjalu dipenuhi oleh ribuan pengunjung dari berbagai daerah di Indonesia. Ada yang datang untuk berziarah, sementara yang lain sekadar berwisata, menjadikan tempat ini semakin ramai.
Prabu Hariang Kancana, selain dikenal sebagai raja sakti dan ksatria, juga dianggap memiliki kebijaksanaan tinggi karena menguasai ilmu kerahayuan.
Selain itu, tujuh mata air bernama Sarakehan yang bermuara ke Situ Lengkong diyakini muncul sebagai hasil dari ilmu kerahayuan Ki Panjalu. Area Makam Keramat Panjalu yang luasnya mencapai lima setengah hektar juga menjadi tempat pemakaman keluarga besar Ki Panjalu, yang melestarikan warisan sejarah dan spiritual di tempat ini.
Di dalam hutan yang lebat di sekitar makam Ki Panjalu, terdapat empat makam lainnya, termasuk makam Patih Raden Demang Rajaprasana, yang berada di tengah pepohonan rindang.
Mereka diyakini adalah pengawal Ki Panjalu yang menjaga tempat ini dengan peran masing-masing. Makhluk gaib berupa Harimau Hitam dan Putih yang dipercaya menjaga makam Ki Panjalu kerap kali dilihat oleh penjaga dan pengunjung.
Munculnya tujuh mata air di sebelah utara bernama Sarakehan yang bermuara di Situ Lengkong konon juga bias dari ilmu kerahayuan Ki Panjalu. Area Makam Keramat Panjalu yang luasnya lima hektar setengah ini konon juga menjadi tempat makam keluarga besar Ki Panjalu.
Jauh ke dalam hutan yang lebat dan asri sekitar makam Ki Panjalu. Di sana ada pula empat makam, di antaranya makam Patih Raden Demang Rajaprasana yang dikelilingi dengan rindangnya pepohonan yang tampak lebat. Konon, mereka adalah pengawal Ki Panjalu, dengan tugasnya masing-masing.
Dan keberadaan makhluk gaib berupa Macan Hitam dan Putih penjaga makam Ki Panjalu pun konon kadang dilihat oleh penjaga dan pengunjung. Bahkan, konon daerah makam ini dilingkari oleh tubuh ular, yang ekor dan kepalanya berada di pintu masuk makam.
Menurut Babad Panjalu, kisah Maung Panjalu bermula dari Dewi Sucilarang, putri Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran, yang menikah dengan Pangeran Gajah Wulung, putra mahkota Raja Majapahit, Prabu Brawijaya. Dewi Sucilarang kemudian diboyong ke istana Majapahit untuk tinggal bersama suaminya.
Ketika kehamilan Dewi Sucilarang mendekati masa persalinan, ia meminta agar dapat melahirkan di tanah kelahirannya di Pajajaran. Pangeran Gajah Wulung mengabulkan permintaan tersebut dan mengantarkannya pulang dengan pengawalan tentara kerajaan.
Dalam perjalanan menuju Pajajaran, rombongan berhenti dan bermalam di hutan Panumbangan, wilayah Kerajaan Panjalu. Di tengah malam, Dewi Sucilarang melahirkan sepasang anak kembar, seorang putra bernama Bongbang Larang dan seorang putri bernama Bongbang Kancana.
Saat dewasa, kedua anak kembar ini belajar ilmu dari seorang guru sakti bernama Aki Garahang. Namun, mereka melanggar aturan guru dengan mandi di kolam yang berisi ikan warna-warni. Akibatnya, mereka berubah menjadi harimau dan dihukum menjadi penjaga hutan Panjalu selamanya.
Meskipun sosok gaib ini menjadi bagian dari cerita mistis, keberadaan makam-makam di Panjalu juga mencerminkan kejayaan kerajaan di masa lalu. Sejarah ini mengingatkan bahwa bangsa yang maju adalah bangsa yang tidak melupakan warisan sejarahnya.
Editor : Ikbal Juliansyah