SUKABUMIUPDATE.com - Di tengah berkembangnya era digital, berbagai istilah baru kerap muncul, terutama di kalangan generasi muda saat ini. Salah satu istilah yang semakin sering terdengar adalah “brain rot”.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan busuk otak? Simak penjelasannya berikut ini.
Apa Itu Brain Rot?
Menurut Oxford Word of the Year, kerusakan otak atau otak (dalam bahasa Indonesia) mengacu pada penurunan kemampuan mental dan akibat intelektual terlalu sering mengonsumsi konten berani dengan kualitas rendah. Istilah ini juga sering dipakai untuk menggambarkan rasa lelah dan kehilangan motivasi setelah terlalu lama terpapar konten "ringan" di media sosial.
Namun, tahukah Anda bahwa istilah brain rot sebenarnya bukanlah hal baru? Kata ini pertama kali tercatat pada tahun 1854 dalam karya Henry David Thoreau. Dalam bukunya, Thoreau mengkritik masyarakat yang cenderung menyukai ide-ide sederhana dibandingkan gagasan yang lebih mendalam dan kompleks. Menurutnya, kebiasaan ini bisa menyebabkan penurunan kondisi mental dan juga intelektual.
Baca Juga: Viral Rumor Kencan, Ini Rahasia Hilangkan Stres Ala Winter aespa
Kini, ratusan tahun kemudian, istilah tersebut masih sangat relevan. Di era digital saat ini, brain rot sering muncul akibat paparan berlebihan terhadap konten viral yang menarik perhatian namun tidak memberikan manfaat yang nyata. Sehingga, konsumsi konten semacam ini secara terus-menerus dapat menyebabkan informasi berlebihan, yang pada akhirnya akan memicu kelelahan mental. Dalam jangka panjang, hal ini dapat berkontribusi langsung pada peningkatan kecemasan dan depresi.
Otak membusuk itu sendiri, mengingatkan kita akan pentingnya memilah informasi yang kita konsumsi dan menjaga keseimbangan dalam penggunaan media sosial. Alih-alih hanya terjebak dalam konten hiburan ringan, mencoba memberikan ruang bagi gagasan yang lebih bernas dan mendalam.
Siapa yang Berisiko Terkena Busuk Otak?
Kerusakan otak tidak memandang usia, tetapi anak-anak dan remaja adalah individu yang paling rentan, terutama sejak pandemi. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa waktu layar anak-anak berusia 6-14 tahun meningkat signifikan sejak tahun 2020, sementara remaja menghabiskan rata-rata hingga sembilan jam sehari online.
Baca Juga: 4 Cara Mudah Agar Anak Tetap Sehat Setelah Bermain Hujan-hujanan
Dampak Busuk Otak pada Kesehatan Mental Anak
Meskipun brain rot adalah lelucon, namun hal itu menyoroti masalah serius dengan konsekuensi kognitif, khususnya bagi anak-anak :
1. Mengganggu Pembelajaran Sosial dan Menambah Kesepian
Anak-anak yang terlalu banyak online di media sosial secara perlahan akan kehilangan kesempatan belajar keterampilan sosial melalui interaksi langsung. Akibatnya, mereka lebih rentan terhadap kesepian dan isolasi.
2. Turunnya Harga Diri
Media sosial seperti Tiktok, Instagram, hingga Facebook, sering menampilkan kehidupan sempurna yang tidak realistis. Selain itu, filter dan standar kecantikan yang tidak sehat dapat menyebabkan rasa minder, citra tubuh negatif, hingga gangguan makan.
3. Meningkatkan Risiko Depresi dan Kecemasan
Baca Juga: Bertempat di DPMPTSP, Mal Pelayanan Publik Kabupaten Sukabumi Resmi Beroperasi
Terlalu sering terpapar berita negatif di media sosial menciptakan pandangan bahwa dunia penuh bahaya, memicu kecemasan, bahkan depresi.
4. Kecanduan Media Sosial
Media sosial dirancang untuk memberikan kesenangan instan, yang dapat memicu penghargaan di otak seperti zat adiktif lainnya. Ini bisa membuat anak-anak semakin sulit lepas dari ponsel.
Sumber : OXFORD | VERYWELLMIND
Editor : Emi Amelia