SUKABUMIUPDATE.com - Doa Qunut Subuh merupakan doa khusus yang dibaca setelah bangkit dari ruku’ pada rakaat kedua dalam shalat Subuh.
Membaca doa ini memiliki hukum sunnah muakkad, artinya sangat dianjurkan untuk dilakukan sebagai bagian dari amalan sunnah yang utama.
Selain doa Qunut Subuh, terdapat juga doa Qunut Witir dan Qunut Nazilah, masing-masing memiliki aturan dan waktu pelaksanaannya yang berbeda.
Penjelasan Tentang Qunut Subuh Menurut Imam Al-Nawawi
Mengutip penjelasan dari NU Online, Imam Al-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar menjelaskan tentang doa Qunut Subuh dengan mengutip hadits shahih:
اعلم أن القنوت في صلاة الصبح سنة للحديث الصحيح فيه عن أنس رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم لم يزل يقنت في الصبح حتى فارقا الدنيا. رواه الحاكم أبو عبد الله في كتاب الأربعين وقال حديث صحيح
“Qunut shalat subuh disunahkan berdasarkan hadits shahih dari Anas bahwa Rasulullah SAW selalu melakukan qunut sampai beliau wafat.”
(Dikutip dari Al-Adzkar, Muhyiddin Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Beirut, Darul Fikri, 1994, halaman 59).
Menurut Imam Al-Nawawi, doa Qunut Subuh adalah sunnah muakkad. Jika ditinggalkan, shalat tetap sah, namun dianjurkan melakukan sujud sahwi, baik kesalahan tersebut disengaja maupun tidak.
Doa Qunut Subuh
اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ وَاَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Latin:
Allahummahdini fî man hadait,
wa ‘âfini fî man ‘âfait,
wa tawallanî fî man tawallait,
wa bâriklî fî mâ a‘thait,
wa qinî syarra mâ qadhait,
fa innaka taqdhî wa lâ yuqdhâ ‘alaik,
wa innahû lâ yazillu man wâlait,
wa lâ ya‘izzu man ‘âdait,
tabârakta rabbanâ wa ta‘âlait,
fa lakal hamdu a’lâ mâ qadhait,
wa astagfiruka wa atûbu ilaik,
wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ muhammadin nabiyyil ummiyyi wa ‘alâ âlihi wa shahbihi wa sallam.
Artinya: Ya Allah, berikanlah petunjuk kepadaku sebagaimana mereka yang telah Engkau tunjukkan. Dan berilah kesehatan kepadaku sebagaimana mereka yang Engkau telah berikan kesehatan. Dan peliharalah aku sebagaimana orang yang telah Engkau peliharakan. Dan berilah keberkahan kepadaku pada apa-apa yang telah Engkau karuniakan. Dan selamatkan aku dari bahaya kejahatan yang Engkau telah tentukan. Maka sesungguhnya Engkaulah yang menghukum dan bukan terkena hukum. Maka sesungguhnya tidak hina orang yang Engkau pimpin. Dan tidak mulia orang yang Engkau memusuhinya. Maha Suci Engkau wahai Tuhan aku dan Maha tinggi Engkau. Maha bagi Engkau segala pujian di atas yang Engkau hukumkan. Aku memohon ampun dari Engkau dan aku bertobat kepada Engkau. (Dan semoga Allah) mencurahkan rahmat dan sejahtera untuk junjungan kami Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Ketika shalat sendiri, doa Qunut dibaca dengan lafal asli. Namun, saat menjadi imam dalam shalat berjamaah, lafal “ihdinî” (berilah aku petunjuk) dianjurkan diubah menjadi “ihdinâ” (berilah kami petunjuk). Hal ini sesuai pandangan Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam kitab Fathul Mu’in, yang menyebutkan makruhnya imam berdoa hanya untuk dirinya sendiri saat memimpin doa bersama.
وكره لإمام تخصيص نفسه بدعاء أي بدعاء القنوت للنهي عن تخصيص نفسه بدعاء، فيقول الإمام: اهدنا
“Dimakruhkan bagi imam berdoa khusus untuk dirinya sendiri pada saat doa qunut karena ada larangan tentang hal itu. Karenanya, hendaklah imam membaca ‘ihdina’.”
(Lihat: Zainuddin Al-Malibari, Fathul Muin, Jakarta, Darul Kutub Al-Islamiyyah, 2009, halaman 44).
Anjuran Saat Membaca Doa Qunut
Imam dianjurkan membaca doa Qunut dengan suara lantang, sementara makmum mengamininya. Posisi tangan saat berdoa juga mengikuti aturan umum:
- Telapak tangan menghadap ke atas ketika doa berisi harapan dan permintaan.
- Punggung telapak tangan menghadap ke atas saat doa berisi permohonan perlindungan atau penolakan bala.
Semua aturan ini dimaksudkan untuk menambah kekhusyukan dalam berdoa. Wallahu a’lam.
Sumber: NU Online
Editor : Ikbal Juliansyah