SUKABUMIUPDATE.com - Menara Loji adalah sebuah menara lonceng bersejarah yang terletak di Jatinangor, Sumedang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Menara Loji adalah warisan budaya yang penting dan mengingatkan kita akan masa lalu industri karet di Jawa Barat.
Sejarah Menara Loji di Jawa Barat
Menara Loji dibangun pada tahun 1800-an oleh Baron Braud, seorang tuan tanah Jerman yang memiliki perkebunan karet seluas 962 hektar di Jatinangor.
Menara Loji Jawa Barat ini awalnya digunakan untuk mengawasi para pekerja karet dan sebagai penanda waktu.
Lonceng di Menara Loji Jatinangor dibunyikan sebanyak tiga kali setiap hari, yaitu pukul 05.00 untuk memulai penyadapan, pukul 10.00 untuk mengumpulkan getah karet, dan pukul 14.00 sebagai tanda berakhirnya jam kerja.
Baca Juga: 5 Contoh Pantun Sunda Tentang Nasihat untuk Anak, Orang Tua Yuk Simak!
Perubahan Fungsi dan Kepemilikan Menara Loji Jatinangor
Setelah peralihan kepemilikan tanah, Menara Loji berada di bawah tanggung jawab Institut Teknologi Bandung (ITB) Kampus Jatinangor. Kawasan di sekitar Menara Loji Jatinangor direhabilitasi oleh ITB dan dibangun Taman Loji Jatinangor sebagai ruang terbuka publik.
Menara Loji kemudian terlihat lebih terawat dari sebelumnya. Adapun tujuan didirikan Taman Loji Jatinangor yaitu agar Jatinangor memiliki ruang terbuka publik sekaligus agar bisa mengenang peninggalan sejarah pada zaman dulu.
“Kami melihat di Jatinangor belum ada ruang terbuka publik. Karena itu dibangun ruang terbuka publik untuk masyarakat,” ujar Wakil Direktur Bidang Perencanaan dan Pengembangan ITB Jatinangor, Dr. Ir. Woerjantari Kartidjo, M.T, dikutip dari jatinangor.itb.ac.id, Senin, 20 Januari 2025.
Pencurian Lonceng Menara Loji Jatinangor
Pada tahun 1980-an, lonceng historis di Menara Loji dicuri dan hingga kini kasusnya belum terpecahkan.
Fungsi dan Manfaat Menara Loji Jatinangor
Menara Loji menjadi saksi bisu sejarah produktifnya Jatinangor sebagai sentra perkebunan karet. Menara Loji Jatinangor juga menjadi tempat wisata sejarah yang menarik bagi wisatawan dan warga lokal.
Sumber: berbagai sumber.
Editor : Nida Salma