Sukabumi Update

7 Penyebab Kekerasan di Kalangan Remaja dan Cara Mencegahnya

Ilustrasi. Kekerasan remaja bisa dipengaruhi oleh kondisi keluarga. (Sumber : Pexels/CottonBroStudio)

SUKABUMIUPDATE.com - Kekerasan di kalangan remaja adalah masalah serius yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari lingkungan, individu, maupun sosial.

Dengan memahami penyebab kekerasan di kalangan remaja, masyarakat dapat bekerja sama untuk mencegahnya dan menciptakan lingkungan yang aman dan sehat bagi generasi muda.

Berikut beberapa penyebab utama yang sering menjadi akar permasalahan kekerasan di kalangan remaja, dirangkum dari berbagai sumber:

Penyebab Kekerasan di Kalangan Remaja

1. Pengaruh Keluarga

Remaja yang kurang mendapatkan perhatian atau pengawasan dari orang tua cenderung lebih mudah terlibat dalam perilaku agresif. Lingkungan keluarga yang penuh dengan konflik atau kekerasan juga dapat menjadi contoh buruk bagi remaja, sehingga mereka meniru perilaku tersebut.

Penyebab penting dari keluarga berikutnya yakni tidak adanya pembentukan nilai-nilai moral dan empati sejak dini dapat membuat remaja sulit mengontrol emosinya.

2. Pengaruh Sekolah atau Lingkungan Sosial

Remaja sering menghadapi tekanan untuk menunjukkan keberanian atau mengikuti kelompok tertentu, yang terkadang melibatkan tindakan kekerasan. Soal perundungan, baik sebagai pelaku maupun korban, bullying dapat menciptakan siklus kekerasan di kalangan remaja.

Remaja yang merasa tidak memiliki teman atau dukungan sosial juga mungkin melampiaskan frustasi mereka melalui kekerasan.

3. Faktor Media dan Teknologi

Paparan terhadap film, video game, atau media sosial yang memuat kekerasan dapat memengaruhi cara pandang remaja terhadap perilaku agresif. Di era digital, cyberbullying atau konflik yang terjadi di dunia maya pun sering kali memicu kekerasan fisik di dunia nyata.

Baca Juga: 8 Cara Merawat Kulit Sehat Agar Kencang dan Awet Muda, Simak Tips Berikut!

4. Faktor Psikologis dan Emosional

Masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, atau gangguan pengendalian emosi dapat membuat remaja lebih rentan melakukan kekerasan.

Remaja yang tidak diajarkan cara mengelola emosi dan menyelesaikan konflik secara sehat juga sering kali memilih kekerasan sebagai solusi.

5. Kurangnya Pendidikan dan Nilai Sosial

Sistem pendidikan yang kurang menekankan pada pembentukan karakter dapat membuat remaja tidak memahami pentingnya empati dan toleransi. Selain itu, dalam beberapa komunitas, kekerasan di kalangan remaja mungkin dianggap sebagai cara untuk membuktikan kekuatan atau menyelesaikan masalah.

6. Faktor Ekonomi dan Lingkungan

Kondisi ekonomi yang sulit dapat menciptakan tekanan emosional yang memicu kekerasan. Kemudian, tinggal di lingkungan yang penuh konflik atau kriminalitas tinggi meningkatkan risiko perilaku agresif pada remaja, sehingga berpotensi melakukan kekerasan.

7. Penyalahgunaan Narkoba atau Alkohol

Penggunaan narkoba atau alkohol dapat menurunkan pengendalian diri dan memicu perilaku kekerasan.

Baca Juga: 20 Contoh Babasan Sunda dan Artinya: Ngarasa Ieu Aing Alias Adigung

Cara Mencegah Kekerasan di Kalangan Remaja

Mencegah kekerasan di kalangan remaja perlu dilakukan bersama-sama antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan lembaga lainnya.

1. Pendidikan Penyelesaian Masalah

Mengajarkan remaja tentang cara mengatasi konflik dan menyelesaikan masalah dengan cara yang konstruktif dapat membantu mereka menghindari situasi yang dapat berujung pada kekerasan.

2. Pendidikan Emosi

Membantu remaja mengenali dan mengelola emosi mereka secara sehat dapat membantu mengurangi kemungkinan terjadinya tindakan kekerasan akibat frustrasi atau kemarahan yang tidak terkendali.

3. Pendidikan tentang Empati

Mengajarkan remaja untuk memahami perasaan dan perspektif orang lain dapat membantu mengurangi kemungkinan terlibat dalam perilaku kekerasan.

4. Pengembangan Keterampilan Sosial

Mendorong remaja untuk mengembangkan keterampilan sosial yang positif, seperti berkomunikasi dengan baik, bekerjasama, dan membangun hubungan yang sehat, dapat membantu mengurangi risiko kekerasan.

5. Model Perilaku Positif

Penting bagi orang tua, guru, dan tokoh yang dihormati lainnya untuk menjadi contoh perilaku positif bagi remaja. Hal ini dapat membantu membentuk pandangan mereka tentang cara menangani konflik dan masalah.

6. Pengawasan Orang Tua

Orang tua perlu terlibat aktif dalam kehidupan remaja mereka dengan memberikan pengawasan dengan komunikasi terbuka dan mengajak anak untuk berbicara tentang pengalaman dan masalah mereka. Hal itu penting untuk mengetahui kegiatan remaja dan masalah apa yang dihadapinya.

7. Kurangi Paparan Kekerasan

Kontrol terhadap paparan remaja terhadap media yang mengandung kekerasan, baik itu film, permainan video, atau program televisi, dapat membantu mengurangi normalisasi tindakan kekerasan.

8. Program Anti Bullying

Sekolah dapat memperkenalkan program anti perundungan (anti-bullying) yang memberikan pemahaman tentang dampak negatif dari perilaku kekerasan dan mengajarkan cara mencegah dan mengatasi perundungan.

9. Pengembangan Rasa Kemandirian

Membantu remaja untuk merasa memiliki kontrol atas hidup mereka dan memberikan mereka rasa kemandirian dapat mengurangi frustasi dan kemungkinan terlibat dalam perilaku kekerasan.

10. Intervensi dan Konseling

Jika seorang remaja telah terlibat dalam perilaku kekerasan atau menunjukkan kecenderungan, intervensi yang tepat seperti konseling individu atau kelompok dapat membantu mereka mengatasi masalah dan belajar cara mengatasi konflik dengan cara yang sehat.

Editor : Nida Salma

Tags :
BERITA TERKAIT