SUKABUMIUPDATE.com - Perang Asia Timur Raya, juga dikenal sebagai Perang Pasifik, adalah bagian dari Perang Dunia II yang melibatkan konflik dua kekuatan besar, yakni Sekutu dan Jepang.
Perang Asia Timur Raya adalah salah satu konflik laut terbesar yang pernah terjadi. Bagi orang Jepang, istilah Perang Asia Timur Raya lebih umum digunakan, sedangkan di kalangan penulis Eropa, istilah Perang Pasifik lebih dikenal.
Perang Asia Timur Raya meliputi wilayah yang luas, termasuk Pasifik Tengah, Pasifik Selatan, Pasifik Barat Daya, Pasifik Barat, dan Pasifik Utara.
Baca Juga: Perjanjian Kalijati Subang, Saksi Bisu Tanah Jawa Barat dalam Perang Dunia II
Sejarah Perang Asia Timur Raya Jepang di Jawa Barat
Jepang memulai ekspansi imperialisme pada awal abad ke-20, dengan menyerbu Manchuria pada tahun 1931 dan melanjutkan dengan invasi Tiongkok pada tahun 1937.
Pada tahun 1941, Jepang menyerang Pearl Harbor dan memulai pendudukan wilayah-wilayah di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Invasi Jepang di Jawa Barat
Jepang berhasil menginvasi Jawa Barat pada tahun 1942 dan menguasainya hingga akhir Perang Dunia II.
Pendudukan Jepang membawa perubahan signifikan bagi masyarakat Jawa Barat, termasuk penggunaan bahasa Jepang, perubahan sistem pendidikan, dan pengalihan sumber daya.
Saat bergerak menuju Indonesia, pada 14 Februari 1942 Jepang mengirim pasukan penerjun payung ke Palembang, dan dalam dua hari kemudian, Palembang beserta sekitarnya berhasil dikuasai.
Kejatuhan Palembang memberikan akses bagi tentara Jepang untuk masuk ke wilayah Jawa. Untuk menghadapi serangan Jepang ini, Sekutu membentuk komando gabungan yang disebut American British Dutch Australian Command (ABDACOM) yang bermarkas di Lembang, Bandung. Letnan Jenderal Ter Poorten kemudian diangkat sebagai Panglima Tentara Hindia Belanda (KNIL).
Merujuk Kemdikbud, pada akhir Februari 1942, Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh pindah ke Bandung bersama dengan para pejabat tinggi pemerintah Hindia Belanda.
Pada masa itu, kekuatan militer Belanda di Jawa mencapai 40 ribu tentara (4 divisi), termasuk pasukan dari Inggris, Amerika Serikat, dan Australia. Sementara kekuatan militer Jepang di Jawa, diperkirakan antara 6 hingga 8 divisi atau sekitar 100 hingga 120 ribu tentara.
Pasukan Jepang yang ditugaskan untuk merebut Jawa dipimpin oleh Komando Tentara Keenambelas di bawah Letnan Jenderal Hitoshi Imamura.
Pada 1 Maret 1942, pasukan Jepang berhasil mendarat di Teluk Banten, Eretan Wetan (Jawa Barat), dan Kragan (Jawa Tengah). Menyusul pendaratan tersebut, pada 5 Maret Batavia dinyatakan sebagai "kota terbuka" karena tidak lagi dipertahankan oleh Belanda. Setelah jatuhnya Batavia, Jepang segera menduduki Buitenzorg untuk mencegah mundurnya tentara KNIL ke Bandung. Pada 5 Maret, Bogor berhasil diduduki oleh Kolonel Nasu.
Selain itu, pada 1 Maret Subang beserta lapangan terbang Kalijati juga berhasil dikuasai. Upaya Belanda untuk merebut kembali Subang Jawa Barat tidak berhasil.
Baca Juga: Info Loker Badan Gizi Nasional SPPI Batch 3: Jadwal, Syarat, Cara Daftar & Gajinya
Perlawanan dan Kemerdekaan Melawan Jepang
Meskipun Jepang menguasai sejumlah wilayah Indonesia, termasuk Jawa Barat, terdapat perlawanan dari masyarakat lokal yang berusaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Setelah Jepang menyerah pada tahun 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, yang diikuti oleh perang kemerdekaan melawan penjajah Belanda.
Perang Asia Timur Raya adalah masa yang penuh tantangan bagi masyarakat Jawa Barat, namun juga menjadi bagian penting dari sejarah perjuangan Indonesia menuju kemerdekaan.
Sumber: Berbagai Sumber.
Editor : Nida Salma