SUKABUMIUPDATE.com - Pernah nggak sih, kamu makan sesuatu yang pedas sampai lidah terasa terbakar, tapi tetap lanjut karena rasanya begitu menggoda? Makanan pedas memang punya daya tarik tersendiri yang bikin banyak orang sulit berhenti. Bahkan, ada yang sengaja mencari sensasi pedas lebih ekstrem. Ternyata, ada alasan ilmiah di balik kebiasaan ini!
1. Capsaicin dan Efek ‘Nagih’ di Otak
Zat utama dalam cabai yang memberikan sensasi pedas adalah capsaicin. Saat capsaicin bersentuhan dengan lidah, ia menstimulasi reseptor rasa sakit, yang biasanya merespons panas atau luka bakar. Otak kemudian mengira tubuh sedang mengalami kondisi ekstrem dan bereaksi dengan melepaskan endorfin serta dopamin.
Endorfin adalah hormon yang membuat kita merasa nyaman dan mengurangi rasa sakit, sedangkan dopamin adalah neurotransmitter yang menciptakan perasaan bahagia. Efek ini mirip dengan yang terjadi saat seseorang berolahraga atau melakukan sesuatu yang menyenangkan, sehingga makan pedas bisa terasa "nagih" seperti euforia kecil di otak.
Baca Juga: Juragan Sambal Berbagi Tips Perut Aman Makan Pedas Selama Puasa
2. Sensasi Tantangan dan Adrenalin
Bagi banyak orang, makan pedas bukan hanya soal rasa, tapi juga tantangan. Sensasi terbakar di lidah bisa memicu produksi adrenalin, yang membuat tubuh merasa lebih waspada dan berenergi. Ini mirip dengan pengalaman saat seseorang menaiki wahana ekstrem atau melakukan aktivitas berisiko.
Selain itu, di banyak budaya, makanan pedas dianggap sebagai bagian dari identitas kuliner. Sejak kecil, kita terbiasa melihat orang tua dan teman menikmati makanan pedas, sehingga kita pun ingin menyesuaikan diri dengan lingkungan.
3. Tekstur dan Kombinasi Rasa yang Menggoda
Makanan pedas sering kali dipadukan dengan berbagai rasa lain, seperti asin, gurih, atau manis, yang semakin meningkatkan daya tariknya. Contohnya, keripik pedas yang renyah atau mie pedas dengan kuah gurih. Sensasi ini membuat otak terus menginginkan lebih banyak gigitan.
Tekstur makanan juga berpengaruh besar. Makanan yang renyah atau berkuah kental bisa membuat kita terus ingin makan, karena pengalaman sensoriknya sangat memuaskan.
Baca Juga: Suka Pedas?Coba Cabai Hiyung, Pedasnya 17X Lipat!
4. Mengaburkan Sinyal Kenyang
Capsaicin juga memiliki efek lain yang cukup unik: ia bisa mengalihkan perhatian otak dari sinyal kenyang. Saat makan makanan pedas, tubuh lebih fokus pada rasa terbakar di lidah daripada rasa kenyang di perut.
Itulah sebabnya kita sering tidak sadar sudah makan terlalu banyak saat menikmati makanan pedas. Sensasi pedas membuat kita terus mengejar gigitan berikutnya, meskipun perut sebenarnya sudah cukup penuh.
5. Efek Mendinginkan Tubuh di Iklim Tropis
Di negara tropis seperti Indonesia, makanan pedas justru bisa membantu tubuh menyesuaikan diri dengan suhu panas. Saat makan pedas, tubuh akan berkeringat lebih banyak, yang membantu menurunkan suhu tubuh secara alami.
Itulah sebabnya, dalam banyak budaya yang berada di daerah beriklim panas, makanan pedas menjadi bagian dari kebiasaan makan sehari-hari.
Baca Juga: Mari Memperpanjang Umur dengan Makanan Pedas
Pedas Itu Nikmat, Tapi Harus Dikendalikan
Makanan pedas punya daya tarik kuat karena efek kimiawi, sensasi tantangan, dan kombinasi rasa yang memuaskan. Tapi, meskipun rasanya menggoda, konsumsi berlebihan bisa menyebabkan iritasi lambung atau masalah pencernaan lainnya.
Jadi, kalau kamu termasuk pencinta makanan pedas, nikmatilah dengan bijak! Jangan sampai terlalu asyik menikmati sensasi pedas hingga lupa batasannya.
Sumber : Halodoc
Editor : Maya Santika