SUKABUMIUPDATE.com - Sumur Tujuh atau dikenal juga sebagai Sumber Tujuh berlokasi di Kampung Pancuran Mas, Desa Lebakwana, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, Banten. Tempat ini memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai lokasi peziarahan dan tempat pemandian.
Pengelolaan Sumur Tujuh berada di bawah tanggung jawab H. Zain, yang merupakan sesepuh Kampung Pancuran Mas. Banyak masyarakat dari luar desa, bahkan dari berbagai daerah di luar kota, datang untuk berziarah dan melihat langsung tempat ini.
Para peziarah yang datang ke lokasi ini memiliki tujuan yang beragam. Banyak yang datang untuk berdoa, memohon sesuatu sesuai harapan mereka, atau mencari pusaka yang diyakini berasal dari makam para wali dan peninggalan leluhur.
Di tengah pemukiman penduduk, terdapat gapura bertuliskan "Makam Kramat 7 Sumur 7 Pancuran Mas" yang menandai keberadaan situs ini. Sekitar 500 meter dari gapura tersebut, terdapat area makam serta sumur kramat yang menjadi tujuan utama peziarahan.
Akses menuju makam masih berupa jalan setapak tanpa pengerasan. Saat memasuki area situs, pengunjung akan disambut dengan papan informasi cagar budaya dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang.
Pada papan informasi tersebut, tertulis nama-nama wali yang dahulu merupakan panglima perang dalam penyebaran Islam di wilayah Banten.
Di papan informasi tersebut, disebutkan bahwa kompleks makam ini mencakup makam Ibu Ratu Nyai Wana, Syekh Pangeran Sebrang Kidul, Syekh Pangeran Antasangin, Buyut Kembar Hasan-Husen, Buyut Tunggal, Syekh Abah Syaki Al Bantani, dan Buyut Raden Ireng.
Selain menjadi tujuan wisata religi bagi masyarakat luar, Makam Kramat 7 Sumur 7 Pancuran Mas juga sering dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk mandi, bahkan ada yang langsung meminum airnya sepulang dari bertani di sawah.
Keunikan sumur ini adalah airnya yang tidak pernah kering. Masyarakat meyakini bahwa air dari sumur tersebut memiliki berbagai khasiat. Tempat ini biasanya ramai dikunjungi pada malam Jumat, bahkan konon sering didatangi oleh para pejabat.
Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, Sumur Tujuh di Desa Lebakwana dulunya menjadi tempat berkumpulnya para wali dan tokoh-tokoh spiritual di Banten, yang dikenal sebagai 'Tegal Papak Kramatwatu'. Tempat ini digunakan sebagai pusat penyebaran ajaran Islam di wilayah tersebut.
Legenda Sumur Tujuh ini memiliki kemiripan dengan kisah Nabi Ibrahim a.s., Siti Hajar, dan Nabi Ismail a.s. Konon, saat para wali berkumpul bersama Syekh Mansyur Cikaduen, waktu salat tiba, namun mereka tidak menemukan sumber air, bahkan sekadar untuk berwudu.
Diceritakan bahwa Syekh Mansyur memiliki tongkat sakti bernama Walangsungsang. Ketika ia menancapkan tongkatnya ke tanah, air pun muncul. Proses ini diulang hingga tujuh kali, sehingga terbentuklah tujuh sumur yang kemudian dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan.
Sumber lain menyebutkan bahwa Sumur Tujuh muncul pada masa Kesultanan Maulana Hasanudin saat beliau berusaha merebut kekuasaan dari Pucuk Umun di wilayah Banten. Berkat perjuangan para wali, akhirnya Pucuk Umun dapat diusir ke Banten Selatan oleh Sultan Maulana Hasanudin.
Menurut cerita dari penjaga situs, jumlah sumur di tempat ini bisa berubah-ubah tergantung pada tingkat spiritualitas atau kemampuan orang yang berziarah ke sana. Tempat ini juga diyakini sebagai lokasi bertapa bagi para wali di masa lampau.
Bangunan yang menaungi makam dan sumur di situs ini baru mulai dibangun sekitar tahun 1996. Sebelumnya, keberadaan sumur yang memiliki berbagai jenis air ini belum banyak diketahui oleh masyarakat luas.
Namun, saat ini, situs Sumur Tujuh telah menjadi tempat yang banyak dikunjungi, terutama pada malam Jumat. Banyak pengunjung datang dengan berbagai niat, mulai dari berendam semalaman di sumur hingga mencari kejayaan. Tidak hanya warga biasa, tetapi juga pejabat pernah datang ke tempat ini.
Sumur-sumur di tempat ini memiliki diameter sekitar 0,5-1 meter dan dikelilingi oleh pohon beringin besar. Meskipun disebut Sumur Tujuh, kenyataannya jumlah sumur di tempat ini lebih dari 26, dengan 19 sumur berada di bagian utara dan 7 sumur di bagian selatan.
Situs Kramat 7 Sumur 7 Pancuran Mas kini telah menjadi salah satu destinasi wisata religi yang diakui secara resmi sebagai Cagar Budaya oleh Pemerintah Kabupaten Serang melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Sumber: Berbagai Sumber
Editor : Ikbal Juliansyah