SUKABUMIUPDATE.com - Mobbing dan bullying adalah dua bentuk perilaku negatif yang dapat merusak mental dan emosional individu. Meskipun keduanya melibatkan perilaku agresif terhadap korban, mobbing seringkali dianggap lebih berbahaya, terutama dari segi dampak psikologis. Mobbing, yang biasanya melibatkan sekelompok orang yang menyasar satu individu, dapat memiliki efek jangka panjang yang jauh lebih dalam dibandingkan bullying yang seringkali dilakukan oleh satu orang. Artikel ini akan membahas mengapa mobbing lebih berbahaya dari bullying, serta dampak psikologis yang ditimbulkannya.
Apa Itu Mobbing dan Bullying?
Mobbing adalah tindakan intimidasi yang dilakukan oleh sekelompok orang atau kelompok sosial terhadap satu individu secara terus-menerus. Perilaku ini bisa berupa pengucilan, penyebaran rumor buruk, hinaan, atau perlakuan yang merendahkan secara sistematis. Mobbing biasanya terjadi di lingkungan kerja, sekolah, atau kelompok sosial lainnya.
Sementara itu, bullying merujuk pada tindakan agresif yang dilakukan oleh satu individu terhadap individu lainnya, yang bisa berupa kekerasan fisik, verbal, atau psikologis. Meskipun bullying juga memiliki dampak yang merugikan, bentuk ini sering kali lebih terlihat dan bisa terjadi dalam jangka waktu yang lebih pendek.
Baca Juga: Mobbing di Tempat Kerja: Mengapa Tindakan Ini Bisa Menyebabkan Stres dan Gangguan Kesehatan Mental?
Mengapa Mobbing Lebih Berbahaya dari Bullying?
1. Intensitas yang Lebih Tinggi dan Berkelanjutan
Salah satu alasan mengapa mobbing lebih berbahaya daripada bullying adalah intensitasnya. Dalam mobbing, sekelompok orang terlibat dalam menghina atau mengisolasi satu individu, yang membuatnya lebih berbahaya dibandingkan bullying oleh satu orang. Karena tekanan yang datang dari banyak pihak, korban mobbing sering kali merasa terperangkap tanpa jalan keluar, yang membuat dampaknya jauh lebih parah.
Mobbing juga cenderung berlangsung lebih lama dan terus-menerus. Tidak seperti bullying yang bisa terjadi dalam periode singkat, mobbing seringkali berlangsung berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Rasa cemas, takut, dan terisolasi yang dialami korban dapat semakin mendalam seiring berjalannya waktu.
2. Pengucilan Sosial yang Lebih Parah
Di tempat kerja atau sekolah, mobbing seringkali melibatkan pengucilan sosial, di mana korban secara sengaja diabaikan atau dipinggirkan oleh sekelompok orang. Pengucilan ini tidak hanya membuat korban merasa tidak dihargai, tetapi juga menghilangkan dukungan sosial yang biasanya bisa diberikan oleh teman-teman atau rekan kerja.
Proses ini bisa sangat merusak, karena manusia secara alami membutuhkan hubungan sosial untuk menjaga kesehatan mental mereka. Ketika seseorang terisolasi dari kelompok, perasaan kesepian dan depresi bisa semakin berkembang. Dalam kasus mobbing, pengucilan ini cenderung lebih sistematis dan berlangsung lebih lama dibandingkan dengan bullying yang hanya dilakukan oleh satu orang.
Baca Juga: Mobbing vs Bullying: Kenapa Perilaku Ini Lebih Berbahaya daripada yang Dibayangkan?
3. Kehilangan Kepercayaan Diri yang Lebih Dalam
Mobbing, karena dilakukan oleh banyak orang, dapat menyebabkan korban kehilangan rasa percaya diri dan harga diri dengan cara yang lebih signifikan. Ketika satu individu terus-menerus dihina atau direndahkan oleh sekelompok orang, perasaan tidak dihargai ini dapat merusak persepsi mereka terhadap diri sendiri.
Kepercayaan diri korban dapat hancur secara perlahan, dan mereka mulai meragukan kemampuan serta nilai mereka sendiri. Perasaan rendah diri ini dapat membuat mereka merasa terjebak dalam situasi yang sulit, yang berujung pada kecemasan, depresi, dan bahkan ketidakmampuan untuk menghadapi tantangan hidup sehari-hari.
4. Stres Berkepanjangan yang Meningkatkan Risiko Kesehatan Mental
Stres yang ditimbulkan oleh mobbing tidak hanya berkaitan dengan kejadian-kejadian yang terjadi setiap hari, tetapi juga dengan ketidakpastian mengenai kapan perilaku tersebut akan berhenti. Korban mobbing hidup dalam kondisi ketakutan yang konstan, selalu khawatir akan serangan atau pengecualian lebih lanjut.
Perasaan stres yang berkepanjangan ini bisa menyebabkan gangguan mental yang lebih serius, seperti gangguan kecemasan, depresi, atau gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Stres kronis akibat mobbing juga berhubungan dengan masalah fisik, seperti gangguan tidur, gangguan makan, atau peningkatan risiko penyakit jantung.
5. Tidak Ada Tempat untuk Melarikan Diri
Berbeda dengan bullying yang mungkin terjadi di luar lingkungan sosial sehari-hari korban, mobbing seringkali terjadi di tempat-tempat di mana individu tidak bisa dengan mudah melarikan diri, seperti di tempat kerja atau sekolah. Korban mobbing merasa terjebak di dalam situasi tersebut, tidak ada tempat yang aman untuk mereka bersembunyi.
Kondisi ini menciptakan rasa terperangkap yang dapat memperburuk kesehatan mental korban. Tidak jarang, mereka merasa tidak memiliki pilihan lain selain menerima perlakuan tersebut, yang pada gilirannya memperburuk kondisi psikologis mereka.
Baca Juga: 8 Penyebab Perempuan Tumbuh Jadi Orang Plin-Plan, Pola Asuh Berpengaruh!
Dampak Psikologis dari Mobbing
Dampak psikologis dari mobbing sangat serius dan seringkali berdampak jangka panjang. Berikut adalah beberapa gangguan mental yang mungkin dialami korban mobbing:
- Depresi
Korban mobbing sering merasa putus asa, tidak berdaya, dan tertekan, yang bisa memicu depresi. Mereka mungkin merasa bahwa tidak ada jalan keluar dari situasi tersebut, yang memperburuk perasaan mereka. - Gangguan Kecemasan
Perasaan cemas yang berkelanjutan adalah gejala umum yang dialami oleh korban mobbing. Ketidakpastian mengenai serangan berikutnya atau cara menghadapi perlakuan tersebut dapat menyebabkan kecemasan yang intens. - Gangguan Stres Pasca-Trauma (PTSD)
Mobbing yang berlangsung lama dan intens dapat menyebabkan gangguan stres pasca-trauma. Gejala PTSD termasuk kilas balik, mimpi buruk, kecemasan ekstrem, dan kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. - Burnout (Kelelahan Mental)
Korban mobbing dapat mengalami burnout akibat stres yang berkepanjangan. Kelelahan emosional dan mental yang mereka alami membuat mereka merasa tidak termotivasi dan kehilangan semangat untuk bekerja atau beraktivitas.
Solusi untuk Mengatasi Mobbing
- Menciptakan Lingkungan yang Mendukung
Untuk mencegah mobbing, penting bagi perusahaan atau sekolah untuk menciptakan lingkungan yang saling mendukung dan inklusif. Program pelatihan tentang etika kerja, penghormatan terhadap keberagaman, dan keterampilan komunikasi dapat membantu menciptakan suasana yang sehat. - Dukungan Psikologis
Korban mobbing perlu mendapatkan dukungan psikologis, baik melalui konseling atau terapi untuk membantu mereka mengatasi dampak emosional yang ditimbulkan. Penyuluhan tentang stres dan manajemen emosi juga penting untuk membantu mereka pulih. - Kebijakan yang Tegas
Organisasi perlu memiliki kebijakan anti-mobbing yang jelas, dengan prosedur pelaporan yang mudah diakses. Setiap tindakan mobbing harus dihadapi dengan tindakan disipliner yang tegas, sehingga korban merasa dilindungi dan aman. - Menciptakan Saluran Komunikasi yang Terbuka
Perusahaan atau sekolah harus memastikan bahwa ada saluran komunikasi yang terbuka bagi individu yang merasa menjadi korban mobbing untuk melapor tanpa rasa takut akan pembalasan.
Meskipun bullying juga berdampak buruk pada kesehatan mental, mobbing sering kali lebih berbahaya karena sifatnya yang lebih terorganisir, berkelanjutan, dan melibatkan banyak pihak. Dampaknya tidak hanya merusak kepercayaan diri korban, tetapi juga menyebabkan gangguan mental jangka panjang seperti depresi, kecemasan, dan PTSD. Oleh karena itu, penting untuk menangani mobbing dengan serius, menciptakan lingkungan yang aman, dan menyediakan dukungan bagi mereka yang terdampak. Dengan tindakan yang tepat, kita dapat mengurangi dampak psikologis dari mobbing dan menciptakan ruang yang lebih sehat bagi semua orang.
Baca Juga: Rahasia Kecantikan Alami: Perawatan Kulit dengan Bahan Dapur yang Ampuh
Sumber : American Psychological Association (APA), "The Effects of Mobbing on Mental Health,"
Editor : Silvi Maharani