Sukabumi Update

Mengenal Apa Itu Cancel Culture: Respon Kontroversi Publik dan Suara Media Sosial

Ilustrasi. Cancel Culture sering kali terjadi di media sosial atau dalam lingkungan online (Sumber : Pexels/MarkusWinkler)

SUKABUMIUPDATE.com - Cancel Culture adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan fenomena di mana seseorang atau sesuatu yang terkena kontroversi atau dianggap melanggar nilai-nilai sosial atau etika, kemudian diboikot atau dihukum secara sosial dengan membatasi dukungan atau perhatian terhadap mereka.

Cancel Culture sering kali terjadi di media sosial atau dalam lingkungan online di mana seseorang atau sesuatu bisa kehilangan reputasi atau pengaruh mereka. Cancel Culture ini disebabkan oleh tindakan atau pernyataan yang dianggap tidak pantas atau tidak etis oleh sebagian besar masyarakat.

Cancel Culture di Indonesia juga berkembang seiring dengan meningkatnya penggunaan media sosial.

Baca Juga: Pilar Ekonomi, Membaca Sejarah Lumbung Padi di Purwakarta Jawa Barat

Fenomena Cancel Culture sering muncul ketika publik merasa seseorang—baik itu figur publik, selebritas, politikus, atau tokoh masyarakat—melakukan tindakan atau menyampaikan pernyataan yang kontroversial, tidak etis, atau melukai perasaan masyarakat.

Karakteristik Cancel Culture di Indonesia

Respons terhadap Kontroversi Publik

Merangkum dengan berbagai sumber, kasus-kasus Cancel Culture sering kali muncul terkait dengan:

  • Pernyataan atau komentar sensitif, seperti ujaran yang dianggap rasis, seksis, atau menyinggung agama.
  • Skandal pribadi, seperti perselingkuhan atau pelanggaran hukum.
  • Tindakan yang tidak sesuai norma, misalnya dianggap merendahkan budaya atau melanggar nilai-nilai sosial.

Contoh: Beberapa figur publik pernah "dibatalkan" karena unggahan di media sosial yang dianggap ofensif atau tidak pantas.

Peran Media Sosial Terhadap Cancel Culture

Media sosial menjadi tempat utama di mana cancel culture terjadi. Tagar seperti #Boikot atau #Cancel sering digunakan untuk menyerukan aksi kolektif.

Dampak Cancel Culture

  • Sanksi sosial: Kehilangan pengikut, hujatan massal, atau kritik tajam di media sosial.
  • Kerugian finansial: Kehilangan pekerjaan, kontrak, atau peluang bisnis karena citra yang rusak.
  • Reaksi dari pihak terkait: Beberapa pihak mencoba meminta maaf atau memberikan klarifikasi untuk memperbaiki citra.

Baca Juga: Histori Stadhuis van Batavia, Museum Sejarah Jakarta yang Penuh Cerita Masa Lalu

Nilai Positif dan Negatif Cancel Culture

Dari sisi positif, Cancel Culture bisa menjadi cara masyarakat menyuarakan penolakan terhadap ketidakadilan atau tindakan yang merugikan.

Namun Cancel Culture juga bernilah negatif karena menjadi bentuk "trial by social media," di mana seseorang dihukum tanpa proses yang adil, atau tanpa memperhitungkan konteks dan kompleksitas masalah.

Contoh Kasus Cancel Culture

  • Artis atau figur publik

Pernyataan kontroversial dari selebritas yang dianggap menyinggung agama atau budaya sering kali berujung pada boikot atau hujatan di media sosial.

  • Produk atau merek

Brand yang dianggap tidak menghormati budaya lokal atau melakukan kesalahan etika kerap mengalami boikot publik.

Cancel Culture di Indonesia mencerminkan bagaimana masyarakat menggunakan media sosial sebagai alat untuk menuntut akuntabilitas. Namun, penggunaannya yang tidak proporsional juga bisa menimbulkan efek buruk, seperti cyberbullying atau penghakiman sepihak.

Sumber: Berbagai Sumber.

Editor : Nida Salma

Tags :
BERITA TERKAIT