SUKABUMIUPDATE.com - Raden Walangsungsang adalah putra mahkota Kerajaan Pajajaran, putra dari Prabu Jayadewata (Prabu Siliwangi) dan istrinya, Nyi Mas Subanglarang, seorang wanita muslim.
Sejak kecil, Raden Walangsungsang dididik dan dipersiapkan untuk menjadi penerus takhta kerajaan. Selain memiliki kecerdasan dalam kepemimpinan, ia juga menguasai berbagai ilmu kesaktian yang diajarkan oleh guru-guru kerajaan serta Prabu Siliwangi sendiri.
Namun, ketika beranjak dewasa, Raden Walangsungsang merasakan kegelisahan batin dan kekosongan dalam hidupnya, meskipun ia tinggal di istana yang megah.
Suatu malam, dalam tidurnya, ia bermimpi bertemu dengan seorang laki-laki yang memperkenalkan ajaran baru kepadanya, yaitu Islam. Dalam mimpinya, ia merasakan kehangatan, kedamaian, serta cahaya yang menerangi jiwanya.
Raden Walangsungsang kemudian menceritakan mimpinya kepada ibunya, Nyi Mas Subanglarang, dan adiknya, Rara Santang. Mendengar hal itu, Nyi Mas Subanglarang merasa senang dan bersyukur karena menganggap mimpi tersebut sebagai hidayah bagi putranya.
Ia pun menjelaskan bahwa ajaran dalam mimpi itu adalah agama Islam, agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
Meski telah mengenal Islam, Raden Walangsungsang masih menganut ajaran Sunda Wiwitan, kepercayaan leluhurnya. Namun, mimpi serupa terus berulang, di mana ia bertemu dengan sosok laki-laki yang mengajarkan Islam kepadanya.
Ada yang mengatakan bahwa sosok dalam mimpinya adalah Syekh Nurjati, seorang ulama dari Cirebon yang kelak menjadi gurunya.
Meyakini bahwa mimpi tersebut adalah petunjuk untuknya, Raden Walangsungsang akhirnya memutuskan untuk meninggalkan istana dan mencari guru yang dapat mengajarkan Islam kepadanya.
Ia pun memberanikan diri untuk meminta izin kepada ayahnya, Prabu Siliwangi. Dengan berat hati, Prabu Siliwangi mengizinkannya pergi, sementara tahta Pajajaran diserahkan kepada Surawisesa, putranya dari istri kedua, Nyi Mas Kentring Manik.
Ilustrasi - Radeng Walangsungsang yang masuk Islam. | AI/Monica
Perjalanan Spiritual dan Pencarian Ilmu
Dalam perjalanannya, Raden Walangsungsang bertemu dengan seorang resi bernama Ki Gedeng Danuwarsih dan berguru kepadanya. Sementara itu, adiknya, Nyimas Rara Santang, yang merasa sedih ditinggalkan, memutuskan untuk menyusul kakaknya mencari ajaran Islam.
Dalam pencariannya, ia bertemu dengan bibinya, Endang Sakati, yang menyarankannya pergi ke tempat Ki Gedeng Danuwarsih.
Pada suatu hari, Ki Gedeng Danuwarsih memberikan pelajaran kepada Raden Walangsungsang tentang berbagai ilmu kebatinan. Namun, untuk ilmu syariat Islam, ia tidak bisa mengajarkan karena belum mengetahuinya.
Sebelum melanjutkan pencariannya, Walangsungsang dinikahkan dengan putri Ki Gedeng Danuwarsih, Nyai Endang Geulis, dan diberi pusaka berupa cincin Ampal sebagai tanda murid dan bekal perjuangannya.
Ia juga mendapat gelar Syekh Abdullah dan diperintahkan untuk melanjutkan perjalanan ke Gunung Ciangke.
Di Gunung Ciangke, ia bertemu dengan seorang pendeta yang hanya mengetahui riwayat hidup Nabi Muhammad SAW, tetapi tidak memahami ajarannya.
Pendeta tersebut meramalkan bahwa Walangsungsang akan menjadi seorang pemimpin besar. Ia pun diberi pusaka Golok Cabang, yang kemudian dinamai Kyai Sangkan.
Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan Sang Naga, penjaga pusaka kuno milik para dewa. Setelah mendengar niat Walangsungsang mencari ajaran Nabi Muhammad, Sang Naga memberikan pusaka berupa Umbul, Badong dan Kopiah Waring. Walangsungsang pun melanjutkan perjalanan ke Gunung Cangak atas saran Sang Naga.
Di Gunung Cangak, ia bertemu dengan Raja Jin yang berwujud burung bangau jejadian. Setelah mendengar tujuan Walangsungsang, Raja Jin menyarankannya pergi ke Gunung Amparan Jati. Sebelum pergi, ia diberi pusaka berupa Piring Panjang dan Pentil Baja.
Pertemuan dengan Syekh Nurjati
Dalam perjalanan menuju Gunung Amparan Jati, Walangsungsang mendengar lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang tidak diketahui sumbernya. Ia terus mencari hingga akhirnya bertemu dengan Syekh Datuk Kahfi, yang lebih dikenal sebagai Syekh Nurjati.
Pertemuannya dengan Syekh Nurjati menjadi titik terang dalam pencariannya. Ia pun mulai mempelajari agama Islam secara mendalam, dari syariat hingga ajaran tasawuf. Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia diberi gelar Somadullah dan diperintahkan untuk menyempurnakan ilmunya dengan berhaji ke Tanah Suci.
Raden Walangsungsang berangkat haji bersama adiknya, Nyimas Rara Santang. Dalam perjalanannya, Rara Santang dipersunting oleh Syarif Abdullah, penguasa Mesir, dan melahirkan Syarif Hidayatullah, yang kelak dikenal sebagai Sunan Gunung Jati.
Sepulang dari Tanah Suci, Raden Walangsungsang mendirikan pedukuhan yang dipimpin oleh seorang kuwu (kepala desa), Ki Gedeng Alang-Alang. Ia sendiri diangkat sebagai Pangraksabumi dengan gelar Pangeran Cakrabuana. Setelah Ki Gedeng Alang-Alang wafat, ia diangkat sebagai kuwu dan dikenal dengan sebutan Mbah Kuwu.
Pendiri Kesultanan Cirebon
Di bawah kepemimpinannya, daerah yang dipimpinnya berkembang pesat dan sejahtera. Ia membangun Kuta Kosod (benteng bata merah), Dalem Agung Pakungwati, serta membentuk pemerintahan Cirebon pada tahun 1430 M.
Dengan demikian, Pangeran Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana merupakan pendiri pertama Kesultanan Cirebon, kerajaan Islam pertama di Tanah Sunda. Kesultanan ini kelak diteruskan oleh keponakannya, Syarif Hidayatullah, yang lebih dikenal sebagai Sunan Gunung Jati.
Sumber: YouTube Bujang Gotri
Editor : Ikbal Juliansyah