SUKABUMIUPDATE.com - Masa balita merupakan masa yang penuh tantangan, terutama saat anak mulai sering merengek. Perilaku ini biasanya muncul karena anak kesulitan dalam mengekspresikan emosinya, terutama saat merasa lelah, lapar, kesal, atau tidak nyaman. Selain itu, anak sering merengek ketika mereka tahu bahwa perilaku tersebut dapat menarik perhatian orang tua.
Menurut Michele Borba, Ed.D., penulis Parents Do Make a Difference, meskipun anak usia 3 tahun ke atas sudah mampu berbicara dengan lancar, namun pemahaman mereka masih terbatas. Hal ini membuat mereka sering menggunakan rengekan untuk menyampaikan keinginannya.
Namun, jika orang tua selalu menanggapi rengekan dengan menyerah atau marah, anak cenderung akan terus melakukannya. Jane Nelsen, Ed.D., penulis Positive Discipline for Preschoolers, menyarankan agar orang tua tidak terpancing atau menyerah pada rengekan anak, karena hal itu dapat memperkuat pola perilaku negatif tersebut.
Untuk mengatasi rengekan anak secara efektif, orang tua perlu menerapkan strategi yang mendukung perkembangan anak tanpa menggunakan hukuman. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu.
Baca Juga: 5 Strategi Efektif Untuk Membantu Anak Remaja Agar Mau Mengerjakan Pekerjaan Rumah
Cara Mengatasi Anak yang Sering Merengek
1. Jangan Bahwa Anda Terganggu atau Terpengaruh
Saat anak merengek, usahakan untuk tidak menunjukkan rasa kesal atau terganggu. Tetaplah tenang dan hindari memberikan reaksi berlebihan. Setelah anak berhenti merengek, gunakan waktu yang tenang untuk berbicara di dalamnya.
Katakan kepada anak, "Jika kamu ingin menanyakan sesuatu, gunakan suara yang baik dan sopan, ya." Pastikan anak memahami bahwa Anda tidak akan merespons rengekan, tetapi akan mendengarkan jika mereka berbicara dengan cara yang lebih baik.
2. Ajarkan Anak Cara Meminta dengan Baik
Anak sering kali merengek karena tidak tahu cara lain untuk menyampaikan keinginannya. Anda dapat membantu dengan memberikan contoh secara langsung.
Salah satu cara efektif adalah merekam suara anak saat merengek dan saat berbicara dengan nada yang baik. Putar kedua rekaman tersebut kepada anak, lalu diskusikan bersama untuk menunjukkan perbedaan antara sikap yang baik dan yang tidak.
Pastikan anak memahami bahwa tujuan Anda adalah membantu mereka belajar, bukan untuk mempermalukan mereka. Selain itu, ajarkan kata-kata spesifik yang bisa digunakan anak untuk menyampaikan maksudnya tanpa harus merengek.
Baca Juga: Sukabumi Diguncang Gempa! BMKG Catat Kekuatan M5.2 dan Berpusat di Laut
3. Berikan Pujian untuk Berperilaku Positif
Ketika anak mulai menggunakan nada suara yang baik, berikan pujian. Misalnya, Anda bisa mengatakan, "Terima kasih ya, sudah berbicara dengan sopan," atau "Wah, suaranya merdu sekali saat berbicara seperti itu."
Pujian atas perilaku positif akan membuat anak merasa dihargai dan termotivasi untuk melakukannya lagi. Dengan cara ini, kebiasaan merengek dapat dikurangi secara bertahap.
4. Tetap Konsisten dalam Pendekatan Anda
Kunci utama dalam mengatasi anak yang sering merengek adalah konsistensi. Jangan menyerah jika metode ini tidak langsung berhasil. Perlu waktu bagi anak untuk memahami dan mengubah perilakunya.
Selain itu, evaluasi diri Anda sebagai orang tua. Periksa apakah cara bicara atau sikap Anda dapat memicu rengekan anak. Dengan memberikan contoh yang baik dan tetap konsisten, Anda akan melihat perubahan positif pada perilaku anak.
Mengapa Penting Menghentikan Kebiasaan Merengek Sejak Dini?
Mengajarkan anak cara berkomunikasi yang efektif sejak dini sangat penting. Jika kebiasaan merengek tidak dihentikan, perilaku ini dapat terbawa hingga mereka dewasa. Anak yang terus merengek berisiko mengalami kesulitan bersosialisasi, karena tidak ada orang yang nyaman dengan individu yang mudah merengek.
Baca Juga: Bazar Kuliner Ramadhan Hadir di Cisaat Sukabumi, 35 Pelaku UMKM Hadirkan Kuliner Unggulan
Sebagai orang tua, Anda memiliki peran besar dalam membentuk karakter anak. Dengan membantu anak memahami cara berkomunikasi dengan baik, Anda tidak hanya mengatasi masalah yang dihadapi, tetapi juga membangun kepercayaan diri dan keterampilan sosial mereka.
Sumber: webmd
Editor : Emi Amelia