Sukabumi Update

Memahami Teman Khayalan pada Anak: Fenomena yang Wajar dan Positif

Ilustrasi seorang anak memiliki teman khayalan (Sumber: Freepik/@freepik)

SUKABUMIUPDATE.com - Memiliki teman khayalan adalah bagian dari perkembangan anak, terutama pada usia 3 hingga 12 tahun. Anak-anak mungkin menciptakan “sosok” yang tak terlihat, bahkan memberinya nama dan karakteristik unik. Teman khayalan ini biasanya hadir saat diinginkan anak dan menghilang tanpa disadari ketika anak tidak lagi membutuhkannya. Fenomena ini sering dianggap aneh, tetapi sebenarnya adalah bagian normal dari pertumbuhan anak.

Mengapa Anak Memiliki Teman Khayalan?

Menurut Dr. David Erickson, psikolog pediatrik dari Glenrose Rehabilitation Hospital, teman khayalan memungkinkan anak keluar dari kenyataan yang sedang dialami. Anak menciptakan dunia yang diinginkannya, seperti menghadapi rasa kesepian atau mengatasi perubahan besar dalam hidup.

Beberapa situasi yang dapat memicu kehadiran teman khayalan meliputi:

  • Kelahiran adik baru.
  • Perpindahan teman dekat atau keluarga.
  • Kehilangan orang yang dicintai.
  • Transisi ke lingkungan baru, seperti masuk sekolah.

Keberadaan teman khayalan membantu anak mengeksplorasi situasi ini dengan aman. Teman imajiner ini sering menjadi sarana bagi anak untuk belajar mengelola emosi, bereksperimen dengan peran sosial baru, atau menciptakan rasa kontrol atas dunia mereka. Anak dapat memarahi, memuji, atau berbicara dengan teman khayalannya tanpa rasa takut akan penilaian.

Baca Juga: 9 Jenis Alergi pada Anak yang Harus Dipahami Orang Tua

Manfaat Positif dari Teman Khayalan

Menurut riset dari Queen’s University, Ontario, sekitar 40–65 persen anak usia 3 hingga 5 tahun memiliki teman khayalan. Anak-anak ini sering memiliki kepercayaan diri lebih tinggi, kemampuan fokus yang baik, dan empati terhadap orang lain. Mereka juga cenderung lebih kreatif dan mampu memahami perspektif berbeda.

Penelitian dari Yale University menunjukkan bahwa anak sulung atau anak tunggal lebih mungkin memiliki teman khayalan. Anak-anak ini sering memiliki imajinasi yang kaya, kosakata yang lebih luas, dan kemampuan bermain mandiri yang lebih baik.

Selama anak tetap berperilaku baik dan tidak menunjukkan tanda-tanda masalah serius, keberadaan teman khayalan adalah hal yang positif. Bahkan, ini dapat membantu orang tua memahami kebutuhan emosional anak.

Baca Juga: 4 Tips Efektif Mengatasi Anak yang Sering Merengek

Cara Orang Tua Menyikapi Teman Khayalan

Sebagai orang tua, tidak perlu melarang anak bermain dengan teman khayalannya. Biarkan anak menikmati imajinasinya, tetapi perhatikan tanda-tanda tertentu yang mungkin menunjukkan masalah, seperti:

1. Anak menolak berinteraksi dengan orang lain karena hanya ingin bermain dengan teman khayalannya.

2. Teman khayalan masih ada hingga anak masuk sekolah dasar.

Jika anak menunjukkan perilaku ini, konsultasikan dengan psikolog anak untuk mendapatkan panduan.

Sebaliknya, keberadaan teman khayalan dapat menjadi jendela bagi orang tua untuk memahami anak. Misalnya, jika anak takut bermain dengan teman sebaya dan lebih nyaman dengan teman imajinasi, itu mungkin menunjukkan kebutuhan akan rasa aman atau kepercayaan diri yang perlu ditingkatkan.

Teman Khayalan Akan Menghilang Sendiri

Sebagian besar anak berhenti bermain dengan teman khayalan dalam waktu enam bulan hingga setahun, terutama setelah mereka berhasil mengatasi tantangan yang menjadi pemicu awal. Anak yang memiliki teman khayalan biasanya juga akan mulai lebih tertarik bermain dengan teman nyata ketika mereka merasa lebih nyaman secara sosial.

Biarkan anak bermain dengan barang-barang yang dapat menstimulasi imajinasinya, seperti mainan kreatif atau permainan peran. Hindari terlalu sering mempertanyakan keberadaan teman khayalannya atau mendiskusikannya di depan orang lain.

Namun, jika teman khayalan masih hadir secara intens hingga usia sekolah dasar, penting bagi orang tua untuk mengamati lebih jauh. Ini bisa menjadi indikasi bahwa anak membutuhkan dukungan tambahan untuk menghadapi masalah emosional tertentu.

Teman khayalan bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan selama anak menunjukkan perkembangan sosial dan emosional yang normal. Fenomena ini adalah cara anak mengeksplorasi dunia, mengelola emosi, dan mengembangkan kreativitas. Sebagai orang tua, mendukung dan memahami fase ini dapat membantu anak tumbuh menjadi individu yang lebih percaya diri dan empatik.

Tetaplah peka terhadap kebutuhan anak dan berikan ruang untuk imajinasi mereka berkembang. Teman khayalan hanyalah fase sementara yang akan hilang seiring waktu, meninggalkan kenangan masa kecil yang unik dan berharga.

Sumber: healthline

Editor : Emi Amelia

Tags :
BERITA TERKAIT