SUKABUMIUPDATE.com - Sebuah foto bersejarah yang berasal dari tahun 1930 mengungkap babak kelam di Sukabumi, Jawa Barat, namun pada saat yang sama, ia menjadi monumen bagi semangat kemanusiaan yang tak terpadamkan. Potret langka ini, yang belakangan diunggah oleh akun Facebook Layung Jagat & Indonesia Masa Lampau, bukan sekadar arsip visual, melainkan saksi bisu detik-detik mencekam ketika tanah longsor dan banjir bandang menerjang perkampungan, meluluhlantakkan rumah dan kehidupan. Peristiwa ini terjadi di era Hindia Belanda (Kost Mayucha Banaran), sebuah fakta yang dikuatkan oleh identitas petugas kolonial yang terlihat dalam evakuasi.
Di tengah lanskap yang berubah menjadi lautan lumpur dan timbunan puing, kamera berhasil mengabadikan pemandangan yang menyayat sekaligus menghangatkan hati aksi heroik warga lokal bahu-membahu dengan petugas kolonial. Mereka berpacu melawan waktu, bergotong royong mengevakuasi korban yang selamat dan yang telah tiada. Wajah-wajah yang terekam jelas memancarkan kombinasi rasa lelah akibat usaha keras, panik melihat skala kehancuran, namun tak meninggalkan sebersit pun harapan untuk menemukan korban selamat. Foto ini menjadi pengingat pilu betapa dahsyatnya bencana di masa lampau (Nia Adonara, Imelda Panjaitan).
Suasana kala itu begitu mencekam. Udara dipenuhi keheningan duka yang diselingi teriakan instruksi dan rintihan pilu. Namun, dalam tragedi masif itu, terukir jelas kekuatan tekad manusia. Setiap jejak kaki di lumpur tebal, setiap ikatan tandu darurat, dan setiap uluran tangan menjadi simbol perjuangan dalam menyelamatkan nyawa. Foto ini adalah pengingat penting tentang solidaritas lintas batas dan waktu, sebuah kisah tentang bagaimana kemanusiaan selalu menemukan jalannya di titik krisis.
Baca Juga: Hujan Lebat Picu Pohon dan Tiang Listrik Tumbang di Loji Simpenan, Arus Lalin Sempat Lumpuh
Potret suasana evakuasi korban bencana tanah longsor dan banjir bandang yang terjadi di daerah Sukabumi, Jawa Barat pada tahun 1930 (Sumber: Indonesia Masa Lampau)
Konfirmasi Lokasi Mengerucut pada Kalapanunggal
Upaya penelusuran lokasi spesifik yang didorong oleh komentar pengguna Indonesia Masa Lampau (yang menyebut Kabandungan dan Kalapanunggal) kini menemukan titik verifikasi yang lebih kuat. Catatan sejarah yang ada menunjukkan bahwa November 1930 adalah bulan yang penuh bencana di Sukabumi. Secara spesifik, laporan sejarah mencatat adanya bencana longsor parah di wilayah Perkebunan Kalapanunggal, yang kala itu menewaskan sedikitnya 12 orang dan menyebabkan 25 orang hilang. Selain itu, kompleks pemondokan di Perkebunan Jayanegara juga dilanda longsor, menewaskan 25 orang.
Meskipun tidak ada konfirmasi yang memastikan bahwa foto yang diunggah akun facebook Layung Jagat & Indonesia Masa Lampau ini diambil tepat di Kalapanunggal atau Jayanegara, fakta historis ini sangat relevan. Skala korban dan upaya evakuasi besar yang melibatkan petugas kolonial sesuai dengan deskripsi foto. Oleh karena itu, besar kemungkinan potret langka ini merekam tragedi yang terjadi di sekitar kawasan Kalapanunggal dan sekitarnya sebuah wilayah yang pada tahun 1930 terkonfirmasi mengalami bencana longsor hebat.
Dengan segala detail yang berhasil dikumpulkan mulai dari sumber unggahan oleh Indonesia Masa Lampau hingga konfirmasi historis yang mengerucut pada bencana longsor dahsyat di kawasan Perkebunan Kalapanunggal pada November 1930 potret langka ini bukan lagi sekadar artefak bisu, melainkan sebuah narasi visual utuh tentang daya tahan manusia menghadapi malapetaka.
Baca Juga: Revisi UU Cipta Kerja! Slamet Kritik Lonjakan Deforestasi dan Hilangnya Kontrol Alih Fungsi Hutan
Foto ini menceritakan lebih dari sekadar kehancuran fisik yang melanda perkampungan di era Hindia Belanda, melainkan mengabadikan inti dari kemanusiaan itu sendiri, di mana ekspresi lelah bercampur panik petugas kolonial dan warga lokal tidak menghilangkan api solidaritas yang memaksa mereka untuk bergerak, bergotong royong, dan memanggul korban di tengah lumpur tebal dan puing, menjadikan setiap angkat tandu dan setiap uluran tangan sebagai bukti tak terbantahkan bahwa harapan dan tekad untuk menyelamatkan sesama akan selalu menjadi kekuatan terbesar manusia di tengah keputusasaan, sebuah kisah yang kebenarannya diperkuat oleh catatan sejarah lokal yang mendokumentasikan tragedi di Kalapanunggal dan Jayanegara pada tahun tersebut.
Potret suasana evakuasi korban bencana tanah longsor dan banjir bandang yang terjadi di daerah Sukabumi, Jawa Barat pada tahun 1930 (Sumber: Indonesia Masa Lampau)
Berdasarkan penelusuran arsip sejarah dan riset kebencanaan, Sukabumi memang memiliki sejarah panjang terkait bencana alam yang melibatkan pergerakan tanah, letusan gunung berapi, dan gempa bumi. Berikut adalah beberapa peristiwa bencana dahsyat yang tercatat di Sukabumi dan sekitarnya sebelum era modern, selain tragedi 1930:
Bencana Akibat Aktivitas Gunung Berapi
Bencana paling dahsyat di masa lampau sering kali berasal dari aktivitas vulkanik Gunung Gede dan Gunung Salak:
- Letusan Gunung Gede (1840) Letusan besar terjadi secara tiba-tiba pada 12 November 1840 dan berlanjut hingga Desember 1840. Bencana ini sangat hebat, ditandai dengan semburan api setinggi 50 meter dan diikuti letusan yang mengeluarkan batu-batu besar. Puncaknya pada 11 Desember 1840, letusan yang sangat intensif mengeluarkan hujan abu tebal yang sampai menutupi cahaya matahari dan menghasilkan gemuruh yang sangat besar. Letusan ini menewaskan ratusan penduduk dan mengubah topografi wilayah.
- Letusan Gunung Gede (1747/1748) Ini adalah catatan letusan pertama yang sangat besar dari Gunung Gede, diikuti oleh letusan-letusan kecil pada tahun 1761, 1780, dan 1832.
Bencana Akibat Pergerakan Lempeng dan Tanah
- Gempa Bumi dan Sesar Cimandiri Wilayah Sukabumi berada di jalur Sesar Cimandiri yang aktif, membuat wilayah ini rentan terhadap gempa bumi yang bisa memicu pergerakan tanah atau longsor. Meskipun catatan detail korban bencana spesifik gempa bumi di Sukabumi masa lampau sebelum 1930 tidak selalu lengkap, patahan aktif ini selalu menjadi ancaman bencana besar yang berulang.
Bencana Banjir dan Longsor (Selain 1930)
- Banjir Tahunan Masa Kolonial Catatan sejarah menunjukkan bahwa bencana banjir (caah) adalah peristiwa yang "sangat akrab" bagi masyarakat Sukabumi. Di masa kolonial, terutama di wilayah Kota Sukabumi, banjir terjadi hampir setiap tahun saat musim hujan tiba, meskipun dampaknya mungkin tidak selalu sedahsyat tragedi longsor di Kalapanunggal 1930 yang menelan banyak korban jiwa. Contohnya, pada Mei 1930 (beberapa bulan sebelum longsor Kalapanunggal), daerah Tjipellangweg (Cipelang) terendam banjir setinggi setengah meter akibat hujan deras.
Baca Juga: Moratorium Tebang Hutan dan Pohon Besar di Jawa Barat: Alasan dan Kapan Realisasinya?
Selain tragedi longsor yang terdokumentasi dalam foto 1930, bencana alam paling dahsyat yang pernah melanda Sukabumi pada masa lampau adalah letusan besar Gunung Gede pada tahun 1840. Bencana tersebut menewaskan ratusan penduduk dan dampaknya jauh lebih masif serta mematikan dibandingkan dengan bencana hidrometeorologi lainnya.
Bencana alam terbesar yang tercatat melanda kawasan Sukabumi pada masa lampau, jauh sebelum tragedi longsor 1930, adalah letusan dahsyat Gunung Gede yang mencapai puncaknya pada 12 November 1840; peristiwa vulkanik ini menjadi salah satu malapetaka paling mematikan dalam sejarah lokal, ditandai dengan semburan api mencapai puluhan meter dan diikuti gemuruh hebat serta hujan abu tebal yang mampu menutupi cahaya matahari selama berhari-hari, menewaskan ratusan penduduk yang tinggal di lereng dan sekitar kaki gunung, sehingga mengubah tidak hanya topografi alam di wilayah tersebut, tetapi juga struktur sosial dan ekonomi masyarakat, menjadikannya titik balik yang terukir kelam dalam memori kebencanaan Sukabumi.
(Dari berbagai sumber)
Editor : Danang Hamid