Sukabumi Update

Menyaksikan Hujan Meteor Geminid 2025: Asal Usul, Waktu Terbaik, dan Cara Menikmatinya

Ilustrasi Menyaksikan Hujan Meteor Geminid 2025: Asal Usul, Waktu Terbaik, dan Cara Menikmatinya (Sumber: Freepik/@freepik)

SUKABUMIUPDATE.com - Hujan meteor Geminid kembali hadir di bulan Desember dan menjadi salah satu fenomena langit paling dinantikan setiap akhir tahun. Dikenal sebagai hujan meteor paling stabil dan paling terang, Geminid selalu memberikan pertunjukan menakjubkan bagi para pengamat langit. 

Tahun 2025, peristiwa ini berlangsung dari 1 hingga 21 Desember, dengan puncaknya terjadi pada malam 12-13 Desember ketika jumlah meteor mencapai intensitas tertinggi.

Geminid itu sendiri pertama kali terpantau pada abad ke-19, namun saat itu hanya menghasilkan sekitar 10 hingga 20 meteor per jam. Seiring berjalannya waktu, jumlah tersebut meningkat drastis hingga kini dapat mencapai 120 meteor per jam di bawah langit gelap dan kondisi ideal.

Baca Juga: Waspada! Konsumsi Berlebihan Makanan Ini Bisa Mengubah Warna Kulit Anda, Yuk Simak

Keistimewaan Geminid terletak pada cahaya meteornya yang terang, cepat, dan sering kali terlihat berwarna kuning. Pola kemunculannya yang konsisten setiap tahun menjadikannya salah satu hujan meteor paling bisa diprediksi dibandingkan hujan meteor lainnya.

Secara ilmiah, Geminid juga unik karena tidak berasal dari komet seperti kebanyakan hujan meteor lainnya, melainkan dari asteroid 3200 Phaethon. Asteroid ini membutuhkan 1,4 tahun untuk mengelilingi Matahari dan memiliki orbit elips mirip komet. Para ilmuwan bahkan menduga Phaethon mungkin merupakan “komet batuan” atau sejenis objek langit yang belum sepenuhnya dipahami kategorinya. Phaethon tidak memiliki ekor seperti komet, namun serpihan yang dilepaskannya jauh lebih padat daripada debu komet pada umumnya. Serpihan-serpihan inilah yang kemudian masuk ke atmosfer Bumi dan terbakar menjadi meteor Geminid.

Diameter Phaethon hanya sekitar 5,1 kilometer, namun pengaruhnya bagi fenomena langit sangat besar. Objek ini ditemukan pada 11 Oktober 1983 melalui Satelit Astronomi Inframerah, dan astronom Fred Whipple kemudian mengidentifikasi Phaethon sebagai sumber hujan meteor Geminid. Titik radian atau titik pancar Geminid berada di konstelasi Gemini, sehingga hujan meteor ini diberi nama “Geminid”. Meski demikian, pengamat tidak harus menatap langsung ke arah konstelasi Gemini untuk melihat meteor; kilatan cahaya akan melintas di semua bagian langit.

Baca Juga: OpenAI Luncurkan GPT-5.2, Pembaruan Besar yang Menandai Babak Baru Persaingan AI Global

Untuk mengamati Geminid dengan optimal, waktu terbaik adalah pada malam hari hingga menjelang fajar. Berbeda dari banyak hujan meteor lainnya yang baru aktif larut malam, Geminid dapat mulai terlihat sekitar pukul 21.00 atau 22.00, sehingga cocok disaksikan oleh pengamat muda atau keluarga yang tidak ingin begadang terlalu lama. Di bawah langit gelap tanpa polusi cahaya, pengamat bisa melihat antara 40 hingga 50 meteor per jam.

Agar pengalaman menonton lebih nyaman, carilah lokasi yang jauh dari lampu kota, misalnya pegunungan, pantai, atau area lapang di desa. Suhu malam Desember dapat menjadi sangat dingin, jadi bawalah selimut tebal, jaket, atau kantong tidur. 

Duduk atau berbaringlah menghadap langit terbuka, lalu biarkan mata beradaptasi dalam kegelapan selama sekitar 30 menit. Setelah itu, meteor biasanya mulai terlihat melintas dalam frekuensi yang semakin cepat. Kesabaran adalah kunci, karena meteor muncul secara acak sepanjang malam.

Geminid sendiri adalah hasil dari debu dan serpihan kecil yang dilepas oleh Phaethon saat mendekati Matahari. Ketika Bumi melewati jalur orbit puing-puing tersebut setiap Desember, partikel-partikel kecil itu memasuki atmosfer kita dengan kecepatan sekitar 33,8 kilometer per detik. Gesekan udara yang kuat menyebabkan partikel tersebut berpijar sebelum akhirnya terbakar habis, menciptakan garis cahaya cerah yang kita kenal sebagai meteor.

Fenomena ini tidak hanya menjadi tontonan memukau, tetapi juga kesempatan untuk memahami bagaimana benda-benda langit berinteraksi dengan Bumi. Melalui pengamatan rutin, para ilmuwan dapat mempelajari komposisi meteoroid, perubahan orbit Phaethon, dan bagaimana fenomena meteor berkembang dari tahun ke tahun.

Baca Juga: Libur Nataru Tanpa Keramaian: Ini 5 Destinasi Cocok untuk Introvert

Dengan durasi aktivitas yang panjang dan kualitas cahaya meteor yang luar biasa, hujan meteor Geminid 2025 menjadi salah satu peristiwa astronomi yang tidak boleh dilewatkan. Selama langit cerah dan polusi cahaya minim, siapa pun dapat menikmati pancaran meteor yang melintas cepat dan menjadikan malam Desember terasa lebih magis. Jika Anda mencari cara sederhana namun mengesankan untuk menghabiskan malam, menatap langit dan menyaksikan Geminid adalah pilihan yang sempurna.

Sumber: science.nasa.gov

Editor : Emi Amelia

Tags :
BERITA TERKAIT