Sukabumi Update

Motor Listrik Lebih Cepat Diterima Pasar Indonesia? Ini Penjelasan Peneliti

SUKABUMIUPDATE.com - Motor listrik dianggap akan lebih mudah diterima pasar Indonesia karena penggunaannya lebih praktis dibandingkan mobil listrik. 

Hal tersebut dibenarkan oleh Riyanto, seorang peneliti dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) memberikan penilaian terhadap dua kategori kendaraan terelektrifikasi, yaitu roda dua dan roda empat. 

Dikutip dari kantor berita Antara, kekinian sepeda motor listrik menggunakan metode tukar pakai baterai. Atau disebut sebagai swap. Yaitu menukar baterai atau penyimpan daya listrik yang sudah habis dengan baterai berkapasitas penuh.

Sementara pada Electric Vehicle atau EV, dimensi dan kapasitas baterai yang digunakan jauh lebih besar. Benda ini menjadi pusat daya untuk seluruh operasional mobil, mulai dinamo penggerak hingga sederet fitur di dalam kabin. Dan untuk pengisian kembali di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) mesti dengan prosedur dihubungkan ke sumber daya, bukan swap atau tukar pakai.

photoSalah satu contoh motor listrik di Indonesia yang sudah mulai dipasarkan - (Pixabay)</span

"Mungkin yang sudah siap itu sepeda motor, karena ekosistem tidak begitu rumit. Pakai swap baterai bisa atau charge di rumah. Penggunaan sepeda motor juga tidak untuk jarak jauh," demikian jelas Riyanto kepada kantor berita Antara pada Kamis (26/8/2021).

Lebih detail, Riyanto memaparkan bahwa teknologi pada sepeda motor listrik membuka peluang bisnis baru. Di antaranya penyewaan baterai atau jasa antar untuk swap baterai. Hal ini tidak bisa dilakukan pada mobil listrik.

Baca Juga :

"Ada nilai positif dari perkembangan baterai, karena akan ada bisnis baru nantinya bagi masyarakat," imbuhnya.

 Faktor lain yang membuat sepeda motor listrik akan lebih mudah diterima adalah soal harga. 

Kendaraan roda dua bertenaga listrik sudah tersedia Rp10 jutaan, sedangkan mobil listrik yang dipasarkan di Indonesia harganya masih di atas Rp 600 jutaan.

"Kalau penggunaan listrik, total cost-nya masih 25 persen atau 30 persen di atas mobil biasa. Harganya juga masih dua kali lipat (mobil konvensional). Walaupun biaya perawatan sangat menguntungkan pemilik, tapi konsumen pertama-tama pasti melihat harganya," ungkap Riyanto tentang hambatan untuk pemasaran mobil listrik.

SUMBER: SUARA

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI