Sukabumi Update

Siklus 4 Tahunan, Drh Slamet Ingatkan Pemerintah Siagakan Mitigasi Karhutla

Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PKS drh Slamet. | Foto: Istimewa

SUKABUMIUPDATE.com - Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PKS drh Slamet meminta pemerintah segera mempersiapkan mitigasi pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Pasalnya, memasuki tahun 2023 salah satu yang dikhawatirkan adalah kembalinya siklus 4 tahunan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

Hal itu terlihat dari curah hujan yang mulai berkurang di pulau Sumatera dan beberapa daerah lain yang rentan mengalami bencana kebakaran hutan dan lahan.

"Kita berharap kejadian karhutla tahun 2015 dan tahun 2019 tidak lagi terulang, tentu saja dengan upaya mitigasi yang terstruktur dan sistematis akan mampu memutus mata rantai karhutla ini," tegas Slamet di Jakarta, Jumat (10/2/2023).

Dikutip dari berbagai sumber, pada periode Juni sampai Oktober 2015 menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terdapat 2,6 juta hektare hutan dan lahan terbakar dengan titik api mencapai 120 ribu titik.

World Bank juga merilis akibat karhutla menyebabkan 28 juta jiwa terdampak, 19 orang meninggal, dan hampir 500 ribu orang mengalami infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA. selain itu sebaran Asap yang dihasilkan dari karhutla menyebar hingga Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.

Baca Juga: Drh Slamet Minta Bapanas, Bulog, dan ID Food Tidak Jadi Sarang Mafia Pangan

Kejadian karhutla kembali terulang pada tahun 2019, kali ini terjadi di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Riau, Jambi, dan Sumatra Selatan. Secara keseluruhan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat pada periode Januari hingga Agustus 2019 area terbakar mencapai 328.724 hektare dengan titik panas mencapai 2.719 titik yang membuat pemerintah menerapkan status siaga darurat di keenam provinsi tersebut.

Politisi senior PKS ini juga mengingatkan agar semua elemen yang berkaitan dengan Karhutla harus bahu-membahu mencegah terulangnya bencana tersebut mengingat karhutla juga memberikan beberapa dampak lain seperti terjadinya peningkatan pelepasan karbon yang menyebabkan peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer dan penurunan kesehatan masyarakat.

Selain itu, Slamet juga mendorong penataan ekosistem gambut sebagai kunci utama dalam pengendalian karhutla. Kolaborasi bersama antar semua elemen masyarakat terutama pada ekosistem gambut, membangun kesadaran dan kesiapsiagaan bersama akan meminimalisir peluang terjadinya bencana karhutla ke depannya.

Sumber: Siaran Pers

(Advertorial)

Editor : Oksa Bachtiar Camsyah

Tags :
BERITA TERKAIT