Sukabumi Update

MUI Minta Polisi Ungkap Aktor Intelektual Teror Bom di Surabaya

SUKABUMIUPDATE.com - Majelis Ulama Indonesia atau MUI meminta polisi segera mengusut tuntas aktor intelektual sejumlah peristiwa bom bunuh diri yang terjadi di Surabaya, Jawa Timur. “Harus disikapi dengan serius, kami mengutuk tindakan seperti ini. Namun tidak cukup, perlu diungkap siapa aktor inteletualnya,” kata Wakil Ketua MUI Amirsyah Tambunan saat dihubungi, Senin, 14 Mei 2018.

Rentetan serangan teror bom di Surabaya terjadi dalam dua hari terakhir. Pada Minggu pagi, 13 Mei 2018, terjadi serangan tiga bom bunuh diri di tiga gereja berbeda. Peristiwa ini mengakibatkan 13 tewas, enam di antaranya pelaku yang merupakan satu keluarga. Bahkan, tiga di antara pelaku yang tewas masih anak-anak.

Pada malam harinya, bom bunuh diri terjadi di Rumah Susun Wonocolo, Sidoarjo. Bom bunuh diri itu juga melibatkan satu keluarga. Senin pagi serangan bom terjadi di markas Kepolsian Resor Kota Besar Surabaya sekitar pukul 08.50 WIB. Bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya juga melibatkan satu keluarga.

Menurut Amirsyah bom bunuh diri terjadi tidak dengan faktor tunggal. Ia menduga ada  yang mengendalikan rangkaian teror berdarah itu . Apalagi, ancaman bom merupakan tantangan global.

Karena itu agar tidak menimbulkan spekulasi atas peristiwa yang terjadi, Amirsyah meminta polisi  menangkap seluruh anggota teroris sampai ke akar-akarnya. “Memang perlu ada pendekatan ke hulu untuk mengungkap masalah ini,” ujarnya.

Amirsyah menuturkan jihad memang diwajibkan bagi umat Islam dalam rangka perbaikan. Namun, jihad yang dimaksud bukanlah melakukan aksi teror, apalagi dengan bom bunuh diri.

“Haram hukumnya. Dokrin jihad dengan bom itu keliru. Sebab, logika jihad adalah perbaikan dengan berjuang sungguh-sungguh untuk melakukan perbaikan dari aspek pendidikan, ekonomi, politik dan lainya agar lebih baik lagi,” ucapnya.

MUI juga menolak jika bom bunuh diri itu disebut atas nama agama. Menurut dia, jangan membawa sentimen agama dalam tindakan keji. “Kami menolak jika ini dikaitkan dengan sentimen agama. Teror seperti ini adalah bentuk penyalahgunaan agama,” katanya.

Sumber: Tempo

Editor : Andri Somantri

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI