Sukabumi Update

Kemiskinan 9,82 Persen, Sri Mulyani: First Time in History

SUKABUMIUPDATE. com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati turut berbesar hati menanggapi pengumuman Badan Pusat Statistik bahwa per Maret 2018 tingkat kemiskinan mencapai 9,82 persen. "The first time in the history of Indonesia, tingkat kemiskinannya di bawah 10 persen," kata Sri Mulyani di acara peringatan 10 tahun Adaro masuk Bursa Efek Indonesia, Senin, 16 Juli 2018, di Hotel Ritz-Carlton Ballroom, Pacific Place.

Sri Mulyani lalu menjelaskan sejumlah perbandingan tingkat kemiskinan di beberapa masa kepemimpinan presiden sebelumnya. Tingkat kemiskinan pada saat presiden kedua RI, Soeharto, berada di level 11 persen. "Mendekati 10 persen dan itu sudah ada Repelita kelima. Kemudian terjadi krisis dan kemiskinan naik lagi ke level 24 persen," tuturnya.

Sementara di zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Sri Mulyani, yang menjabat sebagai Menteri Keuangan, berupaya menurunkan tingkat kemiskinan. "Pada level hampir mendekati 11 persen juga, tapi setelah itu tetap berhenti pada saat Indonesia belum banyak sekali komoditas," ujarnya.

Menurut Sri Mulyani, upaya menurunkan di bawah 10 persen merupakan hal yang luar biasa dan pemerintah Presiden Joko Widodo atau Jokowi tidak berhenti di situ. "Kami masih tidak berhenti di situ, kami ingin turunkan lebih lanjut," ucapnya.

Sebelumnya, Kepala BPS Suhariyanto mengatakan tingkat kemiskinan turun hingga 9,82 persen. "Maret 2018 pertama kalinya persentase kemiskinan satu digit, ini terendah," katanya.

Suhariyanto menjelaskan, sejak 2002, kemiskinan di Indonesia berangsur menurun. Tahun ini, penduduk di bawah garis kemiskinan turun hingga 633,2 ribu orang. Jika dibandingkan dengan tahun 2017, jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan mencapai 26,58 juta orang. "Maret 2018 penduduk miskin berjumlah 25,95 juta orang," ujarnya.

Jumlah penduduk miskin di perkotaan, kata Suhariyanto, turun sebanyak 128,2 ribu orang. Sementara di daerah perdesaan turun 505 ribu orang. Dia mengatakan peran komoditas makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar daripada komoditas bukan makanan, seperti perumahan, sandang, dan pendidikan.

Jenis komoditas makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai garis kemiskinan, kata Suhariyanto, ialah beras, rokok kretek, telur ayam, daging ayam, mi instan, dan gula pasir. Kemudian, dia menyebutkan, komoditas nonmakanan yang berpengaruh besar terhadap nilai garis kemiskinan ialah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi.

Sumber: Tempo

Editor : Andri Somantri

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI