Sukabumi Update

Nyetir di Area Ibu Kota Baru, Satwa Liar Jangan Diajak Selfie!

SUKABUMIUPDATE.com - Berbincang soal infrastruktur di kawasan yang menjadi calon ibu kota baru, khususnya Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, masih dijumpai banyak satwa hidupan liar.  Demikian seperti dipantau dari unggahan serangkaian foto dari kantor berita Antara.

Saat melintasi kawasan itu, terdapat papan larangan yang ditujukan bagi para pengguna kendaraan, agar mereka tidak memberikan pakan bagi satwa liar. Tujuannya sudah jelas, supaya habitat alami mereka terjaga, atau tidak mengalami situasi tidak seimbang.

Selain di Kalimantan Timur, kawanan monyet di jalan-jalan raya di seantero Tanah Air juga terbilang masih cukup mudah ditemui. Antara lain kawasan Kelok 44 menuju Danau Maninjau, di Sumatera Barat, atau Baun Pusuk di Pulau Lombok, serta di Tawaeli-Toboli, Kawasan Pegunungan Kebun Kopi, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.

Tindakan para pengguna jalan raya saat menjumpai kawanan monyet ini sebaiknya diperhitungkan. Semisal tidak melakukan aktivitas menghentikan laju kendaraan untuk keperluan swafoto atau selfie!

Bagaimana pun, kawanan satwa monyet itu adalah hidupan liar. Maka sebaiknya tidak melakukan tindakan mengusiknya, termasuk melemparkan makanan atau berfoto-foto bersama. Hal ini berpotensi mengundang kecelakaan jalan raya karena kawanan monyet bisa melakukan tindakan tak terduga yang mengakibatkan konsentrasi mengemudi terpecah.

Seperti disarankan oleh situs Defensive Driving, Amerika Serikat, reaksi terbaik pengemudi saat melihat kawanan satwa liar--termasuk monyet seperti di Samboja, Kalimantan Timur--adalah tetap berada di jalur semula, sambil berusaha memperlambat laju kendaraan sesegera mungkin.

Bila ada ruang lega di jalan raya, pindahlah ke sisi kanan, atau tepi luar jalan. Tujuannya agar tercipta ruang bagi satwa agar bisa menyingkir menjauhi jalan raya.

Kera hitam Sulawesi (Macaca tonkeana) berada di jalan pada jalur mudik poros Tawaeli-Toboli di Kawasan Pegunungan Kebun Kopi, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Kamis (30/5). [ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah]

Lantas, bila mesti mengemudi di kawasan padat satwa pada malam hari, usahakan menjaga kecepatan di bawah 90 km per jam. Apalagi bila di jalan terdapat papan peringatan: "hati-hati perlintasan satwa".

Bila terjadi kondisi darurat mobil menabrak atau ditabrak satwa berpostur besar, lindungi kepala agar terhindar dari kaca depan. Biasanya reaksi satwa adalah menerjang bagian moncong kendaraan atau menghancurkan atap mobil.

Selamat mengaspal di kawasan calon ibu kota baru Republik Indonesia dan selalu tingkatkan kewaspadaan selagi berada di jalan raya!

Sumber: Suara.com

Editor : Yusuf

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI