Sukabumi Update

Luhut Sebut Jokowi Lobi Presiden Cina Xi Jinping untuk Impor Batu Bara RI

SUKABUMIUPDATE.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan mengungkapkan Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah melobi Presiden Cina Xi Jinping untuk mengimpor batu bara dari Indonesia.

Dilansir dari Tempo.co, menurut Luhut, Cina telah mengurangi impor batu bara dari pasar global sekitar 300 juta ton. Pengurangan impor ini karena Negeri Tirai Bambu itu lebih memprioritaskan pemanfaatan batu bara produksi dalam negerinya.

"Presiden sudah bicara dengan Presiden Xi Jinping mengenai masalah ini. Presiden minta kepada ke Presiden Xi Jinping kalau boleh mungkin masih impor dari kita, mungkin 100 juta (ton) atau berapa sehingga itu nanti bisa membangun produksi industri batu bara kita," ujar Luhut dalam acara The 5th Save Indonesian Coal 2020, Senin, 14 September 2020.

Namun, Luhut tak menjelaskan lebih lanjut bagaimana respons pemerintah Cina terkait permintaan Presiden Jokowi tersebut.Cina merupakan negara tujuan ekspor batu bara utama Indonesia. Berdasarkan data Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), sekitar 33 persen dari total ekspor batu bara Indonesia tahun lalu ditujukan ke Cina, sekitar 27 persen ke India, dan sisanya ke negara-negara Asia lainnya.

Sedangkan sepanjang Januari-Juli 2020, volume ekspor batu bara Indonesia tercatat mencapai mencapai 238 juta ton atau turun 11 persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 266 juta ton. Dari jumlah tersebut, sebanyak 83,01 juta ton dieskpor ke Cina.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengatakan bahwa industri batu bara kini berada dalam survival mode atau mode bertahan hidup di tengah tantangan tren penurunan harga dan permintaan batu bara.

Dia menuturkan, sebagai dampak pandemi Covid-19 permintaan batu bara global diproyeksikan terkoreksi signifikan hingga 100 juta ton. Koreksi permintaan terbesar berasal dari dua negara utama pengimpor batu bara, yakni Cina dan India.

"Ini historical penurunan terbesar sepanjang sejarah menurut beberapa analis," kata Hendra pada awal September lalu.

Sumber: Tempo.co

Editor : Koko Muhamad

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI