Sukabumi Update

Jokowi, Gibran, dan Tradisi Blusukan yang Terus Dipertahankan

SUKABUMIUPDATE.com - Usai dilantik menjadi Wali Kota Solo periode 2021-2026 pada Jumat, 26 Februari 2021, Gibran Rakabuming Raka langsung melakukan tradisi blusukan seperti yang sering dilakukan sang ayah, Presiden Joko Widodo alias Jokowi.

Setelah dilantik bersama wakilnya Teguh Prakosa, Gibran langsung blusukan ke Pasar Gede dan Pasar Klewer untuk meninjau persiapan vaksinasi bagi para pedagang. Bahkan, putra sulung Jokowi ini mengaku tidak akan libur pada hari Sabtu dan Minggu.

"Saya bersama Pak Teguh dan jajaran memutuskan di Hari Sabtu-Minggu tidak libur. Vaksinasi harus dikebut, tidak perlu menunggu Senin, agar kondisi ekonomi cepat pulih," tulis Gibran di akun Instagram pribadinya.

Tak hanya ke satu lokasi, pada hari yang sama Gibran juga blusukan ke proyek pembangunan Pasar Legi, salah satu sentra pasar yang menjual bahan pokok untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat yang terbakar pada tahun 2016. Gaya blusukan memang sangat melekat dengan diri Jokowi, memeriksa kondisi lapangan yang kadang berlangsung secara diam-diam, namun lebih banyak diketahui publik dan terjadwal.

Jokowi telah menjadi fenomena politik di Indonesia. Dari lima proses pemilihan yang dilewatinya, baik di Solo sebanyak dua kali (2005 dan 2010), DKI Jakarta pada tahun 2012, serta pemilihan presiden pada 2014 dan 2019, Jokowi berhasil memenangkannya.

Model kepemimpinan politik Jokowi yang suka blusukan telah menciptakan pro-kontra di tengah masyarakat. Ada sejumlah pihak yang menganggapnya hanya merupakan strategi pencitraan, namun sebagian yang lain justru melihat blusukan merupakan cara Jokowi untuk bisa lebih dekat dan aspiratif kepada masyarakat.

photoWali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka saat blusukan ke Pasar Gede dan Pasar Klewer, Jumat, 26 Februari 2021. Gaya ini mirip dengan apa yang dilakukan Jokowi. - (Instagram/@gibran_rakabuming)

Dalam jurnal yang yang berjudul Fenomena Blusukan dalam Model Kepemimpinan Politik Joko Widodo karya A Zulkarnain dan Syamsuddin Harris dari Universitas Nasional, ada lima model yang terkait dengan kepemimpinan politik Jokowi, antara lain kepemimpinan pelayan, kepemimpin horizontal, kepemimpinan populis, kepemimpinan karismatik, dan kepemimpinan demokratis. Kepemimpinan pelayan atau servant leadership dan kepemimpinan horizontal menjadi yang paling menonjol dari kelimanya. 

Kepemimpinan pelayan merupakan suatu model kepemimpinan yang berangkat dari perasaan yang tulus hanya untuk melayani masyarakat dengan memastikan bahwa kebutuhan pihak lain dapat dipenuhi dengan menjadikan mereka sebagai orang-orang yang lebih dewasa, bebas, sehat, dan otonom, yang suatu saat akan menjadi pemimpin pelayan selanjutnya. 

Model kepemimpinan ini menjadi ciri paling menonjol dari politik Jokowi. Hal itu terlihat dari biografi politiknya yang berangkat dari ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia atau Asmindo serta Kamar Dagang dan Industri atau Kadin Solo .Oleh karena itu, saat momentum Pilkada Solo 2005, para perajin mebel yang ada di Asmindo dan Kadin mendorong Jokowi untuk ikut mencalonkan diri.

Selanjutnya adalah model kepemimpinan horizontal. Hal itu disebut terlihat dari kemampuan Jokowi dalam menjaga kepercayaan masyarakat yang telah memilihnya. Ia memiliki citra pemimpin yang merakyat, informal, dan tidak suka dengan hal yang terlalu birokratis. Citra tersebut kemudian ditambah dengan blusukan, yang merupakan cara Jokowi untuk memelihara kepercayaan masyarakat kepadanya.

Dilansir dari Historia, tradisi blusukan Jokowi ternyata turun dari sang kakek, Lamidi Wiryomihardjo. Wiryo terpilih sebagai lurah di Desa Kragan yang masuk wilayah Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar pada 1948. Saat itu ia harus bisa menjaga desanya agar tetap aman karena terpilih menjadi pemimpin di masa perang.

Situasi perang tidak membuat Wiryo berpihak kepada Belanda. Boleh saja secara de jure kawasannya tersebut masuk ke dalam kekuasaan Belanda, namun simpatinya tetap kepada Republik. Hal itu dibuktikan Wiryo dengan selalu melindungi unit-unit gerilyawan Republik dari kejaran tentara Belanda.

Sebagai pemimpin, Mbah Lurah tidak hanya dipercaya, tapi juga dicintai oleh rakyatnya. Hal itu terjadi karena selama kepemimpinannya, Wiryo kerap mengedepankan dialog. Segala keinginan dan cita-cita rakyat diserapnya melalui cara mengunjungi langsung orang-orang di desanya. Tak jarang ia pun mengadakan kegiatan dengar pendapat secara massif dengan penduduk Desa Kragan.

Kendati demikian, gaya blusukan yang dilakukan Jokowi hingga saat ini tak jarang menuai kritik dari sejumlah pihak. Mereka menilai bahwa blusukan tidak menjawab masalah substansial di masyarakat. Jokowi justru diminta agar lebih mengedepankan pengambilan keputusan dan kebijakan yang lebih luas bagi seluruh masyarakat.

Namun apapun yang terjadi, Jokowi kini telah mencetak sejarah baru. Sejarah sebagai presiden pertama Indonesia yang memiliki menantu dan putra menduduki jabatan wali kota di masa aktifnya sebagai kepala negara. Gibran Rakabuming Raka dan dan Bobby Nasution, menantu Jokowi, resmi dilantik sebagai wali kota pada Jumat lalu. Selama lima tahun ke depan mereka akan memimpin salah dua kota penting di Indonesia.

Editor : Oksa Bachtiar Camsyah

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI