Sukabumi Update

Perajin Bata Merah Keluarga di Desa Bantarsari Kabupaten Sukabumi Tergerus Zaman

SUKABUMIUPDATE.COM - Warga Desa Bantarsari, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Sukabumi, pernah mencicipi manisnya usaha menjadi perajin bata merah. Seiring waktu, usaha turun temurun ini mulai tergerus zaman, dari 350 pengrajin di akhirnya tahun 2000, saat ini hanya tersisa tidak lebih dari 50 saja.

Sisa-sisa pembakaran bata merah (lio/tungku) di sekitar rumah warga di Desa Bantarsari menjadi saksi masa kejayaan usaha ini. Nama Desa Bantarsari pernah tenar dengan hasil produksi bata merah yang diolah secara manual dan tradisional.

“Dulu sekitar Tahun 2000-an perajin mencapai 350 lokasi, sekarang pada bangkrut yang tersisa sedikit sekali,” ungkap mantan perajin bata merah di Kampung Tagog, Desa Bantarsari, Aris Bondes (35), Senin (12/12) kepada sukabumiupdate.com.

Warga tak mampu bersaing menghadapi usaha bata merah bermodal lebih besar dengan teknologi mesin press. Dua tahun lalu Aris masih memproduksi bata merah, namun karena tak mampu bersaing harga dengan perajin berteknologi mesin press, usaha tersebut akhirnya tutup.

“Manual dan menggunakan alat ada selisih waktu dari proses pengeringan sampai pembakaran. Lebih cepat menggunakan alat press dibandingkan dengan yang manual walaupun harga jualnya bisa berimbang,” lanjut Aris.

Beda dengan Aris, pengrajin lain Jeje (56) Warga Kampung Cibaregbeg, Desa Bantarsari, masih berusaha bertahan walaupun penghasilannya terus berkurang. "Saya memilih tetap jadi perajin bata merah karena tidak ada lagi pekerjaan. Ya hitung-hitung bekerja untuk diri sendiri karena dikerjakan oleh keluarga walaupun penghasilannya pas-pasan,” ungkapnya.

Menurut Jeje saat ini harga jual bata merah ditingkat perajin paling tinggi Rp700 per biji. Sementara harga produksi dengan jumlah pekerja minimal, satu hingga orang mencapai Rp400 hingga Rp500 per biji.

“Masalahnya dengan cara manual kita nggak mampu menggenjot produksi. Apalagi saat musim basah (hujan) terus-menerus seperti saat ini. Paling hebat satu tunggu hanya bisa satu kali produksi atau bakar bata, jumlah maksimalnya 22 ribu biji,” pungkasnya.

Editor : Administrator

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI