Sukabumi Update

Mengapa Sepak Bola tak Terpisahkan dari Tradisi Natal di Inggris ?

Seorang nenek membentangkan syal dari klub Southampton dengan bertuliskan 'selamat natal' di salah satu tribun St Mary's (Sumber: web/bbc.co.uk)

SUKABUMIUPDATE.com - Sepak bola modern sebenarnya tergolong sebagai olahraga yang relatif baru. Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) resmi berdiri pada 1863. Meski demikian, pertandingan sepak bola yang melibatkan masyarakat luas telah berlangsung sejak berabad-abad lalu.

Salah satu bentuk awalnya dikenal sebagai sepak bola abad pertengahan, yang catatannya sudah ada sejak tahun 1170. Permainan ini kerap digelar pada momen-momen besar seperti Natal dan Paskah. Menariknya, beberapa tradisi sepak bola kuno masih terus dilestarikan hingga sekarang, diantaranya Orkney Ba yang dimainkan saat Hari Natal serta Royal Shrovetide Football di Ashbourne, Derbyshire.

Hari besar keagamaan dan libur bank sejak lama menjadi momen favorit untuk menikmati pertandingan sepak bola, bahkan pernah ada masa ketika klub-klub terkenal bertanding hampir setiap hari selama periode Natal.

Baca Juga: Catatan Diskusi Kaleidoskop Media Massa 2025: Media Massa dan Ancaman Kualitas Manusia

Pada masa Victoria, sepak bola kerap digelar pada Hari Natal karena bertepatan dengan hari libur dan menjadi bagian dari tradisi hiburan publik bagi kelas pekerja, ungkap profesor sejarah Martin Johnes. Ia menambahkan bahwa pertandingan juga sering berlangsung pada Boxing Day, sehingga tim harus bermain dua kali dalam waktu dua hari berturut-turut. Bagi banyak buruh kala itu, kesempatan ini menjadi satu-satunya waktu dalam setahun untuk menyaksikan laga secara langsung.

Dalam bukunya Christmas and the British, Johnes menjelaskan peran penting regulasi libur bank. Undang-Undang Hari Libur Bank 1871 menetapkan Boxing Day sebagai hari libur resmi di Inggris dan Wales. Sementara itu, Hari Natal dan Jumat Agung tidak termasuk karena sudah lama dianggap sebagai hari istirahat dan ibadah.

Situasi tersebut dimanfaatkan klub-klub sepak bola untuk menggelar pertandingan yang berpotensi menarik penonton dalam jumlah besar. Pada era Victoria dan Edwardian, laga kerap dijadwalkan pada Jumat Agung dan Senin Paskah, bahkan ada klub yang harus memainkan tiga pertandingan hanya dalam kurun empat hari selama periode Paskah.

Baca Juga: Setelah Kalah dari Semen Padang, Persija Jakarta Bersiap Menjamu Bhayangkara di SUGBK

Suasana rumah yang nyaman adalah ciri khas Natal saat ini, tetapi di era Victoria dan Edwardian orang-orang lebih memilih keluar rumah untuk merayakannya.

“Bagi kelas pekerja, yang tempat tinggalnya seringkali tidak nyaman, penuh sesak, dan tidak menarik, hari libur kerja yang jarang terjadi adalah alasan untuk turun ke jalan, bukan bersantai di rumah,” tulis Profesor Johnes.

Terkait perbedaan tradisi menonton sepak bola saat Natal antara Inggris dan negara-negara Eropa lainnya, Dr. Alexander Jackson, Kurator Museum Sepak Bola Nasional, menilai hal itu kemungkinan berakar pada kuatnya posisi sepak bola sebagai hiburan publik di Inggris sejak lama.

Baca Juga: Isi Voice Note yang Beredar di Kabandungan Sukabumi, Bernada Ancaman dan Bikin Resah

Ia menjelaskan bahwa sulit memastikan alasan mengapa pertandingan Natal tidak berkembang menjadi kebiasaan di negara lain. Namun, salah satu faktor yang mungkin berpengaruh adalah lebih awalnya perkembangan sepak bola di Inggris dibandingkan sebagian besar Eropa. Di banyak negara Eropa, sepak bola baru benar-benar menjadi tontonan massal setelah Perang Dunia Pertama, sementara di Inggris olahraga ini sudah mengakar kuat dalam budaya masyarakat sejak era Victoria hingga Edwardian

Terlepas dari pro dan kontra, sulit dibantah bahwa sepak bola memiliki posisi istimewa dalam budaya Inggris. Bahkan, akar tradisinya sudah lebih tua dibandingkan banyak kebiasaan Natal yang kini dianggap biasa dan masih dijalankan hingga saat ini.

Sumber: bbc.co.uk

Editor : Muhammad Farhan Al Rasyid

Tags :
BERITA TERKAIT