Sukabumi Update

Takut Pada Kehidupan

Oleh: Didim Dimyati

Wajar-wajar saja ketika kita khawatir terhadap sesuatu yang memang belum terjadi, Contoh paling gampang adalah ketakutan terhadap masa depan kehidupan karena memang belum terjadi. Namun apabila kita sebagai Orang yang Beriman kepada Tuhan yang sudah dijamin akan kehidupan segalanya, mestinya kita menjadi lebih yakin dan tidak khawatir lagi. Namun fenomena yang terjadi hari ini, malah manusia lebih khawatir terhadap kehidupannya, lebih gelisah, tidak tenang dalam menjalani hidupnya.

Saya mengira kehidupan kita sudah bergeser pada hal yang kongkrit, artinya lebih kepada bentuk yang materi, keyakinan kita segalanya harus berbentuk material. Atau bisa disebut pemahaman hari ini sudah tidak lagi meyakini apa yang ada di balik alam ghaib dan norma di atas manusia, yaitu Tuhan. Meskipun terlihat beribadah secara ritual namun isi dari ibadah tersebut kosong tak bermakna apapun dalam kehidupannya.

Hampir sama dengan pemikiran dengan atheisme dalam bentuk dan subtansinya yang tidak mengakui adanya Tuhan secara mutlak. para penganut agama hari ini sudah bergeser hanya pada wilayah seremonial keberagamaan. Nilai-nilai ke-Tuha-nan melalui wahyu dalam bentuk kitab yang harus dijunjung tinggi sudah menghilang dalam diri manusia. Hanya menjadi buku biasa atau pembelaan untuk menguntungkan dirinya sendiri.

Pemikiran manusia yang beragama hari ini yaitu merujuk pada pemikiran materialisme, yang membawa pada kehidupan konsumerisme, hedonisme, dan cinta dunia berlebihan (wahn). Ini sangat berbahaya bagi kehidupan kita sebagai seorang manusia yang berTuhan, yang meyakini adanya kehidupan setelah kematian, karena dalam kehidupan materialisme ini, tidak ada akhlak.

Semua berburu pada materi. Dewasa ini adalah merebaknya Bahwa materi, harta kekayaan atau jabatan merupakan tolok ukur mulia tidaknya seseorang. Semakin kaya seseorang berarti ia dipandang sebagai orang yang mulia, dan semakin sedikit materi atau harta yang dimilikinya berarti ia dipandang sebagai orang yang hina dan tidak patut dihormati.

Dalam sebuah masyarakat hari ini seseorang menjadi sangat bengis, rakus dan tidak menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan nilai Agama, sangat berambisi terhadap harta kekayaan, jabatan dll. Tidak memperhitungkan kerugian pada manusia dan lingkungannya. Maka di dalam masyarakat yang telah diwarnai ini setiap anggota masyarakat akan berlomba mengumpulkan harta sebanyak mungkin dengan cara bagaimanapun, dan tidak memperdulikan nilai-nilai dan norma-norma kebaikan.

Andaikan setiap kita berpegang teguh kepada prinsip dan ajaran agama kita, niscaya akan terhindar dari itu semua. Sifat serakah, rakus Dst, merupakan efek dari kehidupan kita yang sudah tidak lagi yakin terhadap Tuhan yang kita sembah. tuhannya sudah berganti dengan harta, jabatan dan kesenangan kehidupan dunia. Wallohualam.Salam Literasi.

|didimkokexs@gmail.com|didim dimyati

 

Editor : Ardi Yakub

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI