Sukabumi Update

Idul Adha Dalam Perspektif Mata Sosial dan Psikologi Islam

Oleh: A. RUSLA. S (Mata Sosial)

Hari Rya Idul Adha adalah Hari Raya Umat Islam dan merupakan kisah sejarah yang diabdikan yakni tentang Nabi Ibrahim yang begitu pasrah dan tulus dalam menuhankan Allah Subhanhu  Wa Ta'ala dengan segala perintah dan firmanNYA. Bahkan dalam Alquran ada surah yang dinamai surah Ibrohim  yaitu surah ke -14 dalam Al-Quran ini terdiri dari 52 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah karena diturunkan di Mekkah sebelum Hijrah. 

Dimana dalam ayat 35 sampai dengan 41. Yang mengandung do'a-do'a Nabi Ibrohim yaitu diantaranya permohonan agar keturunannya mendirikan  Salat,  serta dijauhkan dari menyembah berhala-berhala dan agar Mekkah dan daerah sekitarnya menjadi daerah yang aman dan makmur.

Sebuah kesadaran yang sangat fundamental sekali tentunya ketika Nabi Ibrohim mengikuti apa yang di perintahkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala terhadap dirinya. Karena kesadaran itulah sebagai iman yang kuat bahwa tiada Tuhan selain Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Bagi umat islam, tentu kisah Nabi Ibrahim sudah tidak asing lagi. Dimana nilai pengorbanan dan pengabdian kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala adalah suatu ke ikhlasan dan ketulusan yang benar benar sadar adanya dalam beribadah.

Selain dalam Alquran, Kisah sejarah Nabi Ibrohim juga terkandung dalqm Alkitab yaitu dengan sebutan Abraham. Abraham adalah tokoh peting sebagai Patriarkh bagi Agama Yahudi dan Kristen. Atau sebagai bapak rohani dalam Agama  Abrahamik, red.

Ketika  putra Nabi Ibrahim telah dewasa, bersamaan itu Allah mengujinya dengan perintah-perintahNYA yang diterima melaui mimpinya. Dimana perintah itu harus menyembelih anaknya sebagai darah dagingnya. Dengan keimanan yang kuat tanpa ragu serta keyakinan yang penuh tanpa pertimbangan bahwa itu benar-benar perintah Allah Subhanuhu Wa Ta'ala. Itulah sebuah pengabdian dan ibadah yang sangat luar biasa.

Setelah musyawarah dan menyampaikan apa yang menjadi perintaNYA. Kepada Putranya (Ismail). Ismail pun membolehkan dan menyetujui tanpa ragu dan tanpa banyak pertimbangan. Yang terpenting melaksanakan apa yang jadi perintahNYA.

Setelah ke ihklasan dan kepasrahan yang dibekali Iman dan Taqwa dengan penuh keyakinan yang sangat kuat sekali. Akhirnya Nabi Ibrohim siap menghunus pedangnya untuk menyembelih putranya. Seketika Allah Subhanahu Wa Ta'ala menghentikan Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya itu. Dan digantikan langsung dengan sembelihan hewan yang gemuk dan sehat.

Dengan demikian jelas Keimanan Nabi Ibrahim dan anaknya teruji menurut Allah Subanahu Wa Ta'ala. Dimana keihklasan dan kepasrahan berlandaskan iman dan taqwa yang tanpa ragu terhadap Allah Subhanu Wa Ta'ala.

Menurut hemat Mata Sosial dari sepenggal kisah tersebut adalah sebagai gambaran dan contoh atau pembelanjaran, bagai mana keimanan dan ketaqwaan itu perlu ujian berbagai cara dan kondisi yang telah Allah Subhanu Wa Ta'ala terapkan kepada hamba hambanya yang di pilih dan terpilih.

Ada nilai kepatuhan yang luar biasa dari kisah tersebut. Dimana, apapun yang di perintahkan Allah harus dilaksanakan dengan ihklas dan pasrah yang bener-benar tulus atas kesadaran yang sesadar sadarnya hanya karena Allah semata. Tidak bagus menurut mahluk belum tentu menurut sang Holik. Bagus menurut mahluk juga belum tentu menurut sang Holik yaitu Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Selain itu juga, ada nilai pertolongan yang Allah berikan pada setiap perkara dan permasalahan. Karena sejatinya semua hanya Allah lah yang Maha Mengetahui apa-apa yang sudah dan sedang serta akan terjadi. Dalam kesulitan apapun, dalam kondisi apapun jika dilandasi iman, taqwa, pasrah berserah pada sang Kuasa Alam (Allah). Maka Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan menolong dengan caraNYA bukan dengan cara kita.

Jika dilihat dari psikologi Islam dalam kisah Nabi Ibrohim ini adalah sangat menarik sekali, dimana nilai-nilai kesadaran yang sangat pundamental sekali menjadi landasan dasar untuk keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan yaitu Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Secara Psikologis, Kesadaran akan taat dan patuh kepada Tuhan Allah Subhanahu Wa Ta'ala adalah sebuah prilaku super dan puncak sebagai eksistensi mahluk yang senantiasa membutuhkan perlindungan dan pengakuan Tuhannya.

Serta menghilangkan nafsu "hewani" yang ada dalam diri manusia, ketika manusia berserah dengan landasan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Dengan begitu sifat'sifat negativ akan hilang dan tidak tumbuh dalam jiwa-jiwa yang dalam ruhya Tuhan "Hidup" dan senantiasa menghamba pada perintah Tuhan saja yaitu Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Hal ini sangat berpengaruh sekali terhadap kehidupan psikologi sosial. Jika tatanan kehidupan umat manusia sudah sampai kepada titik menghamba pada perintah-perintah Tuhannya dan menjahui segala larangannya. Dimana kedamaian, kesejahteraan, kenyamanan, serta keindahan kehidupan sosial yang penuh dengan kenikamatan-kenikmatan yang penuh berkah serta kemakmuran yang berlandaskan konsep Tuhan. Secara Universal adil dan makmur itu terwujud ketika umat manusia sudah benar benar hanya patuh dan takut pada Tuhanya. Tidak ada kekerasan, kejahatan, atau kerusuhan berbagai pola dalam kehidupan ini pastinya jika kita benar benar hanya takut dan berserah pada perintah Tuhan saja. psikologi toleransi yang damai dan saling menghargai, saling musyawarah untuk sebuah kebaikan, dan tentunya memahami perbedaan-perbedaan sebagai Rahmat dari Tuhan (Allah) untuk kita saling mengenal dan bersosial.

Dan dengan adanya Qurban sembelihan pada Hari Raya Idul Adha seperti hewan ternak kambing, kerbau atau sapi. Ini sangat baik dan bermanfaat untuk terjaganya silaturahmi. Juga untuk meningkatkan rasa syukur kita kepadq Allah. 

Secara Psikologis jelas ini ada ketenangan dan  jaminan untuk yang bertaqwa dan menjaga silaturahmi, “Siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturrahmi niscaya umurnya akan diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta keluarganya akan mencintainya.” (HR. Bukhari).

Dalqm Alquranpun anjuran/perintah berqurban salah satunya adalah dalam surat Al-Kautsar ayat 2:

“Maka dirikanlah salat karena Rabbmu dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah”. (Al-Kautsar: 2).

#dari berbagai sumber

Wallahu Alam Bisawab.

Salam Mata Sosial

Selamat Hari Raya Idul Adha

MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN

Editor : Yusuf

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI