Sukabumi Update

Wabah, Menjadikan Pendidikan Kembali ke Fitrah

Oleh: Septiana Putri Juariyah

(Mahasiswa Prodi PGSD, Universitas Nusa Putra Sukabumi)

Covid-19 sudah mewabah ke Indonesia, membuat pemerintah mengambil kebijakan physical distancing untuk mengurangi aktivitas berkumpul masyarakat. Hal tersebut berdampak pula terhadap kegiatan belajar mengajar di sekolah yang ditiadakan, kebijakan ini dipercaya akan menjadi salah satu cara mencegah laju penyebaran covid-19.  

Pemerintah kembali memperpanjang status tanggap darurat Covid-19 sampai 29 Mei 2020. Melalui Surat Edaran, pemerintah kembali peniadaan kegiatan pembelajaran di sekolah. Hal ini membuat anak-anak harus belajar di rumahnya masing-masing dengan bimbingan orang tua, dengan kata lain yang menjadi guru adalah kedua orang tuanya.

Namun, sayangnya banyak anak-anak yang merasa tidak nyaman belajar bersama orangtua di rumah. Sehingga muncul  beberapa anekdot atau meme di media sosial seperti facebook, twitter, instagram, salah satunya meme yang menggambarkan dialog seorang anak SD ketika ditanya oleh temannya.

“Gimana rasanya belajar di rumah? Anak tersebut menjawab “Aku tak sanggup lagi, mama ku lebih galak dari ibu guru di sekolah, bawaannya marah-marah melulu”.

Selain itu ada sebuah pantun yang viral, diberikan murid pada gurunya:

Kupu-kupu binatang lucu

Sayapnya berwarna cerah

Aku tak suka bersama ibu

Sebab mengajarnya marah-marah

Dari sini kita tentu perlu merefleksikan diri, mengapa anak tidak betah belajar bersama orang tuanya dirumah?. Tentu ada  yang salah dengan peran ibu bagi anaknya, padahal ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya seharusnya seorang anak lebih nyaman belajar bersama orangtua di dalam rumahnya.

Bagi sebagian ibu, pendampingan belajar dirumah bukanlah sebuah permasalahan. Namun, bagi ibu yang belum terbiasa, akan memberi efek yang luar biasa. Selama ini orang tua selalu memberi kepercayaan penuh kepada sekolah untuk mendidik anak-anak mereka. Tugas mereka hanya sekedar mendampingi belajar saat di rumah. Menyiapkan segala bentuk keperluan sekolah yang bersifat material saja. Selebihnya tugas mengajar dan mendidik, hampir bisa dipastikan di pasrahkan sepenuhnya kepada sekolah.

Pendampingan pembelajaran yang dilakukan di rumah menuntut orang tua terlebih seorang ibu untuk memaksimalkan perannya dalam mendidik putra-puterinya terutama yang berusia pra-sekolah (4-6 tahun) dan usia sekolah dasar (6-12 tahun), karena usia-usia tersebut masih memiliki karakter yang unik, aktif, dan berperilaku sesuai dengan yang iainginkan. Tetapi, masa ini merupakan masa belajar yang efisien.

Proses mendidik memang tidak mudah tetapi tidak sesulit yang dibayangkan. Begitu banyak orangtua kreatif yang memfasilitasi anaknya tetapi tidak sedikit pula yang merasa capek, kesal, tidak tahu harus bangaimana mengajari anak, dan bahkan ada yang acuh terhadap anaknya. Pada akhirnya mengeluh akan kebijakan pemerintah dalam meliburkan sekolah.

Ada berbagai model yang dapat dilakukan orang tua dalam mendampingi putra-puterinya saat belajar di rumah. Dengan mengenali karakter putra-puterinya maka, pendampingan dalam proses pendidikan dan pembelajaran dapat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak.  

Pada prosesnya, mendampingi anak belajar akan menghadirkan kesenangan dan manfaat bagi orang tua maupun anak. 

1.Orang Tua dapat Mengenal Karakter Anak

Selain membantu pemilihan model pembalajaran yang tepat untuk anak, orang tua akan semakin mengenal karakter putra-puterinya secara menyeluruh, tidak hanya ketika sedang berkumpul bersama keluarga tetapi mengetahui karakternya ketika sedang melaksanakan proses pembelajaran. Dengan begitu, pendamping tahu betul bagaimana ia harus membimbing putra-puterinya.

2.Orang Tua dan Anak Semakin Dekat

Ini merupakan karunia yang tidak ternilai bagi seorang anak. Tidak jarang jika hari-hari biasa, orang tua disibukkan dengan kegiatan masing-masing sehingga lupa untuk mendampingi anak dan memfasilitasi anak dengan kasih sayang. Dengan adanya aturan belajar dirumah dan bekerja di rumah maka kedekatan akan semakin terasa.

3.Orang Tua Mengetahui Potensi Anak

Orang tua dapat mengukur kemampuan anak ketika sedang belajar dan tentu anak akan menunjukkan pelajaran mana yang ia sukai dan tidak sukai. Hal tersebut dapat membuat orang tua mengetahui bagaimana cara mengarahkan putra-puterinya sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Perlakuan orang tua dalam pendampingi putra-puterinya harus semaksimal mungkin dan tetap konsultasi dengan guru terkait. Orang tua harus memiliki sifat penyabar, menerima bahwa setiap anak itu unik, memperlakukan anak dengan kasih sayang, tidak memaksakan kehendak, pemaaf, dan kreatif dalam menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik anak. Dengan begitu, anak akan merasa nyaman dan senang menjalani proses Study from Home atau belajar dari rumah.

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI