Oleh: Amalia Rabiatul Adawiyah
(Mahasiswa Prodi Akuntansi Universitas Nusa Putra Sukabumi)
Tidak semua masyarakat mengetahui apa itu inflasi dan dampak apa saja terhadap perekonomian negara. Padahal, kita pasti sering sekali mendengar kata inflasi di berbagai kesempatan, tetapi tidak mengetahui apa itu inflasi.
Inflasi merupakan suatu gejala ekonomi yang tidak mungkin dihilangkan secara tuntas. Upaya yang bisa dilakukan hanya sebatas mengontrolnya atau mengendalikannya saja. Inflasi bisa berdampak positif maupun negatif tergantung bagaimana mengelolanya.
Jika inflasi tidak dikelola dengan baik, maka bisa menyebabkan perekonomian suatu negara mengalami suatu kemerosotan. Inflasi kerap terjadi secara tiba-tiba, tanpa peringatan apa pun. Tidak heran jika fenomena ini sering membuat khalayak publik kebingungan dan ingin mengetahui apa penyebabnya.
Adapun yang dimaksud dengan inflasi, menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), inflasi adalah kemerosotan nilai uang (kertas) karena banyaknya dan cepatnya uang (kertas) beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang.
Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pengertian inflasi adalah sebuah nilai ketika tingkat dari harga yang berlaku di dalam suatu bidang ekonomi. Sebagai salah satu dari indikator di dalam melihat kestabilitasan perekonomian satu wilayah tertentu, perkembangan harga jasa dan barang pada umumnya dapat dihitung melalui indeks harga dari para konsumen. Dengan demikian, angka inflasi amatlah mempengaruhi besar kecilnya produksi suatu barang.
Belum bisa diartikan sebagai inflasi jika kenaikan harga tersebut bersifat sementara, contohnya seperti kenaikan harga-harga menjelang hari Raya Idul Fitri. Namun, ketika kenaikan tersebut berlangsung dalam waktu yang lama dan terjadi hampir pada seluruh barang dan jasa secara umum, maka gejala inilah yang disebut dengan inflasi.
Inflasi juga dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10 persen setahun, inflasi sedang antara 10 persen - 30 persen setahun, inflasi berat antara 30 persen - 100 persen setahun dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100 persen setahun.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan (year on year/yoy) 2019 sebesar 2,72 persen. Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatakan inflasi itu jadi yang terendah dalam 20 tahun terakhir. "Inflasi 2,72 persen ini (2019) adalah inflasi terendah dalam 20 tahun terakhir," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa (7/1/2020).
Sri Mulyani mengatakan rendahnya nilai inflasi itu bukan karena ada penurunan daya beli masyarakat. Buktinya, menurut Sri Mulyani, konsumsi di 2019 masih tetap tumbuh 5 persen. "Kalau konsumsi kita masih tumbuh 5 persen. Banyak yang menanyakan inflasi rendah apakah karena daya beli? Tapi inflasi rendah ini masih menjaga konsumsi. Inflasi inti, administred price," jelasnya.
Inflasi tentu tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyebab terjadinya inflasi dalam suatu negara. Faktor utama penyebab inflasi yang pertama, yaitu meningkatnya permintaan (Demand Pull Inflation) untuk jenis barang atau jasa tertentu.
Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, meningkatnya belanja pemerintah, meningkatnya permintaan barang untuk di ekspor, meningkatnya permintaan barang untuk swasta.
Yang kedua yaitu meningkatnya biaya produksi (Cost Pull Inflation), hal ini bisa disebabkan oleh kenaikan harga bahan-bahan baku. Misalnya, harga bahan bakar naik dan upah buruh naik.
Yang ketiga yaitu tingginya peredaran uang. Ketika jumlah barang tetap, sedangkan jumlah uang yang beredar meningkat dua kali lipat maka bisa menyebabkan kenaikan harga-harga. Inflasi bisa berdampak positif maupun negatif, namun lebih banyak negatifnya. Terutama bagi perekonomian suatu Negara.
Inflasi yang dikelola dengan baik bisa memberikan dampak positif bagi perekonomian negara. Contohnya terhadap pendapatan masyarakat dalam bekerja, inflasi yang terkendali bisa mendorong pengusaha untuk memperluas produksi sehingga meningkatkan perekonomian.
Ketika produksinya ditambah, maka akan membuka lowongan pekerjaan baru bagi masyarakat. Hal ini, juga bisa meminimalisir tingginya angka pengangguran dan kemiskinan dalam suatu negara karena masyarakatnya akan mempunyai pendapatan. Hal ini bisa berjalan dengan baik jika ada kontrol langsung dari pemerintah yang mana bisa mengendalikannya dengan baik.
Selain berdampak positif, kebanyakan inflasi berdampak negatif. Jika perekonomian dalam suatu negara mengalami kekacauan, maka akan membuat masyarakat menjerit akibat mahalnya barang. Terutama bagi masyarakat yang mempunyai penghasilan tetap, seperti PNS, pegawai swasta, polisi, tentara, dll akan mendapatkan dampak buruk dari inflasi ini.
Dengan adanya inflasi, harga-harga barang akan naik, sementara pendapatan (gaji) yang mereka terima tidak ikut naik. Lebih jauh, ini berarti inflasi bisa menurunkan tingkat kesejahteraan rakyat karena daya belinya yang semakin rendah.
Selain itu dampak yang akan dirasakan langsung yaitu ekspor barang akan menurun drastis. Menurunnya ekspor barang disebabkan oleh mahalnya barang, jika ekspor barang berkurang maka akan menyebabkan pendapatan negara berkurang.
Dampak lainnya yaitu, akan terjadinya kekacauan ekonomi. Tingkat inflasi tinggi yang tidak segera ditangani dan dikendalikan bisa saja menimbulkan masalah yang lebih besar dalam perekonomian negara. Harga tinggi dapat memicu produsen untuk menimbun faktor produksi atau barang yang dibutuhkan, sehingga harga barang akan semakin tinggi lagi.
Inflasi tinggi yang tidak terkendali juga bisa menimbulkan kecemburuan sosial, kerusuhan, atau bahkan krisis keuangan seperti yang terjadi tahun 1998.
Lalu bagaimana sih cara pemerintah dalam mengatasi terjadinya inflasi? Ada dua cara yang bisa dilakukan oleh pemerintah agar tidak terjadi inflasi, yang pertama yaitu dengan menggunakan Kebijakan Fiskal.
Kebijakan fiskal berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran anggaran pemerintah. Kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah untuk mencegah inflasi adalah dengan mengurangi pengeluaran pemerintah, meningkatkan tarif pajak, serta melakukan pinjaman.
Yang kedua yaitu Kebijakan Non moneter dan Non fiskal, selain kebijakan fiskal dan moneter, cara mengatasi inflasi oleh pemerintah juga dapat dengan meningkatkan hasil produksi, mempermudah masuknya barang impor, menstabilkan pendapatan masyarakat (tingkat upah), menetapkan harga maksimum, serta melakukan pengawasan dan distribusi barang.
Editor : Budiono