Sukabumi Update

Imunisasi Vaksin Sosial

Oleh : Isnan Nursalim

(Mahasiswa Sosiologi Universitas Mataram)

Sudah lebih dari sebulan sejak Indonesia melaporkan adanya kasus positif pertama pada awal Maret yang lalu. Hingga Senin (20/04/2020) tercatat sudah mencapai 6.760 orang yang dinyatakan positif, 747 sembuh dan 590 meninggal dunia. Dari data tersebut menunjukan belum ada tanda-tanda Covid-19 akan segera usai. Pasalnya lonjakan orang yang dinyatakan positif terus terjadi setiap harinya.

Sebagai pihak yang bertugas menangani pasien ditengah pandemi Covid-19, tenaga medis juga banyak yang menjadi korban keganasan virus ini. Beberapa waktu yang lalu, 57 Tenaga Medis di RSUP Kariadi Semarang ditengarai telah terpapar Covid-19. Hal ini diduga tertular karena ada pasien yang tidak jujur mengenai kondisi yang dialami serta riwayat perjalanan pasien tersebut. Imbasnya seluruh tenaga medis yang telah melakukan kontak dengan pasien tersebut harus menjalani Isolasi di Hotel Kesambi Hijau Semarang untuk mencegah terjadinya penularan ke orang lain.

Hal yang sama juga dialami oleh 21 Tenaga Medis di Rumah Sakit Ciremai  Kota Cirebon. Mereka harus melakukan isolasi mandiri karena telah melakukan kontak dengan pasien positif Covid-19. Kejadian seperti itu juga terjadi dibeberapa daerah lainnya. Hal semacam ini tentu mengundang keprihatinan publik. Dalam kondisi seperti ini sudah seharusnya saling menjaga, yang sakit menjaga yang sehat dengan tidak menularkan penyakitnya dan orang yang sehat melindungi mereka yang sakit. Dengan memberikan informasi yang benar mengenai kondisi yang dialami serta riwayat perjalananya, maka terjadinya penularan dapat dicegah serta penanganan kesehatan dapat dilakukan secara tepat.

Tinjauan Sosiologi Kesehatan

Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap serta tindakan. Perilaku manusia merupakan sebuah reaksi terhadap stimulus yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya. Lebih lanjut Mechanic seorang ahli sosiologi dan psikologi sosial mengatakan bahwa perilaku sakit merupkan sebuah reaksi seseorang yang terkena suatu penyakit sangat ditentukan oleh sistem sosialnya.

Ketidakmampuan dalam mengelola ketakutan, kepanikan serta sikap over protektif dalam merespons isu Covid-19 yang berkembang berpotensi memunculkan perilaku yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Seperti perilaku sakit yang ditunjukan oleh  pasien yang tidak jujur mengenai kondisi yang dialami serta riwayat perjalanan pasien tersebut tentu sangat merugikan. Bukan hanya merugikan bagi kesehatanya sendiri, namun juga terhadap kesehatan tenaga medis serta orang lain yang pernah melakukan kontak dengannya.

Ketakutan, kepanikan serta prasangka dari masyarakat ditengah pandemi Covid-19 tentu menjadi hal yang wajar. Namun ketakutan dan kepanikan berlebihan yang terus berlarut apabila tidak segera diatasi, secara sosiologis dapat memunculkan disorganisasi sosial dan disfungsi sosial ditengah-tengah masyarakat. Disorganisai pada masyarakat mengarah pada situasi sosial yang serba tidak menentu. Sehingga akan berdampak pada tatanan sosial di masyarakat. Bentuk nyatanya adalah berupa prasangka dan diskriminasi dari masyarakat.

Talcot Parsons dalam bukunya yang berjudul The Social System (1951) menyatakan bahwa, sakit adalah bukan hanya kondisi biologis semata. Namun juga disebabkan karena ada peran sosial yang tidak berfungsi dengan baik. Hal ini dapat kita lihat pada kasus pasien yang tidak jujur mengenai kondisi yang dialami serta riwayat perjalanannya. Karena dengan mengatakan pernah melakukan perjalanan ke daerah zona merah dan memiliki gejala Covid-19 maka harus melakukan karantina selama 14 hari. Dengan demikian maka peran sosialnya menjadi tergangggu. Dalam pandangan Parsons, kondisi tersebut sudah disebut sakit.

Dengan melakukan karantina maka tidak bisa kumpul bersama sanak saudara, tidak bisa bekerja, dan menjalankan peran sosial lainnya. Bahkan bisa saja masyarakat akan menjauhinya, menjaga jarak hingga enggan untuk menolong karena takut tertular, hingga memberikan stigmatisasi dan diskriminasi. Kondisi inilah yang tidak diinginkan oleh pasien tersebut, sehingga memilih untuk mengatakan sesuai harapannya untuk sehat dan tidak terinfeksi Covid-19.

Mengaktifkan Vaksin Sosial

Berbagai pemberitaan di media telah membangun pengetahuan dan pemahaman masyarakat terkait Covid-19. Hal ini juga berkaitan dengan berbagai macam respons yang dilakukan oleh masyarakat dalam upaya mencegah terjadinya Covid-19. Masing-masing individu maupun kelompok masyarakat menampilkan diri dengan merespons sesuai dengan pengetahuan yang mereka pahami. Mulai dari membatasi warga keluar masuk lingkungannya, masyarakat mudah cemas serta panik dan berujung pada stigmatisasi serta diskriminasi terhadap orang yang dinyatakan positif Covid-19.

Ditengah meluapnya arus informasi yang diterima publik, hingga memicu terjadinya distrorsi informasi. Pengetahuan masyarakat terkait informasi yang ia terima tentu berbeda-bada Sehingga muncul stigmatisasi dan diskriminasi terhadap ODP, PDP dan pasien positif Corona. Hal ini seharusnya tidak terjadi, sebab virus corona bukanlah aib lantas kemudian menjadi hina. Virus Corona adalah musibah yang bisa menyerang siapa saja, baik pejabatat, konglomerat, rakyat jelata hingga tenaga medis sekalipun. Yang saat ini dibutuhkan adalah saling menjaga dan memiliki kepedulian yang tinggi untuk bersama-sama melawan Covid-19.

Ditengah situasi yang tidak menentu seperti saat ini seharusnya semua elemen masyarakat harus berpartisipasi dan menunjukan rasa empati yang tinggi. Partisipasi tersebut dapat berupa gotong royong, menjaga jarak fisik, serta mengikuti seluruh protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah dan WHO. Partisipasi masyarakat ini dapat menjadi vaksin sosial untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19. Sembari menunggu vaksin medis ditemukan dan penanganan dipusat-pusat kesehatan tetap dilakukan, mengaktifkan vaksin sosial menjadi cara terbaik untuk meminimalisir terjadinya penularan Covid-19.

|isnannur565@gmail.com|netizen

Editor : Budiono

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI