Sukabumi Update

Pergeseran Makna Prestasi Ala Pendidikan Sekuler

Oleh: Sri Mulyati - msri53090@gmail.com – netizen

Pergantian ajaran baru di dunia pendidikan tentunya menjadi momen yang ditunggu-tunggu, terutama perpindahan sekolah dari sekolah dasar yang kini akan masuk sekolah menengah pertama atau dari sekolah menengah pertama menuju sekolah menengah atas. Tentunya, lembaga pendidikan tidak langsung memberikan pengajaran kepada siswa-siswi baru. Para guru dan Osis akan mempersiapkan diri untuk kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) terlebih dahulu. 

Hal ini selalu dilaksanakan setiap tahunnya dengan berbagai kreatifitas guru dan Osis. Sehingga, masa ini dikenal dengan masa yang memiliki kesan yang tidak pernah terlupakan bagi siswa-siswi baru di sekolah barunya. Meskipun masih masa pandemi Covid-19 MPLS tetap dilaksanakan melalui daring. Namun, baru-baru ini jagat dunia maya dihebohkan dengan viralnya video Tiktok Taraktakdung yang dilakukan oleh siswa baru SMU 3 Sukabumi yang termasuk SMU Favorit di Sukabumi dan mirisnya malah diberikan penghargaan atas aksi tersebut.

Dilansir pikiranRakyat.com, Sekretaris Pelaksana Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) SMUN 3 Sukabumi, Asep Rahmat Kurniawan memberikan pengghargaan pada Almira pada aksi video Taraktakdung yang viral di media sosial seperti twitter dan instagram, ia mengatakan bahwa aksinya sudah mengangkat nama sekolah dan bangga terhadap aksi siswa yang bernama Almira. Di akhir penutupan MPLS pihak sekolah mengundang orang tua siswa untuk mengambil penghargaan tersebut. (19/07/2020, PikiranRakyat.com)

Berdasarkan fakta di atas , sesungguhnya  telah terjadi pergeseran makna prestasi di tengah masyarakat dalam bidang pendidikan, suatu aksi yang tidak akan memberikan perbaikan terhadap pendidikan yang mengalami kebobrokan malah diberikan penghargaan secara khusus. Hal ini menandakan bahwa pengaruh modernisasi dalam bidang pendidikan membuat arus liberalisasi menjadi-jadi di tengah masyarakat. Sehingga, generasi milenial saat ini yang seharusnya membawa perubahan wajah pendidikan yang mengalami kemerosotan berpikir bukan justru sebaliknya. 

Seharusnya pemuda menjadi agent of change, generasi Islam yang memiliki pemikiran segar untuk memperbaikinya. Jika diperhatikan lebih jauh generasi milenial saat ini begitu krisis identitas. Sebagai pemuda Islam yang dipundaknya lah pembentuk peradaban yang gemilang.

Sungguh sangat kontras kualitas pemuda yang didalamnya diterapkan sistem Islam dengan di terapkannya sistem yang bukan Islam. Sebagai contoh nyata yang telah di catat oleh sejarah dunia ketika Islam dalam masa keemasannya, mampu mengantarkan Sultan Muhammad Al-Fatih di Usia 19 tahun mampu menaklukan Konstantinopel. 

Kota yang dijanjikan oleh Allah yang jauh-jauh hari dan termaktub di dalam al-hadis kota yang akan diberikan kepada kaum muslimin. Janji Allah pula sebaik-baik tentara adalah tentara yang menaklukan Konstantinopel. Ini merupakan prestasi yang begitu luar biasa, tidak hanya dunia bahkan akhirat karena sesungguhnya apa yang diperjuangkan oeh Sultan Muhammad Al-Fatih adalah untuk memenuhi seruan Allah dan rasulnya. Sebagai jalan dakwah dan jihad di jalan Allah. Tidak hanya Muhammad Al-Fatih, tokoh-tokoh terkemuka seperti  Ibnu Firnas, Ibnu Sina dan para ilmuan di dunia Islam saat itu, merupakan seorang pemuda yang berprestasi di bidang sains, teknologi dan ahli ilmu fiqih, bahasa arab, dan ilmu-ilmu tentang keislaman lainnya.

Melalui kemuliaan dan kecerdasan beliaulah Islam meraih masa keemasannya. Menorehkan tinta sejarah dengan peradaban yang begitu gemilang sehingga Barat pun iri melihat hal ini. Menjadi negara mercusuar seantero dunia dengan kemuliaan Islam.

Pada fakta yang telah disuguhkan di atas, krisis identitas yang sudah disebutkan , menegaskan kepada kita bahwa lemahnya penjagaan negara terhadap arus liberalisasi yang masif sehingga mengubah cara pandang makna prestatif. Selain itu, sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab negara menjaga akidah umat terutama anak-anak dan para pemuda, sehingga makna prestati yang haq adalah menjadi hamba Allah Swt yang mampu memberikan manfaat. 

Karena, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lainnya. Lemahnya penjagaan inilah yang membuat celah kepada Barat yang membenci Islam untuk melakukan penyerangan lewat pemikiran-pemikirn mereka yang rusak. Tidak hanya itu, tugas dan kewajiban negara pula memberikan fasilitas pendidikan berupa pembiayaan, sarana dan prasarana yang memadai diberikan secara gratis kepada masyarakat. 

Pembentukan kurikulum dan orientasi pendidikan Islam yang bertumpu pada akidah Islam. Maka, barulah negara mampu menjadikan para siswa-siswi menjadi hamba Allah yang taat.  Namun, hal demikian hanya dapat terwujud melalui penerapan Islam kafah di tengah-tengah kehidupan. Negara menjadikan aturan sang khalik sebagai landasan dalam bernegara. Sebuah sistem Islam yang mampu membentuk generasi agent of change dan sadar akan tugas diciptakannya hanya untuk beribadah kepada Allah Swt. Seperti dalam firman Allah Swt disebutkan dalam Qs. Al-Anam: 162.

Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup, dan matiku hanya untuk Allah, tuhan Sekalian alam. (QS.Al-Anam: 162). Dengan demkian, tidak akan ada lagi seorang pemuda yang kehilangan arah dan tidak berleha-leha dalam kesia-siaan.

Wallahu a'lam bishshawab

Penulis adalah Mahasiswi dan Member AMK

 

Editor : Fitriansyah

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI