Sukabumi Update

Pria Montreal ini Bikin Sepeda Daur Ulang

SUKABUMIUPDATE.com - Ben Adler dari Montreal, Kanada, memproduksi sepeda buatan tangan dari bahan-bahan daur ulang yang diberi merek Etique.

Pria 34 tersebut sudah membuat sepeda ramah lingkungan atau rebicycle selama sekitar enam tahun. Adler mengutamakan frame atau kerangka sepeda antik yang seharusnya menjadi sampah kemudian didaurulang.

Dengan teknik peledakan pasir dan pengecatan ulang, dia menyesuaikan dengan kebutuhan pelanggan.

"Kami menghindari membuang bingkai vintage ini, dan membuat sesuatu yang indah dan sangat fungsional pada saat bersamaan," kata Adler seperti ditulis CBC Kanada pekan lalu.

Awal ketertarikan Adler pada sepeda kota atau jalan raya kelas atas terjadi karena dia melihat ada sesuatu yang tak cocok.

Pesepeda yang juga mantan pebalap tersebut mengatakan dia melihat standar sepeda yang berubah dari tahun ke tahun sehingga memaksa pesepeda meninggalkan komponen yang sangat bagus.

Dia mengatakan tidak pernah melihat sebuah perusahaan yang mencoba membuat sepeda yang tahan lama, memiliki standar yang tidak berubah, dapat didaur ulang, dan menggunakan bahan daur ulang.

"Jadi, saya melakukannya," ucap Adler.

Adler mulai mencari dari mana logam untuk rangka sepeda berasal dan dalam kondisi apa diproduksi. King Cycle Group, salah satu pemasok suku cadang Adler, adalah produsen suku cadang sepeda pertama yang memperoleh sertifikasi B Corporation.

Sertifikat otu membuktikan King Cycle sebuah standar industri yang memperhatikan dampaknya terhadap pekerja, komunitas, dan lingkungan. Jejak karbon untuk pengiriman juga penting.

Sebagian besar komponen Etique didapat dari pemasok Amerika Utara. Hanya sistem persneling, rantai, dan remnya yang dari Jepang.

Pandemi Covid-19 global mengingatkan Adler betapa pentingnya mengembangkan rantai pasokan lokal. Dia mengatakan produksi di pabrik di luar negeri dan pengiriman ke Kanada berhenti untuk sementara waktu.

Adler sering kali harus menukar suku cadang di bengkel lain musim panas ini. Dia menilai pandemi membuat rantai pasokan terlalu panjang, rumit, serta rapuh.

"Kami benar-benar mencoba mengembangkan kemitraan dengan pemasok yang sedekat mungkin, (sehingga) pengrajin dan produsen tidak bergantung pada pemasok yang sangat jauh."

Sumber: Tempo.co

Editor : Koko Muhamad

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI