Sukabumi Update

Juru Parkir di Cibadak Kabupaten Sukabumi Ini Enggan Eksploitasi Cacat Fisiknya Demi Uang

SUKABUMIUPDATE.com – Mengalami cacat fisik semenjak lahir, kehidupan Saepulloh (19), warga Kampung Lebakmuncang, Desa Bantarkalong, Kecamatan Warungkiara, Kabupaten Sukabumi, kemudian menjadi kisah panjang yang penuh perjuangan dan memilukan.

Keterbatasan fisik tidak membuatnya berdiam diri, terlebih hidup dalam deraan kemiskinan orang tua, ayahnya seorang tukang ojek dan ibu sebagai buruh tani. Penghasilan kedua orangtuanya yang tidak menentu, telah memaksanya berjuang membantu mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Bagi Saepulloh, profesi tukang parkir adalah lebih baik, daripada mengeksploitasi kekurangan fisiknya untuk mendapatkan uang. Setiap pukul 07.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB, ia sudah berada di depan Kantor Pos Cibadak. Setiap hari pula pemuda ini meniupkan pluit sambil melambaikan tangan ke arah pengendara yang melintas, bak petugas lalu lintas tengah mengatur laju kendaraan dari kedua arah.

Sesekali dari mulutnya keluar teriakan, “Stop!” Setelah itu, pengendara memberinya lembaran rupiah kepadanya.

Di antara kesibukannya mengatur parkir kendaraan, pemuda yang tak lulus sekolah dasar ini, selalu menyempatkan diri membantu para pelajar sekolah dasar hingga menengah atas, atau siapapun yang khawatir dengan arus lalu lintas ketika hendak menyeberang. “Padahal jujur, saya sendiri terkadang takut untuk menyeberang,” ucapnya dengan senyum.

BACA JUGA:

Ketika Setia Budi Memilih Jadi Bapak Ratusan Pelajar Cicurug Kabupaten Sukabumi Dibanding Menimang Lima Cucu

Tatkala Nyawa Dihargai Sebatang Rokok, Warga Karang Tengah Kabupaten Sukabumi Tetap Ikhlas

Menurutnya, sudah tiga tahun ini menjalani profesi tukang parkir. Dari profesinya itu, ia mampu mengumpulkan uang sebesar Rp100 hingga Rp300 ribu sehari. “Lumayan, uangnya buat emak di rumah. Saya mah hanya ambil 20 ribu Rupiah saja buat jajan,” katanya polos.

Sebelum menempati lapak di sekitar Kantor Pos, Saepulloh pernah menjalani profesi sama di Kecamatan Warungkiara. “Di sana sepi. Saya akhirnya pindah ke Cibadak. Sejak jauh dari rumah, bapak sering menjemput untuk pulang,” terang dia.

Dalam kehidupan yang ia jalani, Saepulloh tak memiliki mimpi besar, selain hanya ingin memberi manfaat bagi warga di sekitarnya. “Saya lahir dengan keadaan fisik yang tidak sempurna. Tangan saya kecil dan tidak bisa apa-apa. Kedua kaki tidak bisa saya gunakan berdiri. Saya berjalan saja dengan dengkul,” ucapnya getir.

Jujur ia katakan, sangat menerima takdir dirinya, behkan menyukurinya. Namun begitu, ia mengaku todak pernah bisa membayangkan akan masa depannya kelak. “Jujur, saya juga inginnya seperti orang normal, ingin memiliki keluarga, dan hidup bahagia bersama anak dan istri."  

Soal kebaikan Saepulloh, Nolis Minarsih (48) seorang pedagang asongan mengakuinya. Menurut wanita setengah baya itu, Saepulloh sering mentraktir teman-temannya yang berbadan lebih sehat. “Terkadang menawarkan rokok kepada teman-temannya. Mungkin karena dia baik, rezekinya jadi banyak. Ia sering mendapatkan amplop dari pengendara yang lewat,” tutur Nolis.

Editor : Administrator

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI