Sukabumi Update

Petani Jahe Mekarsari Butuh Perhatian Pemkab Sukabumi: Kami Juga Ingin Sukses

SUKABUMIUPDATE.com - Petani jahe asal Kampung Mekarsari, Desa Taman Jaya, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, harapkan keterlibatan Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Sukabumi untuk mengembangkan pertanian, baik melalui bantuan permodalan maupun penyuluhan.

“Kami butuh perhatian Pemda Kabupaten Sukabumi. Petani Jahe emprit (kecil-red) belum pernah mendapatkan penyuluhan atau bantuan benih. Padahal, kami juga ingin sukses. Kami butuh pengetahuan cara bertani yang baik dan benar. Kami butuh bantuan benih,” ujar Samsudin (45), salah seorang warga Kampung/Desa Mekarsari RT 05/06.

Ia mengatakan, pertanian jahe di desa itu mencapai 20 hektar. Selain menanam jahe, petani juga menanam rempah-rempah lainnya, seperti kunyit, dan lengkuas, atau laja serta jahe merah. Namun karena tidak memiliki teknik penanaman yang baik, tak jarang hasil panen kurang memuaskan.

“Kalau lagi jelek, dari 400 meter persegi lahan hanya bisa menghasilkan tiga ton. Kalau lagi bagus, bisa empat ton,” ungkapnya.

BACA JUGA:

Harga Daun Kol Ditingkat Petani Sukabumi Hanya Rp1000 per Kilogram

Petani Surade Kabupaten Sukabumi Ogah Jual Gabah ke Bulog

Soal Durian Musangking, Karang Taruna Cikakak Kabupaten Sukabumi: Membunuh Petani Lokal

Lebih jauh, kepada sukabumiupdate.com, Selasa (18/4), ia mengatakan, sering petani tidak kembali modal saat panen. Pasalnya, harga benih lebih mahal dari harga jual. Untuk benih jahe biasa, sebut dia, harga per kilogramnya mencapai enam ribu rupiah. Sedangkan bibit jahe merah per kilogramnya mencapai Rp15 ribu.

“Harga jual jahe biasa atau jahe emprit, hanya ditawar tengkulak paling tinggi lima ribu Rupiah per kilogram. Bahkan bulan kemarin, tengkulak hanya berani bayar 3.500 hingga empat ribu Rupiah per kilogram. Kalaupun ada untungnya, tidak sebanding dengan masa tunggu,” tandasnya.

Sedangkan harga tampung tengkulak untuk jahe merah, tambah dia, hanya Rp12 ribu per kilogram. Sehingga semua petani yang menanam jahe di desa tersebut, belajar sendiri-sendiri, atau hanya berdasarkan pengalaman saja.

"Kalau kami mendapat penyuluhan, mungkin kami tahu cara bertani yang baik dan benar,” katanya. 

Editor : Administrator

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI