Sukabumi Update

Derita Titi, Warga Bobojong Kabupaten Sukabumi Tinggal di Rutilahu Bersama Ibu dan Lima Anak

SUKABUMIUPDATE.com - Di saat banyak orang merencanakan membeli baju baru untuk dikenakan pada hari Lebaran, dan berbagai jenis makanan, mulai dari kue, ketupat, opor ayam, serta merencanakan renovasi atau mempercantik hunian, namun tidak bagi Titi Royati (40).

Warga Jalan Ciseureuh, Kampung Bobojong RT 47/20, Desa Sukaresmi, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi itu, harus berjibaku dengan kondisi hidup serba sulit. Kondisi hidup Titi kian berat manakala sang suami pun tak lagi pernah pulang ke rumah.

BACA JUGA: Ini Kondisi Rutilahu Warnajati Kabupaten Sukabumi, Ketua RT: Jangan Janji, Saya Malu

Menjadi kuli cuci dan menyetika, Titi bersama lima anak dan ibunya, tinggal di rumah tidak layak huni (rutilahu) berukuran kurang lebih 3x6 meter. Alas rumah tanah, dinding dan langit-langit dari bilik bambu dengan bolong dan lapuk di banyak bagian.

Jika turun hujan, tutur Titi, atapnya bocor. Tak ayal, baskom dan panci pun selalu siap siaga untuk menampung cucuran air hujan.

"Sudah tidak aneh, jika hujan datang rumah ini seperti tidak ada atapnya, masuk ke dalam. Saya harus siaga memindahkan baskom dan panci di titik-titik bocor," kepada sukabumiupdate.com Titi bertutur lirih, Sabtu (10/6).

BACA JUGA: 25 Rutilahu Desa Cikangkung Kabupaten Sukabumi Diguyur Bantuan

Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Titi mengandalkan tiga anaknya yang bekerja di toko dan bengkel. Ia juga tidak duduk tumpang kaki, jika ada yang menyuruh buat nyuci baju atau menyetrika, dengan penghasilan Rp20 ribu sampai Rp30 ribu sedia ia lakoni.

"Kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah dua anak saya yang masih sekolah hasil dari anak yang bekerja, itu pun kalau mereka ada uang. Kalau tidak, kakaknya kasbon di tempat mereka bekerja. Kalau untuk makan tidak ada sama sekali, warung memberi kami utangan beras," kerutan dahinya mulai menua.

Sementara buat kebutuhan mandi, mencuci, dan sebagainya, Titi hanya mengandalkan air hujan dan menimba dari mata air yang jauh dari rumah tempat di mana ia tinggal. WC samping rumah berukuran 1,5 meter ini ia buat dari bekas spanduk dan baligo tak terpakai.

BACA JUGA: Setiap Hari Berdoa, 17 Tahun Enam Jiwa Warnajati Kabupaten Sukabumi Huni Rumah Lapuk

"Biasanya saya menampung air hujan untuk mandi atau mencuci, kalau tidak biasanya saya mengambil dari mata air, sekitar 200 meter dari rumah," kata Titi sambil menahan linangan air mata.

Titi pun mengenang dapurnya pernah roboh karena memang sudah lapuk dan terpaksa dapur yang ia miliki harus berpindah ke ruangan tengah rumah, meskipun semakin mempersempit ruangan.

BACA JUGA: Tinggal di Gubuk, Sembilan Jiwa Warga Cicurug Kabupaten Sukabumi

"Untung waktu itu sedang tidak ada siapa-siapa, saat roboh, dan terpaksa dipindahkan ke ruang tengah. Jika habis gas juga, saya mengandalkan tungku, kadang malah harus nahan lapar apabila tungku basah kehujanan dan gas habis" kenangnya.

Berbicara soal bantuan, Titi mengaku pernah mendapatkan Bantuan Langsung Tunai (BLT), tapi tidak berlangsung lama dengan alasan anak-anaknya telah bekerja.

BACA JUGA: Sebatangkara Huni Rutilahu di Warungkiara Kabupaten Sukabumi: Hayang Dipikanyaah Pamarentah

"Pernah dapat bantuan tapi tidak lama, katanya karena anak saya bekerja. Padahal bekerja saja tidak mencukupi untuk menghidupi keluarga. Kalau bantuan rehab mah belum pernah ada," ucapnya melemah.

Namun demikian, Titi mengaku dua pekan lalu pernah ada pemotretan dan menyuruhnya untuk membuat kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

BACA JUGA: Di Gubuk Kecil, Pasangan Lansia Miskin di Ciracap Kabupaten Sukabumi Hidup dari Belas Kasihan

"Gak tahu motret rumah buat apa? Dan terpaksa harus meminjam uang untuk membuat ATM," katanya.

Kini, Titi sekeluarga berharap ada bantuan dari pemerintah untuk memperbaiki rumah dan membangun WC, sebab jika dibiarkan khawatir akan roboh karena sudah lapuk.

BACA JUGA: Tinggal di Gubuk Nyaris Roboh, Satu Keluarga di Cisolok Kabupaten Sukabumi

"Pernah juga tetangga bantu saya menutupi bilik yang rusak, mengganti dengan spanduk tidak terpakai. Bukannya tidak mau memperbaiki sendiri, tapi dananya dari mana? Untuk sehari-hari saja sulit, sampai orang tua saya bantu mengumpulkan bekas botol plastik untuk di jual," pungkasnya.

Editor : Administrator

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI