SUKABUMIUPDATE.com – Pemberhentian operasi sementara angkutan umum online di Kota Sukabumi, Jawa Barat, dikeluhkan pengguna, khususnya para pelajar dan pengusaha kuliner.
Devita Heryanto (16 tahun), siswi pengguna jasa angkutan online menyayangkan hal tersebut terjadi karena dengan adanya angkutan berbasis online ini dirasakannya sangat membantu, terutama saat pergi sekolah.
BACA JUGA:Â Wakil Wali Kota Sukabumi Khawatir, yang Menandatangani Petisi tidak Paham
"Angkutan online sangat membantu banget, terutama soal tarif, pas dengan uang saku pelajar, dan kita bisa langsung mengecek tarif juga," ucapnya kepada sukabumiupdate.com, Kamis (3/8/2017).
Berbeda dengan ojek biasa tambah Devita, tarifnya terkadang sampai dua kali lipat lebih mahal, dan tidak perlu ribet mencari angkutan ke sana sini. "Cukup buka Handphone ke aplikasi Go-Jeknya, lihat tarif, order, dan berangkat," ujarnya.
BACA JUGA:Â Soal Penghentian Transportasi Online, Wakil Wali Kota Sukabumi: Angkutan Konvensional Harus Evaluasi
Senada dikatakan Mutia Siti Damayanti (13 tahun), siswi SMP, sejak ada angkutan berbasis online, dirinya hanya tinggal menunggu (Angkutan online) pesanan orang tuanya, baik ketika berangkat maupun saat pulang sekolah.
"Sekarang ribet, harus naik angkutan umum, takut di jalan, dan takut kesiangan juga. Biasanya, ibu sering pesanin angkutan online, sekarang harus bareng tetangga yang sama satu jurusan," tukasnya dalam kesempatan berbeda.
BACA JUGA:Â Ini Kata Pengamat Soal Wali Kota Sukabumi Larang Angkutan Online Beroperasi Setahun
Sementara Eneng Ayu (54 tahun), pengusaha makanan di daerah Ciaul, mengaku mengalami dampak serupa karena sejak angkutan online (Go-Food) dibekukan, usahanya menurun drastis.
"Biasanya orderan banyak, apalagi saya menjual berbagai makanan, seperti, Ayam geprek, somay kuah, mie tektek, dan jenis makanan lainnya. Go-Food tidak ada, asalnya mie bisa habis lima Kilogram (Kg), tapi sekarang hanya 1,1/2 Kg saja," keluhnya dalam kesempatan terpisah.
Editor : Administrator