Sukabumi Update

Bocah Asal Nyomplong Kota Sukabumi Ini Jual Gorengan untuk Biaya Sekolah

SUKABUMIUPDATE.com - Bocah penjual gorengan asongan yang viral di Media Sosial (Medsos) baru-baru ini, ternyata siswa Kelas II SD Negeri Bunut Pabuaran, Kota sukabumi.

Pemilik nama lengkap Aldiansyah Saputra (9 tahun), merupakan anak pertama dari pasangan suami istri (Pasutri) Yadi (34 tahun), dan Neni (41 tahun), warga Gang Amanah RT 04/01, Kampung Pabuaran, Kelurahan Nyomplong, Kecamatan Warudoyong, Kota sukabumi.

BACA JUGA: Elia Sambas Pedagang Sayur Keliling Asal Mekarwangi Kabupaten Sukabumi Rela Kerja Keras Demi Sekolahkan Anak

Aldi, biasa dipanggil, kini tinggal bersama kedua orang tua, dan ketiga adiknya di rumah kontrakan berukuran 3X5 meter. Pekerjaan Yadi, sang ayah yang hanya menjadi buruh lepas itupun membuat hidupnya dalam serba kekurangan.

"Saya tidak nyuruh Aldi untuk nyari uang sendiri, tapi karena melihat bapaknya yang pengangguran mungkin sehingga menuntutnya untuk jualan gorengan," ujar Yadi kepada sukabumiupdate.com saat ditemui di kediamannya, baru-baru ini.

BACA JUGA: Demi Baju Lebaran, Kakak Adik Asal Cibeurem Kota Sukabumi Rela Jadi Pemulung

Sementara Aldi, mengaku yang dilakukannya saat ini semata-mata untuk membantu orang tuanya.

Meski tak begitu besar, uang dari upah menjajakan gorengan milik Mak Ihot, tetangganya, sebesar Rp5 ribu-Rp7 ribu per harinya tersebut, Aldi belikan peralatan sekolah, dan jajan adik-adiknya.

"Sudah pulang sekolah, atau sore hari, baru jualan (Gorengan). Kadang keliling di sekitar jalan Nyomplong (Kota Sukabumi)," aku Aldi.

BACA JUGA: Mimpi Ibu Lima Anak Sekolahkan Anak Hingga SMA, Warga Sukaresmi Kabupaten Sukabumi

Namun lanjut Aldi, kalau dagangannya masih ada sisa, ia pun berkeliling kampung untuk menghabiskannya.

"Cape memang. Apalagi kalau tidak habis dagangannya, hanya mendapat upah sedikit dari yang punya gorengan," keluhnya.

Pasutri inipun hanya bisa pasrah meratapi nasibnya, tatkala Aldi, sang buah hatinya tersebut hingga rela berjualan gorengan demi membiayai sekolahnya sendiri.

BACA JUGA: Anak Gembala Domba Berhenti Sekolah untuk Jadi Gembala, Kisah Warga Gempol Kabupaten Sukabumi

Saat ditanya soal bantuan pendidikan dari pemerintah, seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP), Aldi pun menjawabnya polos, bahwa tak bisa mendapatkannya karena tidak mempunyai akta kelahiran sebagai salah satu persyaratannya, sehingga terpaksa gigit jari meski tergolong anak pintar.

Padahal, Aldi adalah anak yang seharusnya mendapat perhatian pemerintah, karena termasuk kategori miskin dan layak mendapatkan bantuan untuk biaya sekolahnya.

BACA JUGA: Ingin Anak Jadi Pelaut, Warga Surade Kabupaten Sukabumi Jualan Rujak Bebek

Hal inipun diakui kedua orang tuanya, karena tidak ada biaya untuk membuat akta kelahiran. Sementara buat sewa kontrakannya saja, per bulan mereka harus membayar biaya sewa, sebesar Rp500 ribu.

Bagi Yadi yang berprofesi buruh lepas, terpaksa harus berkeliling mencari orang yang mau mempekerjakan dirinya, kadang ada yang nyuruh kerja, kadang juga tidak.

Kini, pasutri tersebut berharap bantuan pemerintah untuk kelangsungan pendidikan anaknya itu.

Editor : Administrator

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI