Sukabumi Update

Menelisik Bukti Sejarah Pajampangan di Patilasan Prabu Jampang Manggung Nyalindung Sukabumi

SUKABUMIUPDATE.com - Jampang adalah sebuah nama tempat di Kabupaten Sukabumi dengan wilayah yang cukup luas. Cakupanya hampir separuh dari luas wilayah Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan versi sejarah Cianjur, kata Jampang diambil dari nama rajanya yang bernama Prabu Jampang Manggung.

Ia merupakan raja sekaligus pengembara yang membawa ajaran Islam ke tatar Jampang yang meliputi tatar Pasundan.

Raden Boros Ngora atau Prabu Jampang Manggung, memiliki nama dan julukan tersendiri di setiap tempat yang ia kunjungi seperti Syeikh Dalem Haji Sepuh atau Syeikh Haji Mulya, Syeikh Haji Sholeh, dan Syeikh Aulia Mantili dan Prabu Boros Kaso.

Prabu Jampang Manggung adalah putra ke dua dari Adipati Singacala Panjalu yang bernama Prabu Cakradewa. Ia lalu membawa ajaran Islam ke seluruh tatar pasundan yang sebelumnya ia pelajari di tanah suci Mekah.

BACA JUGA: Konservasi Budaya Ngariksa Ngaraksa Ngarumat, Tunggu Tanggal Mainnya di Kota Sukabumi

Sejarah mengenai Prabu Jampang Manggung ini berada di Patilasan Prabu Jampang Manggung yang berada di sebuah bukit di atas Talaga Warna Desa Nyalindung, Kecamatan Nyalindung.

Abah Emuh (56 tahun) juru kunci Patilasan Prabu Jampang Manggung merupakan generasi kelima yang diberi tugas menjaga tempat tersebut.

Bukit di tengah hutan dengan pohon tua berusia ratusan tahun tersebut terdapat dua patilasan dengan ciri tiga batu karang yang dipercaya sebagai patilasan Prabu Jampang Manggung.

BACA JUGA: Curug Dogdog Ciemas, Sukabumi dan Mitos Larangan Mandi Bagi Pengantin Baru

"Dari cerita Leluhur saya, beliau adalah seorang pengembara yang membawa ajaran islam ke tanah Jampang dan bahkan hampir disetiap daerah di Pajampangan, sejarah beliau selalu ada menjadi sejarah tempat tersebut," jelas Emuh sambil membersihkan lokasi yang ia percaya sebagai peninggalan Raja di tatar Jampang tersebut.

Emuh mengungkapkan tempat tersebut dulunya sempat tidak terawat dan terbengkalai karena dianggap sebagai sebuah kemusrikan.

"Niat orang datang ke tempat ini memang berbeda-beda, hanya saya selalu menyarankan untuk tidak melakukan ritual yang bertentangan dengan syariat," imbuh Emuh.

BACA JUGA: Mengulik Sejarah Penting di Balik Perang Bojongkokosan Sukabumi

Sebagai seorang Raja, Prabu Jampang Manggung atau Prabu Boros Ngora cukup dikenal dan jejak perjuangannya banyak dijadikan acuan sejarah oleh beberapa ahli sejarah.

"Saya berharap sejarah dan peninggalan Eyang Prabu ini dapat menjadi peninggalan bagi generasi mendatang dan tetap dilestarikan sebagai budaya," ungkap Emuh.

Emuh yang juga guru mengaji di tempat tinggalnya di Nyalindung mengajak semua pihak untuk ikut menjaga tempat yang memiliki nilai sejarah tersebut. "Saya bangga dan semoga tempat ini diperhatikan dan dirawat oleh semua pihak bukan oleh saya saja," pungkas Emuh.

Editor : Andri Somantri

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI