Sukabumi Update

Soal Pergerakan Tanah Ciherang Sukabumi, DPRD Jabar Minta Badan Geologi Lakukan Kajian

SUKABUMIUPDATE.com - Kaukus Perempuan Parlemen DPRD Jawa Barat mendatangi lokasi pergerakan tanah yang melanda Kampung Ciherang, Desa Cijangkar, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, Sabtu (23/1/2021). Dalam kegiatan itu, DPRD Jabar minta badan geologi melakukan kajian sebab masyarakat belum mengetahui status dari bencana itu.

Selain meninjau dampak dari bencana itu, anggota DPRD Jabar itu menyerahkan bantuan berupa uang santunan untuk drainase kemudian sembako dan makanan untuk bayi dan ibu hamil bagi korban bencana.

BACA JUGA: Masih Tunggu Kajian Geologi, Pergerakan Tanah di Ciherang Sukabumi Makin Mengancam

Anggota DPRD Komisi II DPRD Jawa Barat Lina Ruslinawati mengatakan, anggota legislatif perempuan di DPRD Jabar memiliki wadah Kaukus Perempuan Palemen. Tugasnya tidak terlepas dari tiga fungsi pokok dewan yang legislasi, controling dan bugeting.

"Juga kami melakukan bakti sosial terhadap masyarakat, terlebih lagi sekarang menyangkut anak, ibu melahirkan. Kiprahnya perempuan di masyarakat seperti itu. Kali ini kita arahkan kegiatan bakti sosial ke Sukabumi. Ada tiga bencana sekarang ini yang besar, Sumedang, Sukabumi dan Bogor. Kalau Sumedang, kemarin ada beberapa anggota dewan baik yang laki-laki dan perempuan yang menuju kesana," jelas Lina kepada sukabumiupdate.com, 7 Februari 2021.

"Mungkin minggu depan atau bulan depan kita mencoba ke Bogor," imbuhnya.

 

Selain meninjau dampak dari bencana, Kaukus Perempuan Parlemen DPRD Jawa Barat menyerahkan bantuan untuk bayi dan ibu hamil bagi korban bencana.

BACA JUGA: 21 Keluarga Mengungsi, Rumah Retak Akibat Pergerakan Tanah di Gunung Beser Nyalindung Sukabumi

Menurut dia, datang ke lokasi bencana bertujuan untuk mengetahui lebih jauh lagi soal kejadian di tempat bencana itu, apa yang mesti dilakukan dan seperti apa tindak lanjut dari pemerintahan baik kabupaten maupun provinsi untuk menyelesaikan permasalahan di lokasi bencana pergerakan tanah di Kecamatan Gegerbitung dan Kecamatan Nyalindung.

"Sebetulnya kemarin awalnya rencananya mau ke Gegerbitung, cuma dapat informasi lagi yang di Gegerbitung sudah kembali ke rumah masing-masing," jelasnya.

Setelah meninjau, Lina menyatakan akar permasalah dari bencana pergerakan tanah itu adalah rongga-rongga tanah yang kalau adanya musim hujan, air hujan akan masuk ke rongga-rongga tersebut sehingga menyebabkan besarnya pergeseran tanah. Menurut dia, untuk meminimalisirnya dibutuhkan drainase.

"Informasi juga dari masyarakat bahwa drainase harus diutamakan, jadi rongga-rongga tanah katakanlah di kolong rumah masyarakat itu tidak teraliri air, jadi pergeseran tidak terlalu besar. Jadi diminimalisir pergeseran. Jadi air yang datang dari curah hujan itu disalurkan ke tempatnya jadi tidak merambah kemana-mana. Sehingga pergeseran minim," jelasnya.

Mengenai status lokasi bencana pergerakan tanah, Lina menyatakan belum ada kepastian. 

"Ketika ke lapangan berkembang lagi permasalahannya. Bahwa status tanahnya belum diketahui seperti apa, karena memang kajian dari badan terkait khususnya geologi belum ada. Kami anggota dewan Provinsi Jawa Barat mendorong pihak terkait untuk segera melakukan kajian terhadap status tanah disini," tukasnya.

Ingat pesan ibu: Wajib 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun). Redaksi sukabumiupdate.com mengajak seluruh pembaca untuk menerapkan protokol kesehatan Covid-19 di setiap kegiatan.

Editor : Andri Somantri

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI