Sukabumi Update

Pabrik Kerupuk di Sukabumi Disoal Warga: Muatan Truk hingga Pekerja Lokal

Pabrik kerupuk di Kampung Cibolang Awinenggang, Desa Mangkalaya, Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi.

SUKABUMIUPDATE.com - Warga Kampung Cibolang Awinenggang, Desa Mangkalaya, Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi, sudah enam tahun terakhir bersitegang dengan pengusaha kerupuk di lingkungan tersebut. Salah satu yang dipersoalkan adalah muatan truk pabrik yang dianggap melebihi batas dan berpotensi merusak jalan.

Polemik muatan truk milik pabrik kerupuk itu pun berujung pada diterbitkannya Peraturan Desa Mangkalaya Nomor 5 Tahun 2021 tentang Perawatan Jalan Desa (Tonase dan Portal) di Kampung Cibolang Awinenggang RW 02. Berdasarkan file yang diterima dari salah satu tokoh masyarakat setempat, peraturan desa ini ditetapkan pada 28 Juli 2021 dan ditandatangani Kepala Desa Mangkalaya Endang Solihin.

Dalam Pasal 2 Ayat (2) Peraturan Desa Mangkalaya Nomor 5 Tahun 2021 dikatakan batas maksimum tonase pada ruas jalan desa yang berada di Kampung Cibolang Awinenggang RW 02 dibatasi maksimal 2,5 ton dan tinggi 2,1 meter. Kemudian, dilakukan pemasangan portal atas prakarsa masyarakat melalui musyawarah serta mufakat dan ditetapkan peraturan desa ini. Pemasangan portal disebabkan tingginya aktivitas keluar-masuk truk-truk besar ke pabrik kerupuk yang melintasi jalan lingkungan.

photoPortal menuju pabrik kerupuk di Kampung Cibolang Awinenggang, Desa Mangkalaya, Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi. - (Istimewa)

Baca Juga :

Salah satu tokoh masyarakat setempat, Budi Raharjo (59 tahun) menyebut permasalahan ini sudah berlangsung sejak 2015. Menurutnya, kekesalan warga memuncak lantaran pemerintah setempat beserta beberapa dinas terkait lamban dalam merespons permasalahan ini.

"Seharusnya saat ada mediasi antara warga yang protes dengan pihak pabrik kerupuk, itu langsung direspons. Bagusnya langsung sidak. Apalagi ada beberapa pengaduan dari masyarakat akibat pabrik kerupuk ini," kata dia, Rabu, 1 September 2021.

Sebenarnya, sejak portal itu dipasang sehari setalah ditetapkannya Peraturan Desa Mangkalaya Nomor 5 Tahun 2021, truk pabrik kerupuk yang biasa membawa tepung tapioka dan kayu bakar untuk pengolahan, tidak lagi melintasi jalan lingkungan di Kampung Cibolang Awinenggang hingga sampai ke pabrik. Namun membongkar muatannya sebelum portal tersebut, yang selanjutnya diangkut menggunakan mobil bak terbuka berukuran kecil. Jarak antara lokasi bongkar muat ke portal sekira 20 meter dan jarak portal ke pabrik sekira 200 meter.

Tetapi, keberadaan pabrik kerupuk ini kembali disoal warga. Bukan lagi terkait tonase truk, namun kontribusi pabrik terhadap warga sekitar yang dinilai belum maksimal. Saat warga meminta bantuan semen dan pasir untuk pelebaran jalan, pihak pabrik tidak memberikan, dengan alasan jalan yang dilebarkan tidak dilewati truk milik mereka. Konflik ini pun kembali memuncak pada Senin, 30 Agustus 2021, di mana warga mendatangi pabrik.

Warga lain, Iang Ridwan (56 tahun), menilai pihak perusahaan kerupuk selama berdiri tidak membawa kontribusi untuk masyarakat, apalagi saat diminta berpartisipasi dalam setiap kegiatan. "Kita bukan ingin menutup tempat usaha orang. Kita maunya, kalau mau buka usaha di tengah-tengah masyarakat, ya harus berbaur dengan masyarakat. Ini tenaga kerja pabriknya saja kebanyakan ambil orang luar Sukabumi. Warga kitanya enggak sampai lima orang," kata Iang yang juga mantan Kepala Desa Mangkalaya.

Dikonfirmasi, pemilik pabrik kerupuk, Endin Sugandi (55 tahun) mengatakan permasalahan tersebut sudah lama belum selesai. Ia pun mengaku sudah lelah soal masalah yang tak kunjung mendapat titik temu. Bahkan, jika permasalahan ini terus bergulir, Endin lebih memilih pulang kampung ke Ciamis dan menutup usahanya tersebut. Usahanya kerupuknya itu telah memasarkan produknya ke Kota dan Kabupaten Sukabumi serta Cianjur. "Usaha saya sudah jalan 12 tahun. Asalnya buat kerupuk makaroni, sekarang kerupuk biasa," kata dia.

Endin menyebut pabriknya memiliki sekira 20 karyawan, yang sebagian besar berasal dari Ciamis. Namun ada beberapa yang berasal dari warga sekitar. "Soal permasalahan sama warga, saya tanya itu warga yang mana, Kalau soal kontribusi, saya siap saja asalkan jelas untuk apa. Kalau keluarkan uang untuk yang tidak jelas, saya tidak mau. Saudara dan anak saya buka usaha di tempat lain enggak sampai seperti ini, normal-normal saja. Kalau sekarang jadinya harus bongkar muat di jalan, cukup jauh. Saya harap portal bisa dibuka lagi biar usaha saya kembali lancar," ujar dia.

Editor : Oksa Bachtiar Camsyah

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI