Sukabumi Update

Pilih Merugi, Nelayan Palabuhanratu Sukabumi Tak Melaut karena Cuaca Buruk

SUKABUMIUPDATE.com - Puluhan nelayan di Kampung Cikembang, Desa Pasir Baru, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, memarkirkan perahunya dan tak melaut karena cuaca buruk. Mereka memilih rugi ratusan ribu setiap hari karena tak mendapat penghasilan ketimbang bertaruh nyawa di lautan lepas.

Nelayan menyebut, cuaca buruk sudah berlangsung selama sepekan. Situasi itu dianggap berbahaya jika nekat melaut untuk mencari ikan. "Sudah satu pekan libur melaut karena sedang musim barat (cuaca buruk)," kata Jaka Suharman (42 tahun), nelayan setempat kepada sukabumiupdate.com, Selasa, 23 November 2021.

Dalam sehari, para nelayan biasanya memperoleh Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu hasil menangkap ikan seperti layur dan lisong yang dijual ke pedagang di Dermaga Palabuhanratu. Namun sementara ini, mereka beralih pergi ke kebun atau sawah demi tetap membuat dapurnya ngebul, meski pendapatannya tak sebesar melaut.

"Ada juga yang menganggur atau kerja sampingan lainnya," ujar Jaka. "Jumlah nelayan aktif saat ini ada sekitar 50 orang. Mereka adalah nelayan pancing, biasa pergi melaut dari pukul 16.00 dan pulang pagi sekira pukul 06.00 WIB," sambung dia.

Hal senada disampaikan nelayan lain, Jepri (37 tahun). Ia berujar, sebagian besar nelayan di Kelurahan Palabuhanratu pun memilih tak melaut karena cuaca tak bersahabat. "Banyak nelayan di sini memilih libur sudah tiga hari. Ada juga yang melaut tapi areanya dekat," ungkapnya singkat.

photoNelayan di Kampung Cikembang, Desa Pasir Baru, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, saat menaikan perahu ke darat, Selasa, 23 November 2021 pagi. - (Istimewa)

Baca Juga :

Sebelumnya diberitakan, bibit Sikon Tropis 90S yang terus dipantau Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, kini bertambah kuat dan ditetapkan menjadi badai (Siklon Tropis) Paddy. BMKG mengeluarkan peringatan dini dampak badai Paddy yang berpengaruh terhadap pola cuaca di Indonesia dalam 24 jam.

Badai ini akan berdampak tidak langsung pada konfluensi, konvergensi, dan belokan angin, sehingga berpotensi meningkatkan curah hujan. Siklon Tropis Paddy masih terpantau di Samudera Hindia, sempat berada di Selatan Jawa Barat, tetapi kini bergeser ke wilayah selatan Jawa Tengah.

BMKG melalui Tropical Cyclone Warning Centre Jakarta pada Senin malam, 22 November 2021 pukul 21.13 WIB resmi menyatakan bibit Siklon Tropis 90S sudah berubah menjadi badai atau Siklon Tropis bernama Paddy.

Pada Senin pukul 19:00 WIB posisinya 13.5 LS dan 108.1 BT (sekitar 690 kilometer sebelah selatan barat daya Cilacap), dengan arah gerak selatan, kecepatan 3 knots (6 kilometer/jam) potensi kecepatan angin maksimum 40 knots (75 kilometer/jam).

Arah gerak badai ini diprediksi terus menjauh dari wilayah Indonesia. Pada Selasa, 23 November 2021, diprediksi terus mengarah ke 14.0 LS dan 107.5BT (sekitar 770 kilometer sebelah selatan barat daya Cilacap). Prediksi 48 jam, 24 November 2021 pukul 19:00 WIB, posisinya 13.8 LS dan 106.5 BT dengan arah gerak barat laut. 

BMKG menyebut Siklon Tropis Paddy memberikan dampak terhadap cuaca di Indonesia berupa gelombang laut ketinggian 1,25 hingga 2,5 meter (moderate) dapat terjadi di perairan barat Bengkulu, Teluk Lampung bagian selatan, Selat Sunda bagian utara, perairan selatan Jawa Timur hingga Sumbawa, dan Samudra Hindia selatan Jawa Timur hingga NTB.

Selain itu, BMKG pun sebelumnya telah mengeluarkan prakiraan tinggi gelombang laut di perairan selatan Jawa Barat, termasuk Sukabumi. Lewat BMKG Stasiun Geofisika Bandung, prakiraan ini berlaku sejak 22 hingga 28 November 2021.

Tercatat, pada 22 hingga 24 November, gelombang diprakirakan mencapai 1,5 hingga 3 meter. Kemudian, 25 November 1,5 hingga 3,5 meter. Lalu, 26 November kembali mencapai 1,5 hingga 3 meter. Terakhir, 27-28 November diprakirakan mencapai 1,5 hingga 2,5 meter.

Editor : Oksa Bachtiar Camsyah

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI