Sukabumi Update

Susahnya Cari Minyak Goreng dan Kisah Bantuan Pasien Isoman di Sukabumi

SUKABUMIUPDATE.com - Kebijakan minyak goreng subsisi satu harga baik kemasan atau curah yang digulirkan pemerintah benar-benar kacau. Program yang sejatinya untuk menekan lonjakan harga  malah membuat minyak goreng hilang di pasaran, warga Sukabumi  bahkan harus berburu untuk kebutuhan rumah tangga, warung makan bahkan suplai sembako bagi pasien isoman (isolasi mandiri) karena terpapar covid-19.

Ini cerita ibu ibu di Sukabumi yang sejak pagi berangkat ke pasar untuk mencari minyak goreng murah. Tak hanya untuk kebutuhan sehari-hari, mereka juga mencari minyak goreng untuk menyuplai tetangganya yang terpapar covid-19 dan tengah menjalani Isoman atau isolasi mandiri di rumah bersama keluarga.

4 toserba didatangi dan mereka hanya mendapati rak minyak goreng Rp 14 ribu kosong. Tak hanya itu yang tersisah di toko-toko itu hanya minyak goreng kemasan premium dengan harga diatas 30 ribu rupiah per liter bahkan ada yang mencapai Rp 50 ribu.

"Kami cari dari suprindo ciaul, aflamart, indomaret, dan toko modern lainnya ternyata minyak goreng Rp 14 ribu kosong. Kata mereka dikirim distributornya terbatas," jelas Anne, ibu rumah tangga yang tinggal di Taman Asri Cikole Kota Sukabumi, Minggu (13/2/2022).

Baca Juga :

Ia bersama tetangganya sengaja mencari ke toko ritel karena minyak goreng murah program subsidi pemerintah baru ada di toko modern. Setelah lebih dari tiga jam berkeliling, mereka akhirnya mendapatkan minyak goreng kemasan seharga Rp 14 ribu rupiah.

Itupun tidak mudah, karena harus ikut antrian yang sudah mengular panjang di Yogya Dept Store yang berada di jalan Martadinata Kota Sukabumi. "Aturan satu pengantri hanya dapat 1 liter, jadi kami pun hanya bisa beli untuk kebutuhan masing-masing rumah saja," lanjut Anne.

Mereka ditugasi pengurus RT berbelanja paket bahan pokok untuk membantu tetangganya yang kita tengah isolasi mandiri karena terkonfirmasi positif covid-19. Ini merupakan bantuan warga yang dikumpulkan RT dan sudah berlangsung sejak pandemi covid-19 menyergap Indonesia.

"Biasanya dalam satu paket bantuan untuk warga yang isoman itu selalu ada minyak goreng 1 liter, terus ada beras, telur, dan bahan pokok lainnya termasuk buah-buahan, masker dan lainnya. Karena susah, jadi paket bantuan kali ini tanpa minyak goreng," bebernya.

Baca Juga :

Ia berharap pemerintah segera merealisasikan janji minyak goreng kemasan Rp 14 ribu dan jenis curah yang murah. Selain itu kepastian keberadaan stok barang di pasar juga penting. 

"Jangan ada harganya doang tapi barangnya tidak ada," pungkas Anne.

Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan sendiri mengakui jika kebijakan Minyak Goreng satu harga Rp 14 ribu menggunakan mekanisme subsidi tidak optimal.  Dikutip dari tempo.co, menurut Kemendag, kebijakan tersebut malah membuat pasokan minyak di pasar modern hingga gerai retail menjadi langka.

“Kenyataannya enggak optimal. (Sebab) Ada indikasi kebocoran diekspor,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Oke Nurwan, Rabu, (3/2/2022). 

Baca Juga :

Kementerian Perdagangan mengendus kebocoran pasokan terjadi karena produsen mengutamakan pasar ekspor setelah kebijakan Minyak Goreng satu harga diterapkan pada 19 Januari. Karena itu, pemerintah langsung mengevaluasi kebijakan satu harga meski baru dua pekan berlangsung.

Padahal, kebijakan satu harga menggunakan mekanisme subsidi Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) sedianya bakal berlangsung sampai enam bulan ke depan. 

Pada 27 Januari 2022, pemerintah menetapkan kebijakan anyar, yakni kewajiban domestic market obligation (DMO) dan domestic price obligation (DPO) bagi produsen minyak goreng. Dengan berlakunya DMO dan DPO, eksportir memiliki kewajiban memasok minyak  goreng ke dalam negeri sebesar 20 persen dari total volume ekspor masing-masing. 

“Artinya pasok ke dalam negeri dulu. Kalau tidak dipasok ke dalam negeri, ya sudah saya kunci ekspornya,” kata dia.

Seiring dengan  penerapan kebijakan DMO dan DPO, pemerintah juga menetapkan aturan harga  eceran tertinggi  (HET) guna menjaga stabilitas harga minyak di Tanah Air.  Kendati kebijakan sudah berganti, Oke mengakui stok minyak masih belum terlampau terkerek.

“Sampai sekarang kok jarang (stok), ini ada apa, apakah unsur perlawanan atau kesiapan. Memang ini bukan keputusan yang bisa satu hari langsung (berjalan) seperti membalikkan tangan,” pungkasnya.

Editor : Fitriansyah

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI