Sukabumi Update

Kata DPKUKM Sukabumi Soal Pemicu Harga Bahan Pokok Naik di Akhir Tahun

SUKABUMIUPDATE.com - Dinas Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (DPKUKM) Kabupaten Sukabumi mengklaim persedian Bahan Pokok Penting (Bapokting) jelang perayaan Tahun Baru 2022 dipastikan aman.

Kasi Distribusi Tertib Niaga Dinas Perdagangan, Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (DPKUKM) Kabupaten Sukabumi, Raden Iwan Wirawan menyatakan masyarakat tak perlu cemas dengan persedian bahan pokok.

Baca Juga :

"Insya Allah aman selama 60 hari kedepan, artinya masyarakat tidak boleh cemas karena stoknya aman sampai akhir Januari 2022 nanti," ujar Iwan saat dihubungi sukabumiupdate.com, Rabu (29/12/2021). 

photoPemantauan harga bahan pokok oleh DPKUKM Kabupaten Sukabumi. - (Istimewa)</span

Iwan menuturkan, ada sejumlah bahan pokok yang naik pada minggu ini yaitu telur ayam dari harga rata-rata minggu lalu Rp 26.875 menjadi Rp 30.375 per Kg, cabai rawit merah harga rata-rata minggu lalu Rp 77.875 menjadi Rp 86.875 per Kg dan daging ayam ras Rp 35 ribu naik jadi Rp 37 ribu per Kg.

Menurut dia, harga cabai rawit merah yang paling tinggi di Pasar Surade, akan tetapi di pasar Sagaranten harga cabai rawit merah turun dikisaran harga Rp 40.000 per Kg dari harga minggu lalu Rp 50.000 per Kg.

"Dari semua sembako ada beberapa yang mengalami kenaikan yaitu telur ayam naik 13,72 persen dan cabai rawit merah naik 11.56 persen. Sementara, jenis sembako lainnya tidak mengalami kenaikan secara signifikan," tegasnya.

Iwan, menuturkan bahan pokok yang tidak mengalami kenaikan yaitu beras premium Rp 11 ribu per Kg, beras medium Rp 9 ribu per Kg, gula pasir Rp 13 ribu per Kg, gula merah Rp 17 ribu per Kg, daging sapi Rp 120 ribu per Kg, gas elpiji 3 kilogram Rp 22 ribu, bawang merah Rp 25 ribu dan bawang putih Rp 26 ribu.

"Hanya beberapa komoditas saja yang mengalami kenaikan, berbeda saat menjelang hari raya Idul Fitri, kami menilai kenaikan harga jelang Tahun Baru 2022 masih dinilai wajar," jelasnya. 

Sementara untuk kenaikan harga minyak goreng dinilai sulit turun karena harga minyak di dunia tengah melambung tinggi. "Kenaikan harga minyak goreng dikarenakan pengaruh dari kenaikan harga minyak sawit mentah, kalau untuk kelapa sawitnya di kita itu banyak hanya saja untuk pengelolaan pabriknya tidak ada, makanya di luar negeri [pengelolaanya]," kata dia. 

Iwan menyatakan, naiknya harga sejumlah bahan pokok jelang tahun baru dipengaruhi banyaknya permintaan dari konsumen. 

"Kemarin kan kita turun [memantau harga], kita tanya kepada mereka atau para pedagang soal kenaikan sejumlah harga bahan pokok, jawabannya karena permintaan yang banyak jelang tahun baru sehingga harga pun naik," pungkasnya.

Editor : Andri Somantri

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI