Sukabumi Update

Hujan Ekstrem di Indonesia hingga 2 Januari 2023, BMKG Ungkap 4 Faktor Penyebabnya

(Ilustrasi) BMKG memperkirakan wilayah Indonesia akan dilanda hujan ekstrem hingga 2 Januari 2023 (Sumber : Unplash)

SUKABUMIUPDATE.com - Hujan ekstrem diperkirakan akan melanda wilayah Indonesia hingga (2/1/2023) mendatang. Hujan ekstrem yang akan melanda Indonesia itu disebabkan oleh beberapa faktor.

Hal itu diungkapkan oleh Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati.

Melansir dari Suara.com, Dwikorita menyebut kalau empat faktor cuaca ekstrem tersebut mencakup Monsun Asia, pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar wilayah Australia, bibit siklon tropis di Samudera Pasifik, hingga aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) disertai fenomena Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial.

Baca Juga: Badai Dasyat Berpotensi Terjadi di Jabodetabek, Bisa Meluas ke Wilayah Lain di Jabar

"Berdasarkan analisis terkini, kondisi dinamika atmosfer di Indonesia masih berpotensi signifikan dalam beberapa wilayah hingga sepekan ke depan," kata Dwikorita dalam konferensi pers virtual, Selasa (27/12/2022).

Pertama adalah Monsun Asia yang menunjukkan aktivitas cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir dengan potensi dapat disertai adanya seruakan dingin dan fenomena aliran lintas ekuator.

Seruakan dingin Asia adalah fenomena yang cukup lazim terjadi saat Monsun Asia aktif yang mengindikasikan adanya potensi aliran massa udara dingin dari wilayah Benua Asia menuju ke wilayah selatan.

Baca Juga: Ibuku Selingkuh dengan Suamiku, Kisah Viral Perselingkuhan Terlarang!

Dampak dari munculnya seruakan dingin tersebut dapat meningkatkan potensi curah hujan di wilayah Barat Indonesia apabila disertai dengan fenomena CENS (cross equatorial northerly surge atau arus lintas ekuatorial).

Kondisi ini mengindikasikan bahwa adanya aliran massa udara dingin dari utara yang masuk ke wilayah Indonesia melintasi ekuator.

Dampak adanya seruakan dingin dari Asia yang disertai CENS ini dapat berdampak secara tidak langsung pada peningkatan curah hujan dan kecepatan angin di sekitar wilayah Indonesia bagian selatan ekuator.

Baca Juga: Termasuk Qodrat, 10 Film Horor yang Sukses Curi Perhatian Sepanjang Tahun 2022

"Hal itu dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan secara signifikan di wilayah Indonesia bagian barat, tengah, dan selatan," paparnya.

Kedua, adanya indikasi pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar wilayah Australia. Ini dapat memicu terbentuknya pola pumpunan dan perlambatan angin di sekitar wilayah Indonesia bagian selatan ekuator.

"Serta dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan dan angin kencang di sekitar wilayah Sumatera, Jawa, hingga Nusa Tenggara, yang berdampak pada peningkatan gelombang tinggi di perairan Indonesia," lanjut Dwikorita.

Baca Juga: 10 Lirik Lagu Paling Banyak Dicari Pengguna Google di Indonesia Sepanjang 2022

Ketiga yakni bibit siklon tropis 95W yang tumbuh di Samudra Pasifik sebelah Utara Papua Barat, tepatnya di sekitar 8.8 derajat LU sampai 130.9 derajat BT. Ini disertai dengan kecepatan angin maksimum 15 knot dan tekanan terendah 1008 mb.

Dwikorita menyatakan, berdasarkan citra satelit Himawari-8 enam jam terakhir menunjukkan adanya aktivitas konvektif yang signifikan terutama di sebelah utara sistem.

Model prediksi numerik menunjukkan bahwa sistem ini bergerak ke arah barat-barat laut menjauhi wilayah Indonesia. Potensi sistem untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan berada dalam kategori rendah.

Baca Juga: Target Menikah di Tahun 2023? 5 Tips Persiapan Dana Menuju Halal Married-Couple!

Terakhir adalah aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) disertai fenomena Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial.

"Itu masih menunjukkan kondisi yang signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan awan hujan dan potensi cuaca ekstrem dalam sepekan ke depan di wilayah Indonesia," jelasnya.

Sumber: Suara.com

Editor : Dede Imran

Tags :
BERITA TERKAIT