Sukabumi Update

Terakhir Terjadi 50 Ribu Tahun Lalu, Komet Hijau Bakal Melewati Bumi Awal Februari

Ilustrasi. Fenomena astronomi langka yakni komet hijau akan melintasi Planet Bumi di awal Februari | Foto: NASA Science

SUKABUMIUPDATE.com - Awal Februari sebuah fenomena astronomi yang sangat langka akan terjadi dimana komet hijau akan melintasi planet Bumi.

Komet hijau yang diberi nama C/2022 E3 (ZTF) mendekati bumi ini disebut fenomena astronomi sangat langka karena hanya sekali seumur hidup saja manusia bisa melihat komet ini melintas di jarak terdekat dari Bumi.

Melansir dari Akurat.co, terakhir penampakan komet ini pada 50.000 tahun yang lalu atau tepatnya pada Zaman Es. Komet menyelesaikan orbitnya pada matahari setiap 50.000 tahun sekali.

Baca Juga: Mengerikan, Hubble Abadikan Momen Lubang Hitam Memutar Bintang Hingga Berbentuk Donat

Dikutip dari @lapan_ri pada Kamis (19/1/2023). Komet berekor pendek hijau dan ekor panjang putih ini diperkirakan akan melintas sekitar 26 juta mil dari bumi pada tanggal 2 Februari 2023 pukul 00.32 WIB, 01.32 WITA, atau 02.32 WIT.

Komet C/2022 E3 (ZTF) atau komet hijau ini bisa diamati dari tempat yang bebas dari polusi cahaya, dan kondisi cuaca yang cukup cerah. Komet ini juga bisa dilihat menggunakan kamera DSLR, kamera CCD yang terpasang teleskop dan pastikan sudah terhubung dengan laptop/komputer.

Berbicara tentang komet, benda langit yang satu ini mengelilingi Matahari. Memiliki garis edar berbentuk lonjong, parabolis, atau hiperbolis, komet merupakan benda langit yang terbentuk dari es dan debu.

Baca Juga: Jadwal Tayang Preman Pensiun 8, Simak Info Terbarunya Langsung dari Sang Sutradara

Terdiri dari kumpulan debu dan gas yang membentuk saat berada jauh dari Matahari. Saat mendekati matahari, sebagian bahan penyusun komet akan menguap dan akan membentuk kepala gas dan ekor.

Komet kerap terlihat bersinar dengan warna hijau. Contohnya, Komet Lovejoy yang melesat melewati bumi pada 2014 lalu.

Komet tersebut memancarkan aura hijau kabur. Fenomena ini nampak serupa yang juga terlihat pada komet lainnya.

Baca Juga: Persib Kehilangan 1 Pemain, Daftar Perpindahan Pemain Bursa Transfer Liga 1 hingga 17/1

Fenomena yang terjadi ini akibat sinar matahari menghancurkan karbon diatomik, bahan kimia yang dibuat dari interaksi antara sinar matahari dan bahan organik di kepala komet.

Karbon sangat reaktif dan bertanggung jawab untuk memberi warna hijau pada komet. Terdiri dari dua atom karbon yang saling menempel dan hanya dapat ditemukan di lingkungan yang sangat energik atau oksigen rendah, seperti bintang, komet, dan medium antar bintang.

Saat Matahari mulai menghangatkan komet, bahan organik yang hidup di inti es komet menguap dan bergerak ke koma, yakni materi beku yang menyublim dan membentuk kabut gas dan debu.

Baca Juga: Kisah Masjid di Cibadak Sukabumi, Berdiri di Area Proyek Jembatan Pamuruyan Baru

Sinar Matahari kemudian memecah molekul organik yang lebih besar sehingga menciptakan karbon.
Ketika komet semakin dekat dengan matahari, radiasi ultraviolet yang ekstrem akan memecah molekul di karbon.

Proses ini akan menghancurkan karbon sebelum bergerak jauh dari nukleus, dan menyebabkan koma hijau menjadi lebih terang dan menyusut.

Para ilmuwan juga mengatakan, cahaya berwarna hijau ini tidak pernah sampai ke ekor. Artinya, hanya di bagian kepala kometnya saja.

Sumber: Akurat.co

Editor : Dede Imran

Tags :
BERITA TERKAIT