Sukabumi Update

Kenapa Pagi Hari Sering Hujan? Yuk, Pahami Proses Evaporasi dan Kondensasi!

Ilustrasi. Alasan Kenapa Pagi Hari Sering Hujan: Memahami Proses Evaporasi dan Kondensasi (Sumber : Pexels)

SUKABUMIUPDATE.com - Sebagian wilayah di Jawa Barat, termasuk Sukabumi beberapa hari terakhir ini kerap diguyur hujan dengan durasi lama atau hujan persisten. Ini seiring dengan hasil pengamatan Citra Satelit Himawari-9 HE wilayah Region 2 yang menunjukkan adanya pertumbuhan awan dari bagian Barat Banten dan Jabar. 

Hujan di pagi hari tak jarang bisa menghambat aktivitas yang akan dilakukan seperti pergi bekerja dan sekolah. Akhirnya, banyak orang menerka apakah pagi hari nanti akan turun hujan atau tidak.

Namun, terlepas dari benar tidaknya prakiraan cuaca, terbersit pula pertanyaan mengapa sering hujan di pagi hari.

Baca Juga: Daftar Top 50 Deep-Fried Dessert in The World, Pisang Goreng Indonesia Juara!

Dilansir dari Cliff Mass Weather via suara.com, hujan di pagi hari, kemungkinan disebabkan saat udara dingin di malam hari, kelembaban relatif cenderung naik, menyebabkan lebih banyak kabut dan gerimis selama di jam pagi dengan puncak menjelang atau setelah matahari terbit. Sehingga tidak heran jika kemudian hujan turun di pagi hari.

Dilansir dari Badan Meteorologi, Klimatologi, serta Geofisika (BMKG), hujan adalah bentuk presipitasi atau endapan asal cairan atau zat padat. Kondensasi ini jatuh dari awan menuju permukaan bumi.

Hujan sebagai sumber air higienis utama di sebagian besar daerah di dunia. karena, air yang dihasilkan oleh hujan tersebut bisa membantu berbagai ekosistem. Tidak kalah penting, fenomena hujan adalah bagian dari proses terbentuknya air.

Ketika air jatuh ke permukaan bumi, waktu itulah disebut sebagai hujan. Sebab tidak semua air yang jatuh dapat mencapai bumi, dimana beberapa diantaranya yang menguap begitu saja.

Proses Terbentuknya Hujan: Evaporasi dan Kondensasi

Proses Evaporasi

Tahapan pertama yang dilalui adalah evaporasi, proses penguapan air. Panasnya suhu bumi dari matahari akan membuat air sungai, danau, dan laut menguap menjadi butiran atau uap air. Uap air tersebut akan naik ke atmosfer, lantas menggumpal menjadi awan.

Baca Juga: Kenapa Namanya Sukabumi? Sebelum Like Earth Kekinian, Ini Cerita Historis Kota Mochi!

Apabila suhu udara semakin panas maka semakin banyak pula air yang akan menguap ke udara. Hal itu akan menyebabkan terjadinya hujan semakin deras.

Misalnya ketika seseorang tidak sengaja menumpahkan segelas air di suatu tempat, seperti lantai atau jalanan. Biasanya dalam beberapa jam, air tersebut akan hilang.

Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Alasannya adalah karena air yang tumpah tadi telah mengalami proses penguapan.

Proses penguapan bisa menjadi lebih cepat saat suhu di suatu tempat panas akibat teriknya sinar matahari. Evaporasi menjadi tahapan awal dari serangkaian proses terjadinya hujan. Energi panas matahari membuat air yang berada di laut, sungai, danau, dan banyak sumber air di permukaan bumi mengalami penguapan.

Alhasil, apabila panas matahari semakin tinggi, maka akan semakin banyak pula air yang menguap dan naik ke atmosfer bumi.

Proses Kondensasi

Tahapan selanjutnya adalah kondensasi. Uap air hasil proses penguapan atau evaporasi akan naik ke atmosfer, kemudian mengalami kondensasi atau pengembunan. Pada proses tersebut, uap air akan berubah menjadi partikel-partikel es yang sangat kecil.

Baca Juga: Merasa Diperas Soal Dana BOS, Kepsek SMP di Sukabumi Lapor Saber Pungli

Partikel es yang terbentuk dari uap air tersebut akan mendekati satu sama lain, kemudian membentuk gumpalan putih yang biasa disebut awan. Pada tahapan ini partikel es memiliki jari-jari sekitar 5-20 mm.

Dalam ukuran tersebut air akan jatuh dengan kecepatan 0,01 – 5 cm/s. Sementara kecepatan aliran udara yang lebih tinggi akan membuat partikel itu tidak jatuh ke bumi.

Perubahan uap air menjadi es dipengaruhi oleh perbedaan suhu pada perbedaan ketinggian awan di udara. Apabila semakin tinggi awan yang terbentuk, suhu akan semakin dingin.

Pada proses kondensasi, uap air akan naik ke atas lantaran terkena panas dari matahari. Setelah uap air naik cukup tinggi, maka terjadi proses pengembunan dimana uap berubah menjadi tetesan air.

Misalnya ketika ada segelas air dingin di atas meja, uap air yang berada di gelas tersebut akan mengembun dan berubah menjadi tetesan air. Hal yang sama juga terjadi ketika uap air naik ke langit dan menjadi cairan.

Namun demikian, perlu diketahui bahwa tidak semua air yang mengembun akan membentuk awan. Hal ini karena sebagian mengembun di dekat tanah, sebagian naik menjadi kabut, dan sebagian lagi akan naik ke langit membentuk awan.

Sumber: Suara.com

Editor : Nida Salma Mardiyyah

Tags :
BERITA TERKAIT