Sukabumi Update

Kata Ahli Soal Awan Tumbuh Cepat Sebelum Banjir Bandang di Cianjur, Ada Faktor Ekuinoks?

Ilustrasi. Sebelum banjir bandang melanda Cianjur, diketahui jika pertumbuhan awan begitu cepat | Foto: Pixabay/Michelle_Maria

SUKABUMIUPDATE.com - Kabupaten Cianjur, Jawa Barat kembali dilanda musibah. Kali ini Cianjur dilanda bencana banjir bandang pada Senin, 20 Maret 2023.

Video mengenai bencana banjir bandang yang melanda Cianjur itu banyak beredar di media sosial yang menunjukan derasnya air hingga menyebabkan kerusakan.

Wilayah terparah akibat banjir bandang di Cianjur ini yaitu kecamatan Pacet dan Cugenang, wilayah yang juga terdampak gempa paling parah pada 2022 lalu.

Melansir dari Tempo.co, berdasarkan keterangan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, banjir bandang menerjang dua wilayah kecamatan, Pacet dan Cugenang. Juga wilayah Kecamatan Cianjur dan Cipaku. Banjir yang datang dari luapan sungai setelah hujan lebat sejak Senin siang itu mengakibatkan sedikitnya 100 rumah terendam.

Baca Juga: Kondisi Terkini Usai Banjir Meluap ke Halaman Istana Presiden Cipanas Cianjur

"Laporan sementara sekitar 100 rumah di sejumlah desa di Kecamatan Pacet dan Cugenang terendam banjir setinggi betis orang dewasa," kata Sekretaris BPBD Cianjur Rudi Wibowo, Senin malam, dikutip dari Antara.

Termasuk tenda pengungsian warga korban gempa terdampak banjir bandang itu. Hujan deras disertai angin kencang menyebabkan atap terpal hunian darurat bocor dan bagian bawah terendam.

Faktor Penyebab Banjir Bandang Cianjur

Hujan lebat yang terjadi di Cianjur dapat dijelaskan melalui konvergensi angin dan pertumbuhan awan cumulonimbus yang sangat cepat di atas wilayah itu pada Senin sore sekitar pukul 16-18 WIB. Data ini disampaikan peneliti di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, BRIN, Didi Satiadi, berbasis data satelit.

Baca Juga: Banjir Bandang Terjang Dua Kecamatan di Cianjur

Konvergensi itu disebutnya membawa banyak uap air baik dari Samudera Hindia maupun Laut Jawa.

"Menghasilkan hujan yang sangat lebat dan dapat mengakibatkan terjadinya banjir bandang," katanya, Selasa, (21/3/2023).

Dia menerangkan, hujan dengan intensitas tinggi dan terjadi dengan cepat memang akan lebih sulit untuk diserap oleh lingkungan sehingga dapat menimbulkan banjir bandang.

Meski begitu, Didi menambahkan kalau kejadian banjir bandang tidak hanya dipengaruhi oleh intensitas hujan.

"Tetapi juga bergantung dari kemampuan lingkungan dalam menyerap limpasan air.”

Baca Juga: Geger! Babi Hutan Masuk Kota, Seorang Warga Cianjur Dilaporkan Terluka

Faktor Ekuinoks

Didi juga mengingatkan bahwa saat ini posisi semu Matahari tepat berada di sekitar garis khatulistiwa, yang biasa dikenal sebagai ekuinoks dan dirasakan dengan panas yang lebih terik. Sementara, wilayah Pulau Jawa umumnya juga mulai memasuki masa peralihan musim atau dikenal sebagai masa pancaroba.

"Dalam masa pancaroba, angin monsun dari Asia dan Australia akan bertemu dan cenderung melemah," katanya.

Adanya turbulensi itu dan pemanasan lokal yang lebih dominan tersebut dapat mendorong terjadinya proses konveksi lokal. Hasilnya, pertumbuhan awan cumulonimbus yang kemudian menurunkan hujan deras, yang bahkan dapat disertai dengan terjadinya puting beliung, angin kencang (gust front), hujan es, dan petir.

Baca Juga: Tempat Camping di Cianjur, Cocok Nikmati Dinginnya Udara Kaki Gunung Gede Pangrango

“Warga diharapkan lebih waspada terhadap potensi cuaca buruk pada masa pancaroba dengan memperbaiki kualitas lingkungan serta selalu mengikuti informasi cuaca dari BMKG,” kata Didi.

Sumber: Tempo.co

Editor : Dede Imran

Tags :
BERITA TERKAIT