Sukabumi Update

Tak Hanya dengan Muhammadiyah, Pemerintah Juga Pernah Beda Rayakan Idul Fitri dengan NU

Ilustrasi. Ternyata tidak hanya dengan Muhammadiyah, pemerintah Indonesia juga pernah berbeda hari menetapkan 1 Syawal dengan Naudhlatul Ulama (NU) (Sumber : via Islamic Fider)

SUKABUMIUPDATE.com - Penetapan 1 Syawal atau Hari Raya Idul Fitri tahun ini diwarnai perbedaan antara pemerintah dengan Muhammadiyah.

Muhammadiyah menetapkan jika 1 Syawal jatuh pada Jumat, (21/4/2023) sedangkan pemerintah menetapkan 1 Syawal jatuh pada Sabtu, (22/4/2023).

Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan metode yang digunakan antara dua organisasi Islam besar di Indonesia, Naudhlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah dalam menentukan masuknya bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah kerap kali membuat masyarakat Indonesia akhirnya melaksanakan lebaran dalam hari yang berbeda.

Sinkronisasi antara penentuan Idul Fitri ini pun juga dilakukan pemerintah, dimana keputusan dan metode yang dilakukan pemerintah Indonesia cenderung berkiblat kepada metode yang dilakukan oleh NU.

Baca Juga: 60 Negara di Dunia Pilih 21 April, Cuma 4 Negara Asia Tenggara Tetapkan Idul Fitri 22 April 2023

Namun, perbedaan penetapan 1 Syawal pemerintah tidak hanya terjadi dengan Muhammadiyah saja. Sejarah mencatat sebenarnya pernah terjadi perbedaan penentuan Idul Fitri antara pemerintah dan NU.

Melansir dari Suara.com, perbedaan penentuan 1 Syawal antara Pemerintah Indonesia dengan NU sempat terjadi pada saat penentuan 1 Syawal 1412 H atau pada tahun 1992. Di tahun tersebut, para pimpinan NU memutuskan bahwa Idul Fitri 1412 H di tahun 1992 akan jatuh pada Sabtu, 4 April 1992.

Namun, perbedaan perhitungan hilal pun diungkap oleh pemerintah melalui Menteri Agama saat itu yaitu Moenawir Sjadzali.

Baca Juga: Hukum Puasa Ramadan saat Ada yang Lebaran Idul Fitri, Simak Penjelasannya Disini

Di bawah kepemimpinan Moenawir, pemerintah Indonesia secara independen memutuskan untuk menggenapkan bulan Ramadhan menjadi 30 hari atau sering disebut istikmal. Pemerintah pun mengumumkan bahwa 1 Syawal 1412 H jatuh pada hari Minggu, 5 April 1992.

Tak hanya di tahun 1992, perbedaan penentuan 1 Syawal antara pemerintah dan NU juga terjadi di dua tahun berikutnya secara berturut- turut.

Di tahun 1993, pemerintah melalui Menteri Agama yang saat itu menjabat Tarmizi Taher mengumumkan bahwa hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1413 H jatuh pada hari Kamis, 25 Maret 1993.

Keputusan ini pun berbeda dengan NU yang memutuskan bahwa 1 Syawal 1413 H jatuh lebih awal dari keputusan pemerintah, yaitu pada Rabu, 24 Maret 1993.

Baca Juga: Apakah Gerhana Matahari Berpengaruh pada Hilal Idul Fitri? Ini Penjelasannya

Lagi-lagi, di tahun berikutnya perbedaan 1 Syawal kembali terjadi setelah NU memutuskan 1 Syawal 1414 H jatuh pada hari Minggu, 13 Maret 1994.

Sedangkan pemerintah saat itu melalui Menag Tarmizi Taher memutuskan bahwa hari raya Idul Fitri 1414 H jatuh pada Senin, 14 Maret 1994.

Selain itu, penetapan 10 Dzulhijjah atau hari raya Idul Adha juga pernah berbeda antara pemerintah dengan NU.

Perbedaan ini pun terjadi pada tahun 1420 H. Saat itu, NU yang dipimpin KH Ahmad Ghazalie Masroeri mengumumkan bahwa hari raya Idul Adha jatuh pada hari Jumat, 17 Maret 2000.

Sedangkan, rukyat yang dilakukan oleh pemerintah pada hari Senin, 6 Maret 2000 untuk menentukan 1 Dzulhijjah tidak bisa terlihat oleh pemerintah.

Maka dari itu, pemerintah pun kembali melakukan istikmal dan mengumumkan bahwa 10 Dzulhijjah 1420 H jatuh pada hari lusanya, yakni Rabu, 8 Maret 2000 M.

Sumber: Suara.com/Dea Nabila

Editor : Dede Imran

Tags :
BERITA TERKAIT