Sukabumi Update

22 Gigaton, Volume Air di Separuh Danau Besar Dunia Menyusut Akibat Perubahan Iklim

Ilustrasi. Perubahan iklim yang terjadi telah menyebabkan volume air di separuh danau besar Dunia menyusut hingga 22 gigaton | Foto: Pixabay/DesignOil

SUKABUMIUPDATE.com - Perubahan iklim menjadi sesuatu yang bisa mengancam keberlangsungan kehidupan di Bumi. Perubahan iklim sendiri merujuk pada perubahan jangka panjang dalam pola cuaca global atau regional yang terjadi sebagai akibat dari peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer bumi.

Salah satu akibat dari perubahan iklim yaitu menyusutnya volume air di lebih dari separuh danau dan waduk besar di dunia sejak awal 1990-an.

Hal itu meningkatkan kekhawatiran tentang pasokan air untuk pertanian, pembangkit listrik, dan konsumsi manusia, demikian temuan sebuah penelitian yang diterbitkan pada Kamis, 18 Mei 2023.

Baca Juga: Perubahan Iklim Dunia Dorong Pembangunan Kota Terapung

Melansir dari Tempo.co, sebuah tim peneliti internasional melaporkan bahwa beberapa sumber air tawar paling penting di dunia - dari Laut Kaspia antara Eropa dan Asia hingga Danau Titicaca di Amerika Selatan - kehilangan air dengan laju kumulatif sekitar 22 gigaton per tahun selama hampir tiga dekade. Itu sekitar 17 kali volume Danau Mead, waduk terbesar di Amerika Serikat.

Fangfang Yao, ahli hidrologi permukaan di University of Virginia yang memimpin penelitian di jurnal Science, mengatakan 56% penurunan danau alami didorong oleh pemanasan iklim dan konsumsi manusia, dengan pemanasan "bagian yang lebih besar dari itu".

Ilmuwan iklim umumnya berpikir bahwa daerah gersang di dunia akan menjadi lebih kering akibat perubahan iklim, dan daerah basah akan menjadi lebih basah, tetapi studi tersebut menemukan kehilangan air yang signifikan bahkan di daerah lembab. "Ini tidak boleh diabaikan," kata Yao.

Baca Juga: Perubahan Iklim Bisa Jadi Salah Satu Pemicu Krisis Pangan Dunia

Para ilmuwan menilai hampir 2.000 danau besar menggunakan pengukuran satelit yang dikombinasikan dengan model iklim dan hidrologi.
Mereka menemukan bahwa penggunaan manusia yang tidak berkelanjutan, perubahan curah hujan serta limpasan, sedimentasi, dan kenaikan suhu telah menurunkan permukaan danau secara global, dengan 53% danau menunjukkan penurunan dari tahun 1992 hingga 2020.

Hampir 2 miliar orang, yang tinggal di cekungan danau yang mengering, terkena dampak langsung dan banyak daerah menghadapi kekurangan air dalam beberapa tahun terakhir.

Ilmuwan dan juru kampanye telah lama mengatakan perlu mencegah pemanasan global melebihi 1,5 derajat Celcius untuk menghindari konsekuensi perubahan iklim yang paling dahsyat. Dunia saat ini memanas dengan laju sekitar 1,1C.

Baca Juga: 5 Gaya Hidup yang Dapat Selamatkan Planet Bumi dari Perubahan Iklim

Studi terbaru ini menemukan penggunaan manusia yang tidak berkelanjutan mengeringkan danau, seperti Laut Aral di Asia Tengah dan Laut Mati di Timur Tengah, sementara danau di Afghanistan, Mesir, dan Mongolia dilanda kenaikan suhu, yang dapat meningkatkan kehilangan air ke atmosfer.

Permukaan air naik di seperempat danau, seringkali sebagai akibat dari pembangunan bendungan di daerah terpencil seperti Dataran Tinggi Tibet Dalam.

Sumber: Tempo.co (Reuters)

Editor : Dede Imran

Tags :
BERITA TERKAIT